Setiap saat, setiap hari semua perasaan yang ku lalui untuk seseorang yang kuanggap spesial selalu berubah-ubah. Terkadang mampu untuk mengendalikannya, tetapi tak jarang hati ini memberontak dan tak mampu menahan harapan itu. Kita semua tahu, bahwa menaruh harapan pada orang yang disukai adalah hal yang wajar. Berharap perasaan kita terbalas, berharap dia juga menunggu-nunggu kabar dari kita, sama seperti yang kita lakukan padanya setiap hari. Sayangnya, tidak semua orang dapat merasakan itu. Terkadang kita juga sering merasakan kecewa, karena orang tersebut ternyata hanya ‘biasa-biasa’ saja dalam menanggapi kita yang justru menggebu-gebu.
Aku bahagia ketika engkau mengatakan engkau menyukaiku. dan aku juga menyukaimu, kita sama-sama tahu perasaan ini setiap harinya. hanya sebatas mengungkapkan perasaan itu sudah lebih dari cukup untukku. Tidak ingin selebihnya. Tetapi, semakin lama aku rasa tidak ada keinginan lain selain hanya mengungkapkan itu darimu. perasaanmu padaku hanya sekedar suka. Tetapi tidak dapat dipungkiri, dari kebersamaan kita aku menjadi Ingin hal lain yang lebih dari suka. yaitu aku ingin perhatianmu, ingin waktumu yang luas untukku. Layaknya pasangan-pasangan lainnya, aku sungguh mengharap itu darimu
<>2. “Aku pernah mengendalikan perasaanku”>Pernah suatu ketika aku mampu mengendalikan perasaan rindu dan sayangku padamu. Dan hasilnya adalah dengan menjauhimu, tetapi apa yang terjadi? Engkau justru mendekat dan mencari tahuku mengapa tiba-tiba aku menghilang dari hari-harimu? Hal itu tidak aku lakukan sekali atau du kali, tetapi berkali-kali. Hingga aku lupa berapa kali aku berusaha menghilang dari hidup dan dari harimu. Apakah yang engkau lakukaan sesungguhnya? Kenapa harus ada kehilangan dan kepergian untuk dapat menuyadari adanya aku dalam hidupmu? Apakah engkau fikir, sebercanda itu arti mengharap dan menunggu?
<>3. “Namun, akhirnya engkau lebih mampu mengembalikan lagi pada hari-hari dimana aku terjebak dalam keinginanku bersamamu”>Hingga aku tiba-tiba merasa engkau butuhkan dan aku kembali mencarimu. Kita pun bercanda, saling bertukar kabar kembali. Dan dimulai dari situ, muncul lagi rasa yang mendalam tersebut. Kenapa? Aku sangat memnbenci keadan dimana engkau samasekali tidak menganggapku ada? Engkau pasti akan kembali lagi menjadi tidak membutuhkanku. Sampai kapan? Sungguh aku lelah. Apa artinya ada aku sebenarnya aku pun tidak tahu. Adanya aku menemani, menyemangati, tempatmu berkeluh hanya seperti persinggahan saja rasanya.
<>4. “Sungguh, aku sadar aku bukan tempatmu pulang. Aku hanya tempat singgah”>Aku ingin menjadi tempatmu pulang suatu hari nanti meski bukan sekarang. Aku ingin engkau merasakan persinggahan lain mungkin yang engkau inginkan. Apakah dia bisa senyaman dan setulus aku? Aku tidak yakin akan hal tersebut, karena hanya aku yang begitu dalam memahami hatimu. Aku akan tetap menunggu hingga waktuku benar-benar mengalah itu tiba. Akan tetapi jika waktu itu bukan ditakdirkan untukku, aku bisa apa? Aku pasti akan mengerti keadaan tersebut. Aku sangat bisa mengendalikannya, jauh lebih bisa daripada dulu.
<>5. “Aku tidak lagi berharap, aku meletakkan semuanya pada Tuhan”>Aku ingin benar-benar mengakhiri permainanmu. Aku yang akan mengakhiri, maka jangan pernah bertanya kemana aku pergi atau kemana tujuanku pulang selanjutnya. Karena sebelumnya kepulanganku adalah untukmu, tetapi rasanya aku salah alamat. Aku akan pulang pada tempat yang sebenarnya sekarang. Aku akan menunggu hingga Tuhan meletakkan ku pada tempat yang benar. Tuhan adalah sebaik-baiknya tempat kembali. Semoga ada tempat “pulang yang lebih sempurna” untukmu. Ingatlah, aku pernah menjadi jembatan di mana engkau pernah menyeberang diatas air. Aku pernah menjadi senja yang menghangatkan dinginnya hatimu.
kata ini keren
“aku pernah mengendalikan perasaanku”, Apakah engkau fikir, sebercanda itu arti mengharap dan menunggu?
nice post..
Bagus banged