Momen hari raya adalah momen yang sangat spesial yang ditunggu-tunggu oleh muslim di seluruh dunia. Kegiatan bersilaturahmi yang merupakan kegiatan biasa pun menjadi kegiatan yang istimewa dan lebih bermakna saat lebaran. Semua sanak saudara berkumpul, saling memaafkan dan bertanya kabar satu sama lain.
Namun, tidak jarang kegiatan bersilaturahmi yang seharusnya mendekatkan antar keluarga malah sebaliknya membuat jauh. Mengapa? Basa basi yang dilakukan seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan pribadi yang sebenarnya tidak penting seperti menjadi budaya.
Pertanyaan bak amunisi senapan yang siap menghunjam hati si pendengar sangat lancar keluar di hari itu. Kok makin jerawatan? Kok makin hitam? Kapan dapat pekerjaan?, seperti itu bunyi pertanyaan yang sering ditanyakan. Selain pertanyaan, tiba-tiba di hari itu bermunculan juri dadakan yang siap mengomentari seluruh kegiatan maupun penampilan kita.
Seperti layaknya manusia tidak ada yang sama, pertanyaan dan penilaian ini juga akan memberikan efek yang berbeda-beda bagi setiap orang yang mendengar. Efek-efek yang ditimbulkan bisa beragam.
Ada yang menanggapinya dengan cuek dan akhirnya tidak berefek apa-apa. Ada yang menanggapinya dengan santai. Tapi tahu tidak kalau ada sebagian orang-orang yang menanggapinya dengan serius dan malah menimbulkan efek negatif, seperti insecure.
Insecure atau dalam psikologi disebut inferior adalah perasaan seseorang yang merasa lebih rendah dan lemah dari orang lain atau merasa tidak cocok dengan suatu standar dalam sebuah sistem. Salah satu tokoh psikologi, Adler, berpendapat bahwa manusia secara alami lahir dengan perasaan inferior. Ini berarti perasaan inferior adalah perasaan yang wajar. Namun inferior bisa menjadi tidak wajar ketika tidak bisa teratasi.
Nah hubungannya inferior dengan basa-basi tadi adalah pertanyaan atau penilaian yang terlontar walaupun tidak bermaksud melukai bisa jadi melukai seseorang. Kemudian itu bisa semakin menurunkan kepercayaan diri orang tersebut. Akibatnya, dirinya menjadi tidak percaya diri dan merasa lebih rendah daripada orang lain atau tidak mau melakukan dan menggunakan sesuatu yang sebenarnya sangat ia sukai.
Pada akhirnya dirinya mungkin tidak akan mau bertemu sering-sering atau bahkan tidak ingin bertemu lagi dengan si penanya dan malah memutuskan tali silaturahmi. Tentu ini malah berkebalikan dengan tujuan bersilaturahmi di hari lebaran.
Untuk menghindari hal seperti ini terjadi, bisa dilakukan dengan beberapa cara lho! Yuk simak artikel berikut ini!
ADVERTISEMENTS
1. Tanyalah sesuatu yang lebih umum dan bukan pribadi
Untuk memulai percakapan, sebaiknya jangan tanyakan sesuatu yang pribadi secara langsung. Daripada menanyakan sesuatu yang berpotensi membuat seseorang merasa risih atau kurang nyaman, cobalah tanyakan sesuatu yang lebih umum, seperti Bagaimana perjalanan kemari? Bagaimana rasa makanan yang disajikan?. Setelah memulai percakapan seperti ini maka biasanya orang akan merasa lebih nyaman untuk pertanyaan selanjutnya.
ADVERTISEMENTS
2. Gantilah ‘Kapan’ dengan ‘Bagaimana’
Kapan nikah?
Kapan lulus?
Kapan dapat kerja?
Kapan nikah?
Kapan lulus?
Kapan dapat kerja?
Saat bertemu dengan saudara saat lebaran pasti pertanyaan ini sering kita terima. Kebanyakan orang selalu menanyakan sesuatu yang dimulai dengan kata kapan.
Nah, mulai sekarang cobalah tanyakan sesuatu yang dimulai dari kata bagaimana, seperti Bagaimana kuliahnya?.
Ini akan membuat pendengar lebih leluasa bercerita dan tidak tertekan dengan kesan waktu yang ditunjukkan pada pertanyaan kapan.
ADVERTISEMENTS
3. Jangan bertanya untuk show off
Kamu semester ini dapat IP berapa? Oh cuma segitu ya, aku sih dapat 3,85 semester ini
Kamu semester ini dapat IP berapa? Oh cuma segitu ya, aku sih dapat 3,85 semester ini
Saat bertemu dengan orang-orang, pasti kita akan menemukan pertanyaan seperti ini. Mulanya bertanya tentang keadaan kita, tak tahunya hanya dijadikann perbandingan dari pencapaian dia.
Nah, oleh karena itu sebisa mungkin jangan melakukan percakapan seperti ini ya! Masa di hari lebaran dihabiskan hanya untuk menyombongkan diri sendiri?
ADVERTISEMENTS
4. Memberikan saran, perhatikan pilihan kata yang ingin digunakan
Ketika melihat sesuatu yang tidak cocok, seperti pilihan warna baju seseorang yang terkesan tidak nyambung, kita cenderung buru-buru ingin mengomentarinya.
Karena terburu-buru, pemilihan kata pun tidak dilakukan dan akhirnya asal ceplas-ceplos. Hal seperti ini boleh ditahan sejenak.
Ajaklah ia mengobrol sebentar. Kemudian kamu bisa memulai dengan memuji baju yang ia pakai, bisa dari segi motif atau bentuknya yang unik.
Setelah itu kamu bisa mulai memberikan saran tentang warna bajunya dan tetap berikan alasan yang logis agar lebih mudah diterima.
ADVERTISEMENTS
5. Cobalah pikirkan bagaimana kalau itu terjadi kepada kita
Sering sekali orang tidak memperhatikan perasaan orang lain. Baginya perasaan orang lain tidaklah penting jadinya ia tidak peduli apakah omongannya menyakitkan atau tidak.
Namun, ketika suatu hal menyakiti perasaannya maka ia tidak akan tinggal diam dan akan sangat terganggu oleh hal itu. Tentu hal ini salah. Bukan karena seseorang tidak mengatakan itu menyakitkan, tidak berarti itu tidak menyakitkan
Itulah hal-hal yang bisa dijadikan cara untuk menghindari momen lebaran menjadi momen basa-basi yang basi.
Jadikan momen lebaran menjadi lebih bermakna dengan benar-benar menjalani quality time bersama keluarga dan mempererat tali silaturahmi yang mungkin sedikit renggang akibat keterbatasan jarak dan waktu yang ada.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”