Kita ini tumbuh, berkembang dan merasa berteman dengan sosial media. Entitas di jagat maya yang satu ini bisa membuat kita menemukan sisi-sisi yang kosong di dunia nyata. Butuh saran, kita tinggal ketik permasalahan dan pertanyaan di status. Voila! Ada jawabannya.
Butuh dukungan? Kamu bisa bercerita panjang lebar lewat akun sosial mediamu. Tak berapa lama akan ada teman-teman yang mengirimkan kalimat dukungannya. Di jagat sosial media pula beberapa dari kita menemukan sahabat, pacar, mentor, bahkan pasangan hidup.
Kalau kamu sadari ada yang berbeda semakin kita dewasa. Sosial media tetap jadi teman — tapi ia bukan lagi tempat sampah yang menampung semua luapan. Kenapa ya semakin kita dewasa sosial media tidak lagi jadi tempat berbagi seperti dulu? Apa yang berubah denganmu?
ADVERTISEMENTS
1. Kamu berubah jadi orang yang lebih tahu batasan personal dan publik
Saat masih duduk di bangku SMA dan kuliah membagikan cerita soal kehidupan personal adalah hal biasa. Patah hati itu harus dibagi. Bukan dihadapi sendiri. Jatuh cinta sekian tahun tanpa tanggapan harus diceritakan lewat berbagai gaya pemaparan. Karena banyak juga yang merasakan!
Tapi seiring bertambahnya umur berubah pula paradigmamu tentang apa yang privat dan yang publik. Masalah personal semakin terasa remeh kalau diketahui banyak orang. Hal-hal publik yang kamu bagikan berubah jadi lebih general, hal-hal yang bisa ditertawakan.
ADVERTISEMENTS
2. Daily dose of receh lebih membuat ketawa dan berpahala
Ditengah rundungan masalah soal skripsi, tesis, pekerjaan, sampai uang belanja sosial media adalah paling nyaman tempat untuk lari sementara dari kenyataan. Di kehidupan nyata udah berjuang kok di sosial media mau pusing juga? Pelan-pelan kamu mulai membagikan hal-hal receh yang mengundang tawa. Mulai dari meme yang receh banget, jokes kere yang bikin ketawa sampai tebak-tebakan yang ngeselin tapi lucu. Dosis kerecehan sehari-hari harus selalu ditingkatkan. Sementara masalah pribadi dan kesedihan lebih baik disimpan.
ADVERTISEMENTS
3. Faktanya nggak ada orang yang sepeduli itu sama masalahmu
Hanya ada dua pilihan saat kamu berbagi di sosial media: (terlihat) dipedulikan atau sebenarnya dibicarakan dalam hati oleh orang-orang yang menganggap masalahmu itu irelevan. Semakin dewasa semakin sedikit orang yang benar-benar peduli dengan masalahmu. Karena mereka juga sudah disibukkan oleh problem di hidupnya masing-masing.
ADVERTISEMENTS
4. Waktumu habis buat kuliah, kerja dan semua aktivitas orang dewasa
Semakin berkurangnya intensitas berbagi di sosial media juga disebabkan oleh makin berkurangnya waktu luangmu. Makin dewasa makin banyak juga tanggung jawab yang kamu punya. Kamu harus lebih cepat lulus kuliah, lebih cepat menyelesaikan pekerjaan, berbagai agenda pun sudah berjejalan di akhir pekan. Saat membuka sosial media dan melihat apa yang kawanmu unggah di sana kok rasanya hidupmu tidak semenarik mereka. Kalau begitu kenapa harus dibagi?
ADVERTISEMENTS
5. Setiap ada waktu luang hidup terlalu asyik untuk dilewatkan dengan update status doang!
Setiap ada waktu luang lebih mudah bagimu sekarang untuk menyingkirkan kebutuhan update di media sosial. Lebih tepatnya kamu lebih sering lupa kalau ada yang harus dibagikan karena terlalu menikmati momennya. Ternyata jauh lebih menyenangkan menikmati momen dibanding sebentar-sebentar harus mengeluarkan ponsel untuk update IG story.
ADVERTISEMENTS
6. Kamu tidak lagi menggantungkan dukungan sosial dari dunia maya. Dunia nyata adalah kuncinya
Seiring makin bertambahnya umurmu perhatian, sorotan, kata-kata dukungan lewat sosial media sudah tidak lagi seberharga sebelumnya. Seiring meningkatnya kedewasaanmu kepastian lebih kamu butuhkan. Teman yang bisa diandalkan, kata-kata penyemangat dan penenang tanpa pretensi terasa jauh lebih mahal.
Kamu sadar dengan pasti bahwa smeua itu tidak bisa didapat via media sosial saja. Kini kamu lebih banyak berinvestasi untuk membangun hubungan di dunia nyata. Interaksi di dunia maya sekadarnya saja. Untuk hiburan dan jadi silent readers sudah cukup rasanya.