Siapa di sini yang pernah mendengar tentang bahayanya media sosial? Well, memang kehadiran media sosial itu seperti pisau bermata dua. Kalau kita menggunakannya dengan dan untuk tujuan yang baik, pasti manfaat yang didapat pun banyak dan luar biasa. Nah, tapi gimana kalau saat menggunakan media sosial, kita justru jadi lelah dan tidak bersemangat?
Kalau kita merasa penggunaan media sosial ini tidak berdampak baik, kita bisa melakukan apa yang disebut social media detox atau puasa media sosial. Puasa media sosial ini nggak harus langsung satu bulan, kok. Bisa dari hitungan jam bahkan minggu. Mau puasa duabelas jam? Boleh. Sebulan? Boleh banget!
Nah, puasa media sosial ini penting banget diambil. Apalagi kalau ada tanda-tanda yang buruk di diri kita. Apa aja tanda-tandanya? Yuk, dicek!
ADVERTISEMENTS
1. Kita sudah nggak produktif
Kalau produktifitas kita terganggu karena media sosial, yuk, coba berhenti buka media sosial. Bisa dimulai dari waktu kerja atau penuh sesuai waktu yang kita tentukan. Sayangkan waktu yang kita punya untuk bekerja malah dipakai untuk scrolling Instagram atau Twitter?
Ngomong-ngomong, menjadi produktif itu nggak sama dengan menjadi sibuk, ya, guys. Menjadi produktif itu berarti kita sudah punya rencana yang spesifik dan biasanya diisi dengan tugas-tugas yang penting dulu.
Nah, orang yang produktif jarang, nih, multitasking dengan kegiatan yang nggak mendukung goals mereka, termasuk main hape dan buka media sosial.
Jadi kalau kita sudah punya rencana kerja yang matang, usahakan jangan diganggu oleh keinginan untuk buka media sosial, ya!
ADVERTISEMENTS
2. Kita mulai merasa stres dan anxious
Kalian sering nggak merasa stres tiap buka media sosial? Merasa overthinking dengan informasi-informasi yang diunggah di sana? Bisa informasi soal politik, hukum, HAM, bahkan kriminal dan lingkungan yang sudah diisi dengan debat panjang yang nggak selesai-selesai.
Nah, kalau kalian mengidentifikasi diri kalian sebagai orang yang mudah stres karena berita dan informasi tersebut, yuk, mulai kurangi dulu konsumsi dengan sumber beritanya. Tapi, bukan berarti berhenti total dari baca berita, ya.
Kita ambil jeda sebentar untuk istirahat dari dunia maya dan fokus ke dunia nyata. Kerjakan apa yang ada di sekitar kita dan fokus dengan hubungan antarmanusia. Mulai baca berita dari situs web beritanya. Jauhi dulu lihat komentar atau perdebatan antarwarganet. Gimana?
ADVERTISEMENTS
3. Kita mulai membandingkan diri dengan orang lain
“Wih, dia lagi liburan ke Bali! Enak banget!”
“Wow, dia baru aja naik jabatan di perusahaan tempat dia kerja!”
“Ih, kok badannya bagus banget, ya? Nggak kaya badanku.”
Nah, opini-opini kaya gini biasanya muncul tiap kita lihat pencapaian orang lain yang dibagikan di media sosial. Salah nggak orang mengunggah pencapaian mereka? Nggak salah juga, sih.
Cuma kadang kita suka lupa bahwa yang mereka unggah adalah bagian indahnya aja. Bagian di mana mereka sedang berjuang dan yang tidak indah justru jarang dibagikan. Padahal, kan, wajar kalau manusia punya masa naik-turunnya.
Terus, kenapa kita perlu puasa media sosial? Supaya kita bisa istirahat lalu mengambil waktu untuk berpikir bahwa semua itu tidak menunjukkan bahwa kita ini lebih buruk dari yang lain. Kadang opini kita aja yang memperburuk kondisi netral. Padahal, hidup kita di dunia nyata juga belum tentu menderita. Iya, kan?
ADVERTISEMENTS
4. Waktu istirahat kita berkurang
Siapa yang sering ingin tidur jam 11 malam tapi baru tidur jam dua pagi karena asyik nonton YouTube atau TikTok? Tahu nggak kalau kegiatan yang screen-based bisa bikin kita mengalami gangguan tidur? Hasilnya, dalam jangka panjang, bisa aja kita mengalami insomnia hingga depresi!
Nah, mulai dari sekarang, lebih baik kita bangun rutinitas yang bisa mendukung goal untuk tidur tepat waktu. Misalnya dengan berhenti main ponsel (kalau aplikasi media sosialnya dihapus, kita akan jarang buka ponsel, kan?), lalu mematikan lampu, dan minum susu hangat (bagi yang lactose intolerant, bisa pakai susu nabati).
Menjauhi ponsel dengan menghapus media sosial bisa jadi langkah awal untuk memenuhi waktu tidur yang cukup, guys. Jadi, coba, aja!
ADVERTISEMENTS
5. Kita tidak bahagia saat mengakses media sosial
“Does this thing spark joy?”
Kata-kata dari Marie Kondo, sang master bersih-bersih ini penting banget, lho, guys. Kalau kita sudah tidak merasakan sukacita saat melihat atau memiliki barang, buat apa barang itu dipertahankan? Nah, kayanya pertanyaan itu bisa juga deh diterapkan dengan konsumsi media sosial kita.
“Does Instagram spark joy?”
“Does Twitter spark joy?”
Kalau jawabannya nggak, buat apa dipertahankan? Coba hapus secara perlahan dengan tidak mengakses media sosial kita.
Kalau ternyata hidup kita baik-baik aja, bisa dilanjutkan untuk jangka waktu yang lebih lama. Terus, waktu yang ada kita pakai apa? Ya dipakai untuk mengerjakan tugas, hobi, dan kegiatan pengembangan diri lainnya!
Gimana, tertarik untuk mencoba puasa media sosial berapa lama, nih, jadinya?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”