Semua perempuan dijamin akan bahagia apabila telah menemukan belahan jiwanya. Belahan jiwa yang mampu menjadi pendamping hidupnya dikala suka maupun duka. Karena perempuan rata-rata mempunyai sifat manja dan ingin dilindungi maka ia membutuhkan sosok laki-laki. Sosok laki-laki ini dipandang kuat dan mampu melindungi.
Apalagi di zaman sekarang para millenials kebanyakan sudah menemukan laki-laki tersebut namun tak dipungkiri juga masih banyak perempuan yang masih sendiri menjalani hari-hari. Dan mereka yang sudah menginjak bahkan melewati usia produktif hampir mudah terserang galau, frustasi bahkan khawatir akan dicap perawan tua. Bahkan ada yang bilang jika menikah di atas usia produktif akan susah mendapatkan keturunan.
Saya memang bukan dokter, bukan pula psikolog, tapi izinkan saya berpendapat sedikit untuk mematahkan mitos tersebut sesuai pengalaman orang-orang maupun buku yang telah saya baca. Tujuan saya tak lain hanya untukmu yang masih sendiri agar tersenyum dan membuka mata bahwa bahagia bukan soal menikah saja. Dan juga kamu yang mentang-mentang sudah menikah tapi suka men-judges perawan tua kepada mereka yang masih sendiri. Ketahuilah ada kebahagiaan yang bisa diraih selain menikah.
ADVERTISEMENTS
1. Menjadi perempuan tidak hanya menaklukan laki-laki tapi juga mimpi
Banyak yang bilang kebanyakan perempuan yang terlalu fokus dalam karir akan susah mendapatkan jodoh. Padahal sehebat-hebatnya perempuan dalam berkarir pasti dalam lubuk hatinya terdalam terbesit rasa ingin mempunyai pendamping hidup. Dia fokus berkarir karena baginya daripada bersedih karena masih sendiri lebih baik dia tumpahkan energinya untuk menaklukan mimpinya yang belum tercapai.
Dia tak takut akan banyak laki-laki yang minder dengan keberhasilannya. Justru dengan seperti itu dia akan menemukan laki-laki tepat yang mampu mengimbangi dia. Dia juga percaya bahwa ini hanya soal waktu, daripada mencampakkan keadaan lebih baik membunuh waktu dengan hal yang disukai. Karena baginya kebahagiaan ada yang harus kamu ciptakan sedangkan menikah adalah kebahagiaan atas hadiah dari Tuhan.
ADVERTISEMENTS
2. Menjadi ibu bukan soal melahirkan tetapi ketulusan
Kesempurnaan perempuan bisa saja dilihat setelah dia menjadi ibu. Tapi apakah akan tetap disebut perempuan yang sempurna apabila masih banyak di luar sana anak-anak yang terjerumus dalam lingkaran hidup yang salah?
Menurutku perempuan yang sempurna adalah dia yang pandai menjaga harga diri, mempertahankan akhlaknya dan berwawasan luas serta bisa mendidik generasi yang unggul.
Banyak kesempatan bagi perempuan yang mempunyai jiwa guru. Karena masih banyak perempuan yang menginginkan bahwa pengorbanannya hanya untuk anaknya nanti. Itu tidak salah, namun jika sekarang bisa menjadi guru untuk anak-anak di luar sana apa salahnya kamu lakukan. Anak-anak di luar sana entah itu anak yatim piatu, anak jalanan atau anak orang lain yang rata-rata orang tuanya sibuk pasti merindukan sosok sepertimu.
Percayalah menjadi ibu bukan soal melahirkan tetapi soal ketulusan dalam memberi. Menjadi ibu yang melahirkan belum tentu bisa memberi waktunya untuk anak-anaknya. Padahal yang dibutuhkan anak-anak tak lain hanyalah kebersamaan. Karena kebersamaan ini yang mampu mempengaruhi anak-anak akan menjalani hidup di masa yang akan datang. Rata-rata anak yang kesepian mudah frustasi dan hidup tidak percaya diri. Berbeda dengan anak yang masa kecilnya menemukan seorang perempuan yang selalu setia menemaninya bermain, mendengarkan ceritanya dan lainnya pasti akan percaya diri dan jauh dari kata frustasi.
Bukankah kebahagiaan juga untukmu jika kamu masuk dalam proses mendidik generasi unggul?
ADVERTISEMENTS
3. Bukan soal sendiri ataupun berdua tapi soal menikmati moment
Berbincang dengan bapak di tengah malam, ditemani suara televisi tua yang beradu dengan nyanyian jangkrik malam. Membantu ibu membersihkan rumah, dimana setiap sudutnya mempunyai cerita tersendiri dimana proses aku tumbuh. Mendengarkan cerita cinta sang adik yang sedang tumbuh remaja, meski malu-malu tapi tetap membuatku jatuh dalam nostalgia.
Berkumpul bersama sahabat di tempat kaki lima, agar tercipta bukan banyaknya foto tapi banyaknya cerita. Berbincang, membantu atau memberi pertolongan, mendengarkan dan berkumpul saya rasa sudah cukup membuatku bahagia. Berdua denganmu adalah kebahagiaan masa depan.
Bahagia juga bisa kamu dapatkan jika kamu menghargai momen dengan cara menikmati momennya.
ADVERTISEMENTS
4. Kamu tidak hanya menguatkan diri sendiri tapi menguatkan orang lain
Dengan kamu bercerita kenapa masih bahagia meski sendiri, secara tidak langsung kamu juga sedang menguatkan orang lain. Karena di luar sana juga masih banyak yang lelah dalam kesendiriannya. Setidaknya dengan tulisan maupun ucapan kamu mampu menggandeng mereka untuk semangat lagi. Dan kamu mampu menularkan energi positif kepada mereka. Mereka yang masih berpacu bahwa menikah hidupnya akan bahagia atau damai.
Padahal belum tentu, justru kebahagiaan atau kedamaian adalah ketika kamu percaya diri dalam menjalani hidup dan berani melawan arus bahwa sekarang aku bahagia dengan caraku sendiri dan kalaupun menikah di usia yang sudah tak produktif, aku percaya bahwa Tuhan Maha Berkehendak. Karena apa yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin bagi Tuhan.
Yang terpenting bahagiamu bukan dipatok oleh komentar orang ataupun tanggapan orang lain. Tapi buatlah bahagia versi kamu sendiri.
ADVERTISEMENTS
5. Mengekplore diri dengan alam
Travelling adalah cara bahagia yang paling sederhana. Menaklukan alam malah kamu yang ditaklukan oleh alam saking indahnya pemandangan. Percaya deh mumpung masih sendiri nikmati momen travelling-mu sebahagia mungkin. Karena suatu saat jika kamu sudah menikah dan punya anak pasti akan merindukan dimana kamu ingin dipeluk oleh alam lagi.
Itulah kebahagiaan yang bisa diraih olehmu perempuan, bukan hanya soal menikah saja. Dan pastinya kebahagiaan yang paling mudah dilakukan adalah dengan memberi. Seperti memberi senyuman dan membuat orang lain bahagia.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”