Selepas masa SMA berlalu, tentunya sudah menjadi salah satu agenda bahwa di antara kamu disini untuk mencari Perguruan Tinggi yang nantinya akan menjadi persinggahan mengarungi ilmu pengetahuan lagi, sebagai lanjutan atas kelulusanmu saat masih seragam Putih Abu-abu.
Kamu nantinya akan lebih di sibukkan dengan aneka brosur Perguruan Tinggi yang menjajakan berbagai Fakultas unggulan. Maka biasanya semakin banyak jumlah brosur, maka akan berbanding lurus dengan tingkat kebingungan dalam memilih universitas, akademi ataupun Sekolah tinggi yang menjanjikan.
Terkadang kamu telah memilihnya, namun orang tua berpikir lain. Mereka tak segan, menjodohkanmu dengan Univ pilihan mereka. Sulit bagimu untuk memilih karena terkadang itu tak sesuai dengan akal batinmu. Terlepas dari kata suka, kau harus cepat memilih sebelum formulir pendaftaran habis termakan peserta didik lain.
Diantara jutaan pilihan hidup, kuliah adalah salah satunya. Pilihan dalam menaruh isi otak untuk menimba ilmu tentunya tidaklah sembarangan. Banyaknya tawaran pendidikan strata dan diploma juga jadi momentum perekrutan mahasiswa, alhasil bukannya kamu sibuk memilah, namun malah meratapi kebingungan.
Banyak fakultas yang telah penuh dengan MABA yang berebut formulir pendaftaran. Tapi kamu masih asyik dengan ponsel canggihmu mencari cari UNIV mana yang kiranya memadai untuk dijajaki untuk kesekian lagi. Hingga arah pun berakhir, saat semua pencarianmu tak membuahkan hasil. Akhirnya keputasan jatuh pada fakultas pilihan orang tuamu. FARMASI.
Berat memang menjalani jurusan tanpa kamu jatuh cinta di dalamnya, bahkan tak sesuai dengan hati nurani. Tetapi kamu sudah basah, jadi mau apa lagi. Sekalian saja berenang, meski kolamnya masih terlalu dangkal.
Itu hanyalah perumpamaan singkat. Bagi yang mengira bahwa farmasi menyeramkan, coba kalian angkat tangan.
Kurang sependat tentunya. Banyak yang mengatakan bahwa farmasi adalah jurusan yang melelahkan. Tapi alangkah bahagianya orang tuamu memamerkan dirimu dalam satu pertemuan teman seangkatan mereka.
“Pak, anaknya lanjutin dimana sekarang?
“hmm, di Universitas XXXX. Jurusan Farmasi”
“Wah anakmu pintar juga ya”
Sebenarnya itu ilustrasi singkat saja. Tak jarang yang mengatakan demikian, mereka mengakui bahwa bahwa farmasi cukup untuk sekadar memaksa otak lebih berkerja lebih keras.
<>2. Setumpuk laporan praktikum dan lembar deadline Tugas.>Celoteh kakak tingkat rasanya jadi senjata ampuh untuk menjawab pertanyaan tentang kehidupan berkefarmasian. Biasanya mahasiswa awal akan melakukan wawancara intensif dengan kakak angkatan, karena mereka di anggap sebagai pejuang 45 yang lebih dulu berperang. Tak jarang komentar miring tentang seramnya perkuliahan akan jadi momok yang cukup mengerutkan dahi.
“Laporan ini, itu, belum lagi ACC sama asdos, buat grafik laporan resmilah, ngeringkas jurnal... bla.. bla.. bla.. bla.. (mungkin anda bisa lanjutkan, pejuang farmasi)”
Sadar atau tidak, kamu akan dititik beratkan dengan olahan khas tanganmu pada lembaran folio bergaris. Seni tulisanmu kali ini akan sangat berguna. Detail penulisan dan skematis kerja kali ini harus makin kamu dalami. Tak sia sia Guru Bahasa Indonesia melatih kita menulis dengan tempo cepat. Toh ternyata ini juga ada manfaatnya.
Tak jarang deadline tugas juga menyita hari liburmu. Apalagi bagi yang punya pasangan (Jomblo mah santaaaai), kalian harus pandai mengatur waktu pertemuan. Jika dulu hari liburmu di isi dengan menikmati air terjun sambil bergenggaman tangan, tidak untuk saat ini. Kadang waktu liburanmu hanya cukup untuk memastikan laporan praktikum dan deadline penugasan telah tergarap dengan baik.
<>3. Simbol dan istilah aneh yang mereka menyebutnya “signa”.>Bagi kamu yang benar benar datang dari dunia SMA, maka siap siap istilah istilah ini akan teramat asing di kepala. Jika yang kalian tahu hanya rumus Ep = m x g x h maka istilah istilah ini akan lekas kamu ingat sebagai jalur awal pendakian pada segunung hafalan.
Kamu juga akan di sibukkan dengan hafalan hafalan kuat tentang pentingnya istilah ini. Bagi mereka ini adalah jantungnya anak farmasi. Hidup matinya anak farmasi. Namun percayalah ini akan amat berguna pada nantinya.
“signa ter in die 1 cochlear thea”
Bahasa aneh ini adalah modalmu mencari pekerjaan kelak. Yakin saja apa yang diberikan oleh Dosenmu adalah modal kuat mengarungi lelahnya perkuliahan kefarmasian.
<>4. Bagi yang takut hewan pengerat, sebaiknya angkat kaki. >Entah ini akal-akalan silabus atau memang tuntutan kurikulum. Farmasi yang sejatinya lebih berurusan dengan masalah racikan pulveres malah lebih dominan menggeluti hewan pengerat.
Hewan putih mungil, lucu ini akan jadi makanan kita kala praktikum dimulai. Tidak semua praktikum sih, hanya beberapa saja. Tapi akan adakalanya praktikum tertentu yang mewajibkan kita mengotak-atik seisi tubuhnya.
Kejam. Tapi inilah lingkaran pengetahuan. Kita terkadang tidak peduli setidak bersalahnya mereka yang harus dirobek perutnya, yang kita tahu mereka adalah bahan percobaan yang tiap hari termakan menjadi korban ilmu pengetahuan.
<>5. Begadang boleh saja, asal untuk mengerjakan folio harian.>Jika jumlah laporan membelenggu keadaan, maka siasat yang paling ampuh adalah Begadang. Sampai lupa jatah makan biasanya. Semalam suntuk terkadang. Lembaran kertas berterbaran di lantai, mungkin ini lebih mirip kapal pecah daripada ruang belajar. Tapi entahlah rutinitas ini seperti bahan mentah siap masak. Ada aja.
Kalau yang lain asyik bedagang karena nonton pemain bola kesayangan dengan klub favorit mereka. Maka kita lebih cenderung menggali ide agar bagaimana belenggu lembaran ini cepat usai dan kembali tidur. Rutinitas ini akan jadi bukti bahwa kamu lebih siap kehilangan 2 bahkan 4 sks teorimu demi menyelamatkan praktikum yang cuma 1 sks. Sial.
<>6. Kotak merah 1000 halaman dan Jas kebesaran.>Nampaknya akan sangat mudah membedakan jurusan di fakultas yang berbeda. Kalau kamu lihat mahasiswa dengan buku tebal warna merah bertuliskan Farmakope di tangannya berlarian mengenakan jas putih menuju Lab dengan berkas folio. Yap, itu adalah anak farmasi.
Buku tebal satu itu adalah kitab wajib yang mereka bawa kemana mana.
Dengan jas kebesaran yang membanggakan. Identitas ini adalah barang sakral untuk dapat melewati pintu Lab dari penjagaan Laboran. Betapa tidak kamu harus siap pulang jika tidak membawanya, atau mudahnya pinjam ke mahasiswa lain yang tidak praktikum. Untuk sekedar memegang buret kesayanganmu saja, perjuangannya mati matian. Alamak.
Barang lain yang tak kalah penting adalah Lap. Seperti halnya pembantu rumah tangga, lap juga identitas terselubung bagi kamu yang menjajaki praktikum. Hanya karna lap saja. Kamu juga harus siap siap pulang. Dengan jas Lab penuh noda, bercak ekstrak dan cipratan FeCl3 itu, maka akan sangat lengkap ketika kamu asyik berfoto ria dengan teman seangkatan sebagai bukti pameran yang layak untuk diabadikan.
Biasanya itu terjadi pada jeda praktikum yang padat, pasti akan tiba masanya dimana ponsel ber-pixel tinggi itu penenang penatmu.
<>7. Siapkan uang lebih untuk penggantian alat Laboratorium.>Sadar bahwa alat yang ada di rak laboratorium adalah barang mahal layaknya perhiasan pernikahan yang tak tahan banting. Maka kamu harus dengan hati hati memakainya. Sebiji alat kaca, semisal kuvet, itu sudah berharga jut (jutaan rupiah). Barang barang itu semua serba kaca.
Jika salah satu rekan kelompok menjatuhkan dan “duaaaaaarr”. Pecahlah kaca bagai berlian bertebaran di lantai serba putih itu. Maka konsekuensi tertinggi adalah menganti.
Bukan masalah penggatiannya, tapi uang saku seminggu rasanya sayang hanya untuk barang kecil sekaca. Kesal sekali. Apa mau dikata lagi. Barang lab adalah alat konsumsi semua mahasiswa. Jika pecah maka penggantian harus jadi daftar tanggungan.
<>8. Jangan malu ditanya IP, nilai di Farmasi tak semudah mengadah uang jajan.>Akhir semester nampaknya bencana yang wajib terlampaui. Hasil ujian akan segera tercetak pada lembar putih bukti transkip nilai. Ini adalah saat dimana kamu harus siap mental karena nilai IP yang jauh dari kata memuaskan.
“Hai, IP-mu berapa?”
“Makan dulu aja yuk, gua laper nih”. (bahasa lugu pengalih perbincangan yang mengarah pada hasil study)
Sebenarnya tidak perlu menutupi hasil study itu. Toh, mereka juga tahu cari nilai di Farmasi memang tak mudah. Tidak cukup dengan datang tepat waktu, dan gugurlah kewajiban kuliah. Bukan hanya itu saja. Rentetan tugas, ujian adalah fase metamorfosis yang wajib di jalani.
IPK juga bukan salah satu dasar pandainya akan mata kuliah. Masih banyak parameter lain yang lebih menentukan, tak hanya sekedar total nilai dibagi dengan SKS saja. IPK juga bukan hal wajib yang kamu DEWA-kan setelah pengumuman hasil kelulusan. Itu hanya akan berlaku sementara saat pendaftaran kerja, kelak.
Nilai sesungguhnya adalah dari pribadimu mengembangkan pengetahuan selepas bangku perkuliahan. Banyak yang terkadang salah dalam mengartikan. Bahwa jurnal dan buku tebal 1000 halaman itu sudah tak lagi dipergunakan. Mereka salah. Justru selepas jadi wisudawan inilah perjuangan baru akan dimulai perlahan lahan.
Maka membanggakan IPK-mu hanya akan jadi bahan olok-olokan rekan sekerjaan. Jika nyatanya nilaimu yang amat memuaskan itu berbanding terbalik denga kinerja dan caramu meracik resep yang masih abal-abal. IPK-mu tidak akan berguna sedikitpun.
“Pandai saja itu tidak akan pernah cukup”.
Tapi seorang farmasis harus mampu menerapkan potongan potongan pengetahuan dan menyusunnya dalam puzzle kehidupan. Inilah kelak yang akan dihargai dalam dunia pekerjaan.
Memang terkesan sulit, tapi dari penulis :
”Cintai jurusanmu dan apa yang kerjakan hari ini, itu bukanlah pilihan orang tuamu atau siapapun, tapi itulah pilihan Tuhan. Ia sangat paham akan potensimu pada dirimu, dan kelak jika kamu sukses. Bukan hanya kamu yang bangga namun orang tuamu juga”.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”
Sangat membangkitkan semangat sy. Dan meyakinkan sy bahwa sy tidak salah tempat 😀
terus semangat 😀
Jangan malu ditanya IP, nilai di Farmasi tak semudah mengadah uang jajan :v