Kau pasti sudah tahu betul, ini sudah yang kesekian kalinya aku berkata ” Lelah ” dalam memahami liku rumit hubungan yang terjalin pada apa yang di sebut kita. Tak bisa kupungkiri, hadirmu membawa dua sisi yang mampu membuatku terbang menikmati nirwana dan disaat yang sama juga mampu membuatku tersungkur ke dasar samudra.
Kau, sosok yang ku frasakan sewarna langit jingga di kala senja, indah namun menjadi pertanda bahwa langit gelap akan tiba.
Bukan sekali dua kali kau membuatku berdiri di persimpangan jalan untuk memilih, tetap menemani ritme perjalananmu tanpa kepastian tujuan atau segera berkemas untuk memilih jalan lain yang meski itu berarti tanpamu.
Lama aku berkutat pada rasa lelah yang tak kunjung kusikapi. Hingga sampailah aku di titik lelah merasakan lelah. Kini setelah airmata terakhir yang kuseka, dengarlah ini..
Selalu ku yakinkan diriku setiap waktu saat membersamai perjalananmu, bahwa cintaku mampu merubahmu. Kebiasaan burukmu yang suka tidur larut malam, menghabiskan berbatang-batang rokok dalam sehari, melupakan sarapan pagimu, selalu sibuk dengan berbagai gadget yang kau bawa, hingga sakit kepala dan nyeri dada yang selalu kau keluhkan.
Aku juga sudah terbiasa dengan kebohongan-kebohongan yang selalu kau ciptakan, janji-janji yang aku sadar itu hanya pemanis buatan. Sikap posesif hingga ego dan kekanak-kanakan yang sudah sampai kadar 24 karat. Belum lagi kegemaranmu pada aneka ragam keindahan kau hawa diluar sana.
Harusnya kau mengerti, bahwa aku satu-satunya wanita yang telah terbiasa dan mau menerima semua itu. Tapi entah kau yang memang tidak sadar atau enggan menyadari. Kini, setelah rentang waktu yang tak sebentar sebelum kau menyadarinya, ternyata aku yang lebih dulu memahami
<>2. Kau bukan jelangkung sayang, tak perlulah datang dan pergi seenaknya lagi.>“Bukan cinta namanya jika kau selalu menghadirkan airmata dan perih dalam setiap lakumu untukku”
Entah harus kusebut apa dirimu ? setelah berkali-kali drama airmata yang terjadi pada kita kau selalu pergi tanpa berpamitan dan datang tanpa rasa bersalah, mungkin hanya satu kata yang bisa kukatakan padamu. Hebat !
Seringkali aku menggerutu dan protes padamu, tak jarang pula aku memohon untuk tetap tinggal, berhenti menjadi jelangkung. Tapi, makin hari sikapmu makin menjadi dan bahkan dengan terang-terangan kau melenggang dengan santai di depan tangisku. Cukup ! Kini ku bisikkan dengan tegas ke telingamu
<>3. Sudah lupakah kau, bahwa wanita yang kau cengkeram dengan erat ini punya hati?>“Aku bukan lagi halte dimana kau bisa datang dan singgah lalu pergi seenaknya, karena kini aku lebih memilih menjadi rumah tempat dimana seseorang mengakhiri perjalanannya”
Harus ku definisikan apa manusia sepertimu, kau berkali-kali bilang mencintaiku tapi disaat yang sama kau juga bertingkah agar aku membencimu. Kau memintaku untuk tinggal tapi kau sendiri yang melenggang pergi.
Ketika laki-laki lain mendekatiku kau sangat marah layaknya aku boneka milikmu, namun ketika kau bosan tanpa perasaan iba sedikitpun kau lempar jauh ke rak sampah. Aku selalu percaya Tuhan tak mungkin lupa meletakkan hati saat proses penciptaanmu, hanya saja kau sendiri yang tidak memfungsikan kerjanya.
Tolong, kau sudah terlalu lama mencengkeramku dengan terlalu erat. Ini sudah waktunya bukan untuk memberiku kebebasan, toh tanpaku kau masih punya banyak boneka yang bisa kau lakonkan.
<>4. Tenang saja, bagiku kau tetap pembelajaran terindah.>Tidak munafik kuakui, kehadiranmu mengajarkanku banyak hal. Tentang arti kesabaran, perjuangan, pengorbanan, kasih yang tak di hargai, mencintai dengan tulus hingga makna keihklasan. Tuhan mengirimmu ke kehidupanku karena sebuah alasan yang baik yakni proses pendewasaan. Terima kasih, atas pembelajaran terindah yang tak akan pernah kulupakan ini
<>5. Langkahku kali ini kupastikan tak akan menengokmu lagi, aku tetap pergi meski itu berarti terluka dan sendiri lagi.>Siapa bilang meninggalkanmu adalah pekerjaan mudah bagiku, bohong besar jika ku katakan iya. Aku menangis sekencang-kencangnya, berteriak tanpa suara dan tenggelam dalam lantunan nada-nada sendu di setiap malam dihari setelah kuambil keputusanku.
Bahkan gelap dan sunyi kini menjadi temanku sehari-hari. Tapi aku yakin itu yang terbaik untukku, untuk kita. Bukankah merasakan perih atas luka yang berdarah jauh lebih melegakan daripada menikmati infeksi luka dalam yang justru berujung kematian.
Aku pergi, dan tetap akan pergi meski kau menjanjikanku untuk menjadi seorang putri dalam kerajaan emasmu. Kesendirianku adalah bukti bahwa aku harus lebih menyayangi diriku kini, sekali lagi ku katakana..
“Aku pergi…”
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Berhentilah menggunakan pemanis buatan.