Anak Berhak Bahagia, Tanamkan 5 Hal Ini Sebelum Memutuskan Memiliki Anak

Memiliki keturunan menjadi harapan bagi hampir seluruh pasangan suami istri yang ada di dunia. Melihat anak bertumbuh dan berkembang menjadi sosok manusia dengan keunikannya masing-masing begitu diinginkan para calon orang tua.

Namun mempunyai seorang anak tidak hanya sebatas hasil pertemuan sperma dan sel telur. Ada banyak tantangan yang benar-benar harus dihadapi kedepannya. Karena anak adalah anugerah sekaligus titipan Tuhan yang paling indah.

ADVERTISEMENTS

1. Anak Bukan Aset Untuk Investasi Masa Depan

Foto oleh Tetyana Kovyrina dari Pexels

Foto oleh Tetyana Kovyrina dari Pexels via https://www.pexels.com

Banyak orang tua yang menganggap bahwa memiliki anak adalah sebuah kewajiban agar di masa tua ada yang mengurus. Bahkan ketika seorang anak dilahirkan ke dunia, beberapa orang merasa kasihan ketika melihat anak hanya seorang diri alias anak tunggal. Alhasil mulai dari tetangga bahkan mertua, sering mendesak pasutri untuk segera mempunyai momongan baru.

Ingatlah bahwa setiap anak tidak meminta untuk terlahir menjadi manusia. Ada perbuatan antara suami dan istri dengan sadar hingga terbentuknya sebuah janin yang tertanam di rahim.

Jangan bebankan anak dengan tugas berat di pundaknya dengan dalih berbakti kepada orang tua. Jangan sampai ia tumbuh menjadi sandwich generation yang tak bisa lagi menatap indahnya hidup untuk dirinya sendiri.

ADVERTISEMENTS

2. Setiap Anak Berhak Pendidikan Tinggi dan Makanan Bergizi, Persiapkan Uang Melimpah

Foto oleh Mikhail Nilov dari Pexels

Foto oleh Mikhail Nilov dari Pexels via https://www.pexels.com

Jangan menyekolahkan anak hanya sebatas untuk memenuhi kewajiban memperoleh ijazah. Dari sekolah, tak hanya ilmu yang didapat, pertemanan bahkan karakter anak akan terbentuk. Di era dengan mobilitas tinggi seperti saat ini, setiap orang harus bersaing menjadi yang terbaik. Sekolahkan ia dengan kualitas pendidikan berkualitas agar ia memperoleh jalan luas dengan peluang besar di masa dewasa.

Berikan anak asupan nutrisi tinggi, jangan hanya sekadar membuat perut kenyang tetapi otak kosong. Ketahuilah bahwa sumber pangan yang baik menjadi bahan bakar pembentuk kecerdasannya. Jadi, kerja keraslah dari sekarang agar uang benar-benar terkumpul untuk anakmu kelak.

ADVERTISEMENTS

3. Tak Hanya Uang, Belajar Mendengarkan, Berikan Support, dan Afirmasi Positif Pada Anak

Foto oleh Karolina Grabowska dari Pexels

Foto oleh Karolina Grabowska dari Pexels via https://www.pexels.com

Setelah urusan keuangan terselesaikan, ada lagi nutrisi mental yang harus diberikan. Ada banyak cerita dari orang tua kaya raya yang kurang mempedulikan anaknya. Asal kebutuhan material terpenuhi, banyak diantara mereka yang cenderung abai. Walaupun sanggup memberikan les privat atau membayar mentor, seorang anak tetap mengharapkan cinta kasih dari ibu dan ayahnya.

Puji anak dengan kalimat-kalimat penyemangat. Ucapkan kata-kata bahwa kamu sebagai orang tua sangat bangga dengannya. Meskipun ia sedang terjatuh dalam kegagalan, jangan membuatnya semakin hancur. Justru orang tua harus hadir memberikannya kekuatan dan selalu berada di sisi anak.

ADVERTISEMENTS

4. Setiap Anak Memiliki Kreativitasnya Masing-masing, Jangan Batasi Pilihan Kariernya

Foto oleh Kampus Production dari Pexels

Foto oleh Kampus Production dari Pexels via https://www.pexels.com

Banyak orang tua yang tanpa disadari membandingkan anak kandung sendiri dengan orang lain. Menganggap keberhasilan anak orang harus diraih juga oleh anak sendiri.

Padahal, setiap anak memiliki bakat dan keahlian yang berbeda-beda. Fasilitas, hambatan, dan tantangan yang dihadapi juga tak pernah sama. Jangan menganggap bahwa orang tua tahu segalanya karena merasa lahir terlebih dahulu dan lebih berpengalaman.

Berikan anak kesempatan untuk mengeksplorasi diri. Tugas orang tua hanyalah mendukung dan membimbingnya agar tetap berada pada koridor yang benar. Jangan tetapkan standar sukses pada anak, sementara sang anak mempunyai pilihan jalan berbeda.

ADVERTISEMENTS

5. Putuskan Lingkaran Setan, Mengubahnya atau Cukup Berhenti di Kamu

Foto oleh Tristan Le dari Pexels

Foto oleh Tristan Le dari Pexels via https://www.pexels.com

Mungkin setiap orang tua di masa mudanya juga hampir pernah mengalami pengalaman menyakitkan. Dipukul, dibentak, atau bahkan diancam ketika kenakalan remaja dilakukan. Karena rasa sakit mendalam, kekerasan itu akan tumbuh di masa dewasa dan diwariskan kepada anak sendiri.

Sekarang pertanyaannya ialah, apakah kamu tega melakukan hal-hal negatif kepada anak kandung sendiri seperti yang kamu rasakan di waktu anak-anak? Jika tidak, ubahlah perilakumu dari sekarang. Jangan ada lagi korban-korban selanjutnya yang harus merasakan kepahitan hidup. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Sebutir pasir pantai asal Probolinggo, Jawa Timur