Pepatah yang mengatakan “Carilah ilmu hingga ke negeri Cina,” membuktikan bahwa ‘ilmu’ tidak bisa didapatkan dengan mudah. Butuh usaha dan pengorbanan.
Serupa dengan diriku, karena alasan menuntut ilmu, aku putuskan untuk meninggalkan tempat kelahiran. Saat itu, tak ada salam perpisahan yang kuterima dari sanak-saudara dan teman. Tak ada pula kecupan manis dari sahabat dan kekasih. Yang kuterima, hanya sebuah nasehat tulus dari Ayah dan Ibu yang peduli padaku. Mereka menginginkan diriku memiliki “Semangat juang dalam menuntut ilmu di tanah rantau.” Perkataan mereka itu harus bisa kubuktikan sebagai tanda kasih sayangku kepada mereka. Bagaimana caranya?
Menjalani hidup di rantauan membuatku jauh dari segala bentuk kenyamanan. Jauh dari sanak saudara yang bisa diminta bantuan, jauh dari candaan Ayah, dan jauh dari aroma sedap masakan Ibu. Diriku hanya dekat dengan beragam masalah yang harus kuselesaikan sendiri. Mulai dari masalah kebutuhan yang tak sesuai dengan kiriman bulanan, sampai pada masalah kuliah yang menuntut persaingan di kelas. Semuanya menyadarkanku bahwa sejatinya diriku tak boleh mengeluh kepada orangtua. Berbagai keadaan suka dan duka harus bisa kuhadapi.
<>2. Melawan jerat kemalasan>Teman-teman seangkatan telah beramai-ramai mengenakan toga dengan senyum kesuksesan, aku malah masih terus berkutat dengan perkuliahan. Padahal, batinku tahu bahwa semakin lama masa studiku, semakin berat pula beban orangtua untuk menghidupi biaya hidupku di rantauan. Inikah tanda kasih sayangku untuk orangtuaku? Tentu tidak. Sebenarnya, diriku sedang terlelap dengan jerat kemalasan yang tak kusadari. Aku harus keluar dari jerat kemalasan itu. Aku harus kembali memiliki semangat kuliah dan semangat belajar dalam menuntut ilmu.
<>3. Mewujudkan tujuan utama merantau>Pikirku, “Semuanya akan sia-sia jika ku pulang tanpa membawa bukti yang dilegalisir. Semuanya akan sia-sia jika ku pulang tanpa gelar di nama belakangku. Maka sudah sepantasnya: Aku harus kukuh dengan tekad menyelesaikan studi.” Itulah tujuan utamaku merantau. Jika aku menyayangi kedua orangtuaku, aku harus bisa mewujudkan tujuan utamaku itu.
<>4. Memiliki semangat juang yang kokoh>Tekadku menyelesaikan studi, mewajibkan diriku menjadi kokoh seperti pondasi yang menguatkan sebuah rumah. Pondasiku adalah semangatku. Karena semangat yang kokoh tak tertandingi, akan mengalahkan beragam masalah yang memaksa diriku menyerah. Hari demi hari kujalani dengan terus memacu semangat, keluhan demi keluhan terus ku lawan, masalah demi masalah tak lagi menjadi penghalang bagiku. Apapun halangannya, aku akan terus berusaha untuk bisa menyelesaikan studi.
<>5. Membuktikan Bahwa Usaha Tak Pernah Menghianati Hasil>Usahaku benar-benar memberi hasil yang memuaskan. Diriku berhasil menjadi alumni sebuah universitas. Sebuah toga dan bukti yang telah dilegalisir diberikan padaku. Dan terlihat wajah orangtuaku memancarkan kebanggan yang tak terucapkan. Mereka tak banyak berkata-kata, tetapi senyum mereka membisikkan padaku tentang arti semangat yang tak pernah padam. Dan dibalik semua itu, ku tahu, semangatku tak berakhir sampai disini. Masih ada banyak tantangan yang akan kujumpai dalam kehidupan. Bagiku, semangat ini tetap akan kujaga sepanjang waktu.
Kepada Ayah dan Ibu, kupersembahkan semangat yang kumiliki untuk kalian. Semangat juangku dalam menuntut ilmu adalah bukti kasih sayangku kepada kalian. Terima kasih telah mengajarkanku tentang semangat dalam menjalani kehidupan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.