Penggunaan krim dokter saat ini telah menjadi sebuah tren di dalam dunia kecantikan, dimana hampir setiap wanita rela merogoh kocek dalam-dalam demi mendapatkan wajah cantik nan kinclong berkat hasil dari racikan krim dokter yang mereka percayai. Hal ini tidaklah salah, melihat cara dokter yang menganalisa kondisi kulit pasiennya terlebih dahulu sebelum akhirnya memberikan resep krim yang akan pasien gunakan untuk membuat kulit mereka lebih sehat.
Yang menjadi masalah adalah jika penggunaan krim dokter ini dilakukan secara sembarangan hingga menyebabkan reaksi negatif yang biasa disebut ketergantungan. Ketergantungan yang dimaksud adalah kulit menjadi semakin tipis akibat dari penggunaan krim yang secara terus-menerus dan tentu saja biaya yang dikeluarkan untuk sepaket krim dari dokter tidaklah murah.
Buat kamu yang merasa ingin keluar dari “zona nyaman” krim dokter ini dan beralih ke produk-produk yang lebih ramah di kulit dan kantong, yuk intip tipsnya di bawah ini!
ADVERTISEMENTS
1. Turunkan dosis bahan aktif dalam krimmu sedikit demi sedikit.
Berhenti dari penggunaan krim dokter tentu saja tidak dapat kamu lakukan secara sembarangan, hal pertama yang harus kamu lakukan adalah berkonsultasi dengan dokter langgananmu dan ceritakan tentang kondisi kulitmu. Beritahukan juga untuk menurunkan dosis bahan aktif yang bekerja dalam krim jika memungkinkan.
Menghentikan penggunaan krim dokter secara total dan menyeluruh tanpa melakukan konsultasi terlebih dahulu dapat memicu reaksi negatif pada kulit. Seperti ruam kemerahan, beruntusan, bahkan jerawat yang muncul bertubi-tubi. Bukannya makin sehat, kulitmu malah jadi makin bermasalah.
ADVERTISEMENTS
2. Mengganti pembersih wajah.
Saat menggunakan krim wajah dari klinik tertentu, biasanya kita tak hanya diberikan krim wajah saja, tetapi juga serangkaian produk skincare pendukung seperti facial wash, toner dan sunscreen. Jika kamu masih takut-takut atau bingung ingin mengganti produk skincare yang mana terlebih dulu, mulailah dengan mengganti sabun muka atau pembersih wajah, karena pembersih wajah adalah skincare yang formulanya paling “aman” untuk digonta-ganti sesuai dengan kebutuhan kulitmu.
ADVERTISEMENTS
3. Mengganti day cream dan night cream.
Jika wajahmu tetap baik-baik saja selama beberapa bulan setelah mengganti pembersih wajah, maka hal selanjutnya yang harus kamu lakukan adalah secara perlahan-lahan mulai mengentikan penggunaan day cream dan night cream. Mengapa secara perlahan-lahan? Karena tentu saja untuk menghindari reaksi negatif yang bisa saja terjadi pada kulit yang mengalami perubahan secara drastis.
Mulailah dengan menggunakannya secara jarang-jarang, kadang pakai, kadang tidak. Lalu cek kembali, jika kulitmu sudah mulai terbiasa dengan hal tersebut dan efek negatif yang ditakutkan tidak timbul, maka kamu boleh mengganti day cream dari dokter dengan day cream pilihanmu. Satu syarat! beri jeda kurang lebih 2 minggu dari penggunaan krim sebelumnya.
ADVERTISEMENTS
4. Selama masa peralihan, kamu diwajibkan untuk lebih banyak mengonsumsi air putih.
Bukan tanpa alasan, tetapi dengan memperbanyak minum air putih disertai pola hidup sehat dan istirahat yang cukup, maka dampak yang lebih baik pada tubuh dan kulitmu akan lebih terlihat.
Jangan sampai kamu menyalahkan kondisi kulitmu yang kusam akibat dari krim yang baru kamu coba dua tiga hari, padahal penyebab sebenarnya adalah karena kamu yang kurang minum dan sering begadang. It’s a big no!
ADVERTISEMENTS
5. Teratur dalam menggunakan produk yang baru.
Kulit kamu sekarang jadi lebih sehat dan segar tanpa khawatir kantong bolong tiap kali bolak-balik ke klinik kecantikan. Kamu juga mudah menemukan produk skincare favoritmu di supermarket-supermarket terdekat. Eh,tapi jangan senang dulu. Seperti halnya krim dokter yang kamu gunakan sebelumnya, skincare pengganti yang kamu gunakan juga harus teratur dan rutin pemakaiannya. Karena skincare apapun yang kita gunakan, jika tidak teratur, maka hasilnya juga tidak akan kelihatan. Setuju?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”