6 Sifat Kebanggaan yang Terbentuk dengan Sendirinya Pada Jiwa Anak Korban Broken Home

Broken home atau keretakan dalam rumah tangga adalah sebuah peristiwa yang tidak diinginkan namun sebuah jalan tengah untuk mengusaikan masalah agar tidak lebih runyam. Pertengkaran orangtua, tidak jarang menjadikan anak sebagai korban dalam kehidupan ini. Perceraian seperti pil pahit yang sulit dilupakan rasanya. Sesak di dada, sakit di tenggorokan, dan melelahkan jiwa. 

Berikut ini adalah peristiwa yang dialami berikut sifat yang terbentuk dengan sendirinya di jiwa anak korban Broken Home karena keadaan memaksa mereka:

 <>1. Kuat
i'm strong women

i'm strong women via http://thumbs.dreamstime.com

Dalam kehidupan sehari-hari, anak korban broken home sering mendengarkan pertengkaran orangtua dan mengetahui pihak yang salah dari salah-satunya. Misalkan ayah selingkuh dan tidak pernah memberi uang saku pada anak-anaknya. Seorang anak menjadi terbiasa kuat untuk menapak kehidupan yang sulit ini.

Di saat teman-teman mempunyai hal-hal yang diinginkan yaitu keluarga bahagia, kecukupan financial, anak broken home melangkah pasti dengan niat yang bulat untuk mencari kehidupan secara mandiri baginya, karena otomatis peran salah satu orangtua sudah tidak berfungsi.

<>2. Hidup kami memang susah, tapi kami tidak butuh dikasihani.
Kami tidak butuh dikasihani

Kami tidak butuh dikasihani via http://cdn-2.tstatic.net

Hidup sebagai anak korban broken home memang sangat susah. Kami kadang mempunyai trauma masa lalu, tentang orangtua yang sudah tidak peduli pada kami. Apalagi di usia yang belasan tahun atau dalam hitungan angka tunggal, kami sudah makan dengan lauk seadanya, susah bayar sekolah, dan dicemooh orang lain. Sesekali ada orang yang kasihan, kami cukup kuat untuk menghadapi hidup.

Semua kehancuran dalam kehidupan kami adalah pelajaran berharga agar di masa depan. Kami tidak melakukan kesalahan seperti kesalahan orangtua kami. Bukankah anak tidak salah dalam peristiwa perceraian? Namun kami selalu jadi korban yang ditarik-tarik kedua belah pihak.

Terkadang, banyak orang yang baik hati, jauh lebih baik dari orangtua kami yang mengulurkan bantuan kepada kami, agar kami bisa meraih mimpi. Hal itulah yang kami butuhkan, bukan rasa kasihan. Seolah-olah kami manusia yang tidak mempunyai apa-apa. Kami masih mempunyai semangat yang tinggi untuk membanggakan nusa dan bangsa.

<>3. Bersikap dewasa dalam menghadapi masalah.
Dewasa dalam menghadapi masalah

Dewasa dalam menghadapi masalah via http://wp.production.patheos.com

Kami sering melihat orangtua kami sudah tidak akur lagi setelah bercerai. Kami juga sering mendengar saling menjelekkan dari kedua belah pihak dan hanya kami yang tahu siapa yang salah dan siapa yang benar. Kami jadi semakin dewasa karena keadaan menuntut kami melakukan hal itu. Sesekali, kami melerai orangtua kami saat bertengkar.

Saat orangtua kami menikah lagi, kami juga menjadi lebih dewasa untuk mengikhlaskan apapun yang terjadi. Karena kami sebagai anak juga suatu saat akan pergi meninggalkan kalian orangtua kami, untuk mencari kebahagiaan kami sendiri.

<>4. Selektif dalam memilih pendamping.
Pendamping hidup

Pendamping hidup via http://www.gilerkentang.com

Karena pahitnya hidup sudah berkali-kali dirasakan anak broken home. Sendirian di rumah, gigit jari melihat ayah atau ibu teman yang sangat baik, mempunyai keluarga yang utuh, financial yang memadai, kasih sayang yang utuh, dan sebagainya, kami menjadi lebih selektif dalam memilih pasangan agar kami tidak merasakan kegagalan lagi. Kami sudah cukup mengalami hal ini sekali dan berharap agar mendapatkan cinta sejati sebagai ganti kehidupan yang tidak lengkap.

Kadang, ada orangtua dari calon pendamping kami yang mempermasalahkan seperti apa keluarga kami. Menjadi anak korban broken home, membuat kami jadi pihak yang tereliminasi. Kami bukanlah orang yang bisa dipandang sebelah mata seperti itu. Jika keluarga calon kami tidak merestui, kami siap menanti pasangan yang lebih baik yang bisa menerima kami dengan tangan terbuka dan semua ini juga bukan salah kami.

<>5. Melakukan apa saja sendiri pun kami sudah terbiasa.
Alone by my self

Alone by my self via http://i1083.photobucket.com

Saat di rumah, kami sering sendirian karena orangtua kami sudah tidak satu rumah lagi. Di kesendirian, kami kadang masih menggenggam kesedihan itu. Kami akui, kami sering menangis atau bersedih saat kesepian melanda. Tapi di sisi lain, kami bisa menerima bahwa ini adalah yang terbaik dan kami pasti jadi lebih kuat untuk menguatkan orang lain di sekitar kami. Kami kuat bertahan sendiri dan kami lebih kuat dalam menguatkan orang yang kami sayang. 

Karena kami tahu betul rasanya kehilangan orang yang kami sayangi. Dengan memberi kasih sayang, kami merasakan hidup kami lebih lengkap. Mendapatkan kebersamaan dan keluarga baru

<>6. Pekerja keras dalam meraih mimpi.
Mimpi kami segudang

Mimpi kami segudang via http://gambarterlucu.terupdate.net

Mimpi adalah satu-satunya tujuan hidup bagi anak korban Broken Home. Dengan mimpi, kami berharap masa depan yang lebih cerah. Hidup kami yang menyakitkan, susah, penuh cobaan, membuat kami harus bekerja keras meraih mimpi kami. Tak jarang, kami terlihat jarang tidur demi mencari IPK tinggi atau kurang tidur karena mengerjakan skripsi.

Kami juga sangat bijak dalam mengeluarkan uang saat teman-teman bisa membeli apapun dari uang orangtua. Kami memilih hidup pas-pasan.

Untukmu yang mempunyai kerabat, teman, kekasih, atau suami/istri dari korban Broken Home, sayangilah mereka apa adanya. Jadilah orang yang menyayanginya apa adanya. Berikan mereka pelukan, genggaman erat di tangannya, dan temani hidupnya. Karena kami juga sama seperti kalian. Kami juga akan selalu menyayangi kalian yang selalu menguatkan kami.

 

 

Untukmu, anak Broken Home, jangan patah semangat kawan. Kamu tidak sendirian. Banyak yang memiliki kisah yang sama dengan kita. Ingatlah, luka masa lalu kita, luka kita sekarang. Jadikan itu pelajaran agar tidak terjadi lagi luka yang lain yang bisa menyatiki kita lagi. Tetap semangat dan berikan yang terbaik! Pilihlah jalan yang baik untuk meraih puncak kesuksesan dan jangan pernah memilih jalan yang jelek karena kalian bisa tersesat atau terjun ke jurang.

Semangat dan berdoa kepada Tuhan untuk masa depan yang lebih baik. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I hear, see, and feel when i am writing a little sacrifice from the people around me. Dont judge my article. Please dont create bad comment on my article. If you unlike it, you just dont read it.

51 Comments

  1. 한니사 berkata:

    2 tumbs. Persis apa yg aku rasain

  2. Setuju sih sama artikelnya, tapi broken home hanya salah 1 pilihan proses, hasilnya pun bisa berbeda, kalo kuat ngejalaninnya ya outputnya di atas.. kalo gagal ada sampe ngedrugs, stress, bahkan bunuh diri..

  3. Tivana Aulia berkata:

    thanks for motivations

  4. Umay berkata:

    Walaupun luka dihati sulit untuk pulih,tapi kita sebagai anak broken home harus tetap semangat dan terus berjuang tampa kata lelah.Kita tunjukan bahawa kita bisa meraih mimpi untuk menjadi kenyataan dalam hidup ini.
    Thanks motifasinya�

  5. Alghi Fahri berkata:

    Saya anak broken home tapi semua itu masa bodoh,memang sih rasanya sakit bgt tapi untuk apa berlarut larut dalam kesedihan. tapi sedih itu juga perlu loh karena jika kita tidak sedih atas apa yang menyakitkan itu namanya gila.tapi jika saya sedih saya hanya bisa menyendiri dan menangis selama setengah jam dikamar lalu keluar dengan wajah yang bahagia. Menjadi anak broken home bukan berarti kita tidak bisa berhasil.buktinya saya ditelantarkan kedua orang tua saya sejak umur 4 bulan dan dititipkan kepada kakek nenek yang merawat saya dengan penuh cinta.saya selalu berprestasi di sekolah dari sd sampai sekarang (sma),saya selalu menjadi juara kelas dan juara di beberapa lomba padahal jika dipikir2 saya tidak mendapatkan dukungan dan semangat dari orang tua saya.tapi saya mendapatkan semua itu dengan kekuatan hati saya dan kepintaran saya. Saya cuman minta kepada tuhan,semoga saya bisa melewati masa remaja saya dengan baik,tanpa melakukan kenakalan hanya karena saya anak BROKEN HOME.Karena selama ini saya selalu berbuat baik dan memiliki kepribadian yang baik,saya hanya ingin saya bisa mempertahankan semua itu hingga saya dewasa nanti.karena sulit bagi kita mempertahankan kebaikan yang kita miliki dimasa remaja apalagi kita sebagai anak broken home karena masa remaja adalah masa yang penuh tantangan.tapi saya yakin bahwa tuhan pasti bisa menguatkan saya�

  6. Abil Abil berkata:

    Kita tau betul bgmn rasanya
    Jadi kita kuat

  7. Inez Houw berkata:

    Saya anak broken home yg tdk diasuh oleh ortu sendiri…ada 3 keluarga yg bergantian mengasuh sy, kelaparan, dihina bakan difitnah mencuri diarak org sekampung sudah saya alami dr 3 SD, bahkan saya sempat ingin bunuh diri cm dicegah oleh teman hayalan ku yg waktu itu hny aku yg bs melihatnya…setelah dewasa aku melihat ibu ku dan ayah ku selalu bangain adik ku yg disayang dia bukan aku…aku selalu dibanding2an dihina aku cm bs diam dan menangis….sampai akhirnya aku bekerja utk diri ku sendiri lalu org tua ku penganguran dan tlp minta bantuan…awalnya aku merasa marah dan benci org tua ku tapi guru ngaji ku bilang biar gmn pun dia tetep ibu mu yg melahirkan mu, dan kamu hutang nyawa dr dia, kamu jg tdk bs memilih dr keluarga mana kamu minta dilahirkan…maafkan yg lalu biar lah berlalu.,akhirnya aku bantu mereka ku jual kendaran, rmh ku dan emas2 ku tapi setelah ku bantu merka bs bangkit kembali mereka tetap tdk mengangap ku ada selalu bicara sm org2 aku tdk pernah membantu mereka…aku hny bs diam dan memilih pergi jauh dr kehidupanya tapi aku tdk menyesal walau aku hdp susah skr bersama suami ku…aku sudah melakukan kewajiban ku sebagai anak walau aku tdk pernah disayang sampe skr