"Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca Hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim."
Bagi kamu mahasiswa sastra Indonesia, pasti merasakan dan menemui hal-hal di bawah ini, atau mungkin kamu adalah salah satu dari mereka.
Yuk, simak suka-duka menjadi mahasiswa sastra berikut ini :
ADVERTISEMENTS
1. Kamu tidak akan menemui mata kuliah hitung-hitungan
Bagi kamu yang benci banget sama pelajaran matematika, mungkin prodi sastra bisa jadi prioritas kamu, karena di sana kamu nggak akan menemui mata kuliah yang berhubungan dengan angka. Iyalah secara sastra dekat dengan bahasa, makanya yang dipelajari kebanyakan adalah aspek bahasa.
Kalau sastra Inggris bahasanya ya bahasa Inggris, sastra Indonesia bahasanya bahasa Indonesia, dan sebagainya. Buat kamu hater hitung-hitungan dan menjadi bagian dari prodi sastra, selamat! Kmau tidak salah jurusan.
ADVERTISEMENTS
2. Kamu tidak hanya mempelajari bahasa, tetapi juga disiplin ilmu lain yang lebih kompleks
Bagi kamu mahasiswa sastra Indonesia, pasti pernah mendapatkan mata kuliah psikologi sastra, sosiolinguistik, semiotika, filsafat, pascakolonial, ilmu arsip? Sebelum belajar psikologi sastra, tentu kamu lebih dulu mendapat pengantar psikologi.
Sebelum belajar antropologi sastra, tentu kamu lebih dulu belajar pengantar antropologi bukan? Pada semester awal, kita memang lebih dulu diberikan mata kuliah umum. Ini penting agar nanti ketika sudah pembidangan minat kita tidak kaget. Makanya, sering kali orang salah kaprah menganggap bahwa sastra itu ya mesti tentang novel dan puisi. Padahal dimensi sastra itu sangat luas, bahkan hampir sederajat dengan dimensi filsafat. Wiih..
ADVERTISEMENTS
3. Kamu jadi lebih sensitif
Karena terbiasa membuka KBBI dan PU EBI, maka kepekaan bahasa anak sastra Indonesia bisa dibilang sangat tinggi. Kalau ada teman yang suka nulis dan tulisannya berantakan, kamu pasti udah kesel duluan, tulisannya nggak enak dibaca meskipun isinya bagus. Itu juga kalau kamu mau menghubungi dosen melalui pesan ponsel, kamu perlu mikir lama saat mengetik karena takut kalau salah pilih kosakata. Pokoknya, segalanya harus perfect.
ADVERTISEMENTS
4. Sumber pertama yang dibuka adalah KBBI
Hayo, siapa yang sering begini? KBBI adalh sumber utama untuk para anak sastra Bahasa Indonesia dan ini wajib punya lho.
ADVERTISEMENTS
5. Dunia sastra dekat dengan teater
Selalu saja, entah itu setiap semester atau setiap tahun pasti mengadakan acara teater. Dan hebatnya, meski tidak tergabung dalam komunitas teater, nyatanya kamu-kamu punya potensi jadi aktor teater.
ADVERTISEMENTS
6. Mahasiswa gondrong berkaos oblong dan bersandal
Memang kalau sudah kuliah tidak ada aturan terikat seperti pada saat sekolah yang rambutnya tidak boleh gondrong. Tetapi kalau kuliah memakai kaos oblong dan sandalan? Kayaknya bakal dapat teguran dosen. Tapi ini bukan berarti fakultas sastra tidak mempunyai aturan untuk mahasiswa dalam berpakaian saat kuliah.
Setiap instansi tetap punya aturan, hanya saja, ya, pintar-pintarnya kamu supaya nggak ketahuan dosen yang ketat. Karena di sastra ada beberapa dosen yang memaklumi gaya berpakaian seperti itu, apalagi kalau alasannya karena kamu anak sastra.
7. Tidak selamanya lekat dengan pandangan gondrong berkaos oblong
Nggak semua cowok-cowok sastra itu gondrong berkaos oblong, guys. Ternyata ada juga yang tetep pakaiannya necis dan rambut klimis. Ya, itu semua tergantung karakter masing-masing orangnya aja.
8. Karya sastra adalah sarana belajar kita
Suatu saat Ibumu bertanya,”Kamu kok nggak pernah belajar sih, Ra? Baca novel sama nonton film terus.” Trus kamu jawab,”Ini aku lagi belajar, Ma. Melihat fenomena poskolonial dalam film xxx.” Terkadang memang kalau kita belajar teori saja enggak cukup, kita perlu menambah wawasan kita lebih luas lagi dengan membaca karya sastra.
Sebab karya sastra adalah cermin zaman pada saat karya itu dibuat, kita jadi lebih tahu banyak hal. Enggak memungkiri juga kalau wawasan kita akan terbuka luas dengan membaca banyak karya, dan itu membuat pikiran kita menjadi semakin objektif memandang sesuatu hal.
9. Menjadi mahasiswa sastra, kamu diajari untuk lebih peka
Mahasiswa sastra pasti mendapatkan mata kuliah pragmatik. Iya, mata kuliah ini mengajarkan kita untuk lebih peka atas maksud ujaran teman kita yang kadang-kadang penuh kode. Bilangnya A, maksudnya bisa Z. Bilangnya “aku lagi pengen sendiri”, maksudnya “aku tuh pengen ditemenin.” Kamu jadi lebih peka dan tanggap kalau ada teman kamu yang berpragmatik. Maka, bersyukurlah bagi kamu yang punya pasangan anak sastra.
Itulah sekilas suka-duka menjadi mahasiswa sastra Indonesia. Jika kalian merasa, “Kok bener semua ya?”, wajar, karena yang menulis artikel ini juga seorang mahasiswa sastra. Hehehe….
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.