7 Larik-Larik Syair Sapardi D. Damono yang Merenyuh Hati dan Jiwa

Syair Hangat Sapardi Djoko Damono

Seorang sastrawan yang familiar dengan karya tulisan larik-larik sajak sederhana namun menyimpan makna yang begitu sangat dalam merenyuh hati dan jiwa dihati para pembaca setia pecinta literasi. Kumpulan karya beliau mengandung makna yang mendalam. Beliau ialah seorang sang maestro kelahiran Surakarta, 1940. Pada tanggal (20/3), Bapak Prof. Dr.Sapardi Djoko Damono.

Berikut beberapa syair Sapardi D. Damono yang dirasa mengena sekaligus menyimpan makna yang dalam, dari tulisan hati yang sampai kepada hati yang merenyuh hati. Karena alur cipta bait puisi tuk dihayati. Seperti apa yang pernah dipaparkan oleh beliau. “Bait-bait puisi tuk dihayati.” Maka kau akan mengerti dan akan sampai kepada hatimu. Kita akan mengerti jika kita berhasil menghayatinya. Menyelami makna terdalamnya.

ADVERTISEMENTS

1. Aku Ingin

Aku Ingin/Sapardi Djoko Damono

Aku Ingin/Sapardi Djoko Damono via https://www.google.com

Aku Ingin

Karya: Sapardi Djoko Damono

 

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api, yang menjadikannya abu.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan  kepada hujan yang menjadikannya tiada.

ADVERTISEMENTS

2. Yang Fana Adalah Waktu

Yang Fana Adalah Waktu/Sapardi Djoko Damono

Yang Fana Adalah Waktu/Sapardi Djoko Damono via https://www.google.com

Yang Fana Adalah Waktu

Karya: Sapardi Djoko Damono

 

Yang Fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik merangkainya seperti bunga. Sampai pada suatu hari, Kita lupa untuk apa. “Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?”

Tanyamu, Kita abadi.

ADVERTISEMENTS

3. Hatiku Selembar Daun

Hatiku Selembar Daun/Sapardi Djoko Damono/CNN Indonesia

Hatiku Selembar Daun/Sapardi Djoko Damono/CNN Indonesia via https://www.google.com

Hatiku Selembar Daun

Karya: Sapardi Djoko Damono

 

Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput. Nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini. Ada yang masih ingin ku pandang. Yang selama ini senantiasa luput. Sesaat adalah abadi sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi.

 

Note

Sumber pict via CNN Indonesia

ADVERTISEMENTS

4. Hanya

Hanya/Sapardi Djoko Damono/Arteroka WordPress

Hanya/Sapardi Djoko Damono/Arteroka WordPress via https://www.google.com

Hanya

Karya: Sapardi Djoko Damono

 

Hanya suara burung yang kau dengar dan tak pernah kau lihat burung itu. Tapi tahu burung itu ada disana.

Hanya desir angin yang kau rasa dan pernah kau lihat angin itu. Tapi percaya angin itu ada di sekitarmu.

Hanya do'aku yang bergetar malam ini dan tak pernah kau lihat siapa aku. Tapi yakin kau ada dalam dirimu.

ADVERTISEMENTS

5. Sajak Putih

Sajak Putih/Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono

Sajak Putih/Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono via https://www.google.com

Sajak Putih

Karya: Sapardi Djoko Damono

 

Beribu saat dalam kenangan. Surut perlahan kita dengarkan bumi. Menerima tanpa mengaduh. Sewaktu detik pun jatuh.

Kita dengar bumi yang tua dalam setia. Kasih tanpa suara. Sewaktu bayang-bayang kita memanjang. Mengabur batas ruang.

Kita pun bisu tersekat dalam pesona. Sewaktu ia pun memanggil-manggil. Sewaktu kata membuat kita begitu terpencil di luar cakrawala.

ADVERTISEMENTS

6. Pada Suatu Hari Nanti

Pada Suatu Hari Nanti/Sapardi Djoko Damono

Pada Suatu Hari Nanti/Sapardi Djoko Damono via https://www.google.com

Pada Suatu Hari Nanti

Karya: Sapardi Djoko Damono

 

Pada suatu hari nanti. Jasadku tak kan ada lagi. Tapi dalam bait-bait sajak ini. Kau tak kan ku relakan sendiri.

Pada suatu hari nanti. Suaraku tak terdengar lagi. Tapi diantara larik-larik sajak ini. Kau akan tetap ku siasati.

Pada suatu hari nanti. Impianku pun tak dikenal lagi. Namun disela-sela huruf sajak ini kau tak kan letih-letihnya ku cari.​​​​​​​​​​

7. Sajak Kecil Tentang Cinta

Sajak Kecil Tentang Cinta/Sapardi Djoko Damono

Sajak Kecil Tentang Cinta/Sapardi Djoko Damono via https://www.google.com

Sajak Kecil Tentang Cinta

Karya: Sapardi Djoko Damono

 

Mencintai angin harus menjadi siut. Mencintai air harus menjadi ricik. Mencintai gunung harus menjadi terjal. Mencintai api harus menjadi jilat. Mencintai cakrawala harus menebas jarak. Mencintai Mu harus menjelma aku.

Salam cinta literasi…

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini