Kamu dan pasanganmu memang bukan penentu sukses atau nggaknya sebuah hubungan. Bisa saja, kamu yang sudah bertahun-tahun pacaran harus menerima nasib buruk untuk berpisah di tengah jalan. Miris memang, apa mau di kata kalau ini sudah kehendak Tuhan? Kamu dan pasanganmu pun hendaknya berupaya keras, supaya Tuhan dan semesta juga mengamini cita-cita baik di hubungan kalian. Bukankah begitu?
Sebagai bahan introspeksi, kali ini Hipwee Community ingin mengajakmu untuk lebih memahami bagaimana ciri-ciri hubungan yang (sebenarnya) terlalu sulit untuk menuju ke pelaminan. Jangan tersinggung dulu, sebelum kamu baca baik-baik artikel ini, ya!
ADVERTISEMENTS
1. LDR, tapi nggak paham bahwa komunikasi dan saling percaya adalah kunci utama
Nggak ada salahnya kok dengan hubungan yang terhalang jarak alias LDR. Justru, nggak sedikit hubungan jarak jauh yang sukses dan mendewasakan pelakunya seiring berjalannya waktu. Tapi, ada juga para pelaku LDR yang sudah pesimis di awal sehingga SANGAT MENYEPELEKAN intensitas komunikasi juga rasa saling percaya. Wah, gawat ya kalau sudah begini!
Tipe hubungan LDR semacam ini hanya akan bertahan satu sampai dua tahun, karena keduanya sudah nggak punya waktu untuk saling memahami. Bagi mereka, hubungan LDR hanya suatu hal mubazir yang nggak pantas diperjuangkan, sehingga saling cuek dan curiga menjadi satu-satunya jalan. Duh, jangan sampai kamu begini, ya!
ADVERTISEMENTS
2. Nggak paham apa itu arti "take" and "give"
Kamu percaya nggak kalau hubungan yang sehat itu ibarat simbiosis mutualisme? Artinya, kamu dan dia harusnya "saling menguntungkan" dari banyak sisi, termasuk untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Tapi pada kenyataannya, sangat sedikit pasangan yang menyadari hal ini sehingga ia selalu terkesan direpotkan tiap kali pasangannya butuh. Padahal, ketulusan dalam memberi dan menerima itu salah satu ciri kalau hubunganmu dewasa, lho!
Jangankan untuk menikah, saling bertahan saja mungkin akan jadi tugas berat buat pasangan yang nggak memahami apa itu arti "take" and "give". So, gimana kamu dan pasanganmu?
ADVERTISEMENTS
3. Terus mengulur waktu untuk bertemu kedua orangtua; bisa jadi terlalu malu atau nggak ada niatan serius
Mengenalkan pasangan ke orangtua memang salah satu sinyal kalau hubunganmu sudah melampaui satu langkah ke jenjang yang lebih serius. Tapi, coba deh kamu ubah mindset bahwa mempertemukan kedua orangtuamu dan pasangan itu nggak melulu soal menikah, kok. Bisa saja, kamu hanya ingin memulai itikad baik supaya hubunganmu terbuka dan meminta restu di awalnya.
Toh, orangtua mana sih yang nggak senang kalau anaknya jujur dan selalu menceritakan apa saja yang telah dilaluinya?
Buatmu yang terus mengulur waktu untuk mempertemukan pasangan dengan orangtua, coba deh tanyakan ke hatimu, apakah kamu benar-benar serius di hubungan ini? Apa sih yang kamu tunggu sampai-sampai terus mengumbar janji manis ke pasanganmu? Lalu, apakah kamu tega membiarkannya hanya mengenalmu lewat mulutmu saja, bukan jujur dari keluarganya? Hmmm, think again!
ADVERTISEMENTS
4. Selalu melibatkan orang ketiga dalam penyelesaian tiap masalah
Hey, kamu ini sudah dewasa kan? Masa' untuk menyelesaikan sebuah masalah saja harus melibatkan teman atau keluargamu dulu baru kamu berani? Come on, bersikaplah ksatria untuk menyelesaikannya sendiri! Ibaratnya, kamu yang memulai dan kamu pula yang harus mengakhiri!
Tipe hubungan yang seperti ini biasanya akan sangat lama menuju ke pelaminan. Kenapa? Ya, karena kamu belum bisa menghadapi segala permasalahan dengan upayamu sendiri. Bagimana kelak kalau kamu harus menghadapi biduk rumah tangga yang lebih rumit? Misalnya, kamu dituntut untuk menjadi pasangan siaga saat suami atau istrimu butuh. Coba deh, introspeksi, yuk!
ADVERTISEMENTS
5. Ringan tangan dan terlalu memanjakan. Duh, parah sih ini 🙁
Bersikap kasar ke pasangan memang salah, meski ada beberapa pengecualian di dalamnya. Jika dibiasakan, tipe hubungan yang sudah terbiasa dengan perilaku ringan tangan ini otomatis nggak akan bertahan lama karena minimnya toleransi terhadap apa yang sedang dirasakan pasangan. Gawat kan kalau sudah begini?
Nggak jauh beda dengan sikap yang terlalu memanjakan, cita-cita ke pelaminan sepertinya harus tertunda sementara waktu. Hal ini jelas akan berpengaruh ke urusan finansial dan motivasi diri ketika sudah menjadi suami dan istri. Bayangkan saja jika suami atau istrimu dengan gampangnya menghabiskan 2 juta per hari atau nggak doyan makan tahu atau tempe? Wah, kapan nabungnya kalau begini?
Untuk itu, coba deh kamu introspeksi hubunganmu mulai dari sekarang. Jangan sampai, kamu dan dia justru terkungkung dalam status pacaran sampai entah kapan, sedangkan tuntutan zaman sudah semakin edan. Pikirkan, kemudian obrolkan dengan pasanganmu, ya!