Kesibukanku meradang. Hingga lama tak terdengar kabarmu dari seberang. Susah payah mencari cara menghubungimu, hingga hari, minggu dan bulan berlalu. Dan akhirnya kau datang lagi, di tempat yang sama pertama kita bersua.
Seseorang bicara padaku, hanya ada ‘maaf’ dan ‘terimakasih’ dalam sebuah persahabatan. Itulah yang kupelajari hari ini darimu.
Bukan bersua secara fisik. Karena hanya kata yang bicara. Karenanya, tolong jangan pergi lagi.
ADVERTISEMENTS
1. Apakah Pantas Aku Disebut Sahabat, Padahal Tak Banyak yang Kulakukan
Jarak dan waktu ternyata tak mengubah caramu melihatku. Sering kutanyakan pada diri sendiri, pantaskah aku disebut sahabat. Sementara nyaris saja aku menyerah mencari keberadaanmu sejak saat itu.
Tidak banyak yang bisa kulakukan untukmu, sahabat. Bahkan hanya sekedar sapapun nyaris kulupakan. Tapi, ternyata kau kembali.
ADVERTISEMENTS
2. Apakah Pantas Aku Disebut Sahabat, Padahal Tak Banyak Waktu Kuberikan
Untuk satu permintaan sederhana bernama waktu, nyaris saja tak bisa kulakukan. Benar, egoisnya aku terlalu percaya diri kalau kesibukan adalah segalanya. Aku merampas waktu yang harusnya bisa kuberikan padamu, sahabat.
Tapi, ternyata kau masih bisa memaklumi semuanya, sahabat. Masih saja kau sempatkan sedikit celah di hari-hari letihmu untuk sekedar menyapaku. Meski tak jarang, balas sapaku entah kapan setelahnya.
ADVERTISEMENTS
3. Apakah Pantas Aku Disebut Sahabat, Padahal Tak Selalu Telingaku Ada Untuk Mendengar
Bicara dari hati ke hati, bukan hal baru bagi kita. Sayangnya, lagi-lagi telingaku tak cukup banyak mendengar semua kisahmu. Dan nyatanya, kamu justru masih mau menyodorkan telinga untuk semua ceritaku.
Bodohnya aku ini.
ADVERTISEMENTS
4. Apakah Pantas Aku Disebut Sahabat, Padahal Pundakku un Tak Cukup Kokoh Menopang
Pun pada saat kamu nyaris tak mampu berdiri tegak, rupanya pundakku masih tak cukup kuat untuk jadi penopang itu. Nyatanya, hanya kusodorkan saja pundak ini untukmu sejenak meletakkan kepala.
Tapi tetap saja, itu belum cukup, bukan? Kau butuh lebih dari itu. Kau butuh penopang kuat untuk bisa kembali berdiri, melangkah dan berlari. Tapi belum cukup kuberikan itu padamu.
ADVERTISEMENTS
5. Apakah Pantas Aku Disebut Sahabat, Padahal Genggaman Tanganku Tak Cukup Hangat Menenangkan
Setelah telinga dan pundakku belum cukup memberikan rasa nyaman padamu, sahabat, ternyata genggaman tanganku pun belum cukup menghangatkan.
Rasanya masih terlalu dingin tangan ini. Hingga belum cukup untuk bisa membuatmu terbiasa dengan semua luka yang terjadi dan berani untuk menghadapinya.
ADVERTISEMENTS
6. Tapi, …
Dengan semua kekuranganku ini, kau masih saja mau menerimaku. Masih mau berbagi senyum padaku.
7. Terimakasih Menjadikanku Sahabat, Karena Aku Belajar Banyak Hal
Maaf dan terimakasih, itu katamu. Aku belajar banyak hal darimu. Mengenal diri sendiri dan mengenal dirimu. Memaksa diri untuk jadi yang lebih baik dan bisa memberikan cinta dan ketulusan untuk seorang sahabat.
Ah, betapa egoisnya aku jika ini tak kulakukan. Aku hanya ingin terus belajar darimu, sahabat.
8. Terimakasih Menjadikanku Sahabat, Karena Aku Menemukan Kepercayaan
Apa kamu tahu, sahabat? Setelah waktu penuh luka kala itu, kehadiranmu memberiku rasa percaya diri lagi. Kepercayaan akan sebuah persahabatan telah kembali.
Bukan karena kau atau aku yang istimewa, tapi karena kita ada saling melengkapi dan menguatkan. Karena ada kau dan aku, maka kita pun jadi istimewa.
9. Terimakasih Menjadikanku Sahabat, Karena Jadikanku Lebih Kuat
Terimakasih menjadikanku lebih kuat lagi. Terimakasih sudah ada untuk menopang dan meletakkan kepala di pundak. Hingga tanpa sadar, aku belajar menjadi lebih kuat. Lebih kuat untuk dirimu dan untuk diriku sendiri. Lebih berani untuk menghadapi pagi dan jelang senja nanti. Karena aku yakin, aku tak pernah sendiri. Karena aku peduli, untuk bisa selalu ada di dekatmu, bersamamu.
10. Terimakasih Menjadikanku Sahabat, Karena Untuk Mendapatkan, Aku Butuh Memberikan
Seperti itulah kata ekonomi, untuk mendapatkan sesuatu, maka butuh pengorbanan. Lalu, apakah persahabatan ini harus demikian? Memang benar aku harus memberikan, tapi ternyata yang kau berikan sebagai balasannya, jauh lebih banyak dan jauh lebih cukup dibandingkan dengan apa yang pernah kuberikan, sahabat.
Bahkan pundak yang rapuh ini, terasa lebih kuat dari awalnya dulu. Hati yang sempit dan sendu ini, perlahan merasakan hangat.
Ah sahabat, maaf dan terimakasih selalu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.