5 Penyebab Kamu Berhenti Melakukan Sesuatu. Beda Tipis dengan Menunda-nunda Pekerjaan

alasan menunda-nunda

Saya yakin hampir setiap manusia punya cita-cita yang ingin digapai, selain itu juga ingin tumbuh, dan berkembang. Ketika dibayangkan, cita-cita kita sepertinya sangat mudah untuk digapai. Namun, setelah ditinjau ulang, hal yang dianggap mudah dan cepat digapai itu ternyata membutuhkan waktu yang lama, dan terkadang hasilnya nihil. Pada akhirnya kita merasa sering menyia-nyiakan kesempatan. Oleh karena itu, dari sekarang kita harus berhenti membayangkan dan tidak melakukan apa-apa. Lalu, apa sih sebenarnya yang membuat kita berhenti melakukan sesuatu?

ADVERTISEMENTS

1. Pola pikir keliru: Saya sudah bisa, kok!

Photo by Sammy Williams on pixabay.com

Photo by Sammy Williams on pixabay.com via https://pixabay.com

Mental kita sangat dipengaruhi oleh pikiran. Apa yang kita pikirkan adalah apa diyakini oleh sistem di dalam tubuh kita dalam memutuskan dan pada akhirnya melakukan sesuatu. Oleh karena itu, ketika kita keliru dalam memposisikan diri kita yang agaknya dirasa benar, namun ternyata bisa jadi apa yang kita pikirkan benar tersebut keliru bahkan salah 180 derajat. Seperti kita merasa bahwa kita merasa sudah bisa apa yang belum kita lakukan.

Hal ini jika dilakukan akan membuat sebuah dinding mental block. Mental block ini tidak begitu terlihat negatif, namun bisa menghambat apa yang sebenarnya bisa kita lakukan dengan segera dan akhirnya bisa menyebabkan kita menunda melakukan sesuatu.

ADVERTISEMENTS

2. Sengaja menunda

Foto oleh Ketut Subiyanto dari Pexels

Foto oleh Ketut Subiyanto dari Pexels via https://www.pexels.com

Menunda pekerjaan berbeda dengan pola pikir ‘pada saatnya akan dikerjakan’. Dalam konteks tertentu kita bisa mengerjakan yang menjadi tanggung jawab kita sesuai prioritas. Kita memiliki prioritas yang sudah diurutkan berdasarkan dari urutan yang paling penting dan yang kurang penting.

Pekerjaan yang sudah diurutkan sesuai prioritas akan dikerjakan pada saatnya dan tentunya telah dipertimbangkan sesuai dengan tenggat waktu yang sudah ada. Sengaja menunda pekerjaan adalah ketika kita yang bias prioritas dan melakukan hal yang menurut kita menyenangkan saja, padahal tanggung jawab yang sebenarnya lebih penting sering kita anggap sebagai beban dan kita tunda. Dan pada akhirnya akan membuat beban itu menumpuk dan membuat mental semakin kacau.

ADVERTISEMENTS

3. Bias prioritas

Photo by free-photo on pixabay.com

Photo by free-photo on pixabay.com via https://pixabay.com

Bias prioritas adalah kondisi di mana kita sebenarnya punya prioritas dalam hidup. Hanya saja, pikiran sering terdistorsi, terpengaruh dengan hal-hal yang menyenangkan yang ada di sekitar. Kita jadi sering memilih hal yang menyenangkan dan kadang lupa dengan kewajiban. Kita akan ingat lagi ketika ada atasan atau seseorang yang mengingatkan kita untuk kembali menyelesaikan tanggung jawab.

Hal ini sebenarnya bisa menurunkan kualitas hidup di mata orang yang bekerja sama dengan kita. Bisa jadi kita dianggap kurang dewasa dan tidak dipercaya lagi oleh orang yang telah bekerja sama dengan kita.

ADVERTISEMENTS

4. Berpikir sepele

Foto oleh Ekaterina Bolovtsova dari Pexels

Foto oleh Ekaterina Bolovtsova dari Pexels via https://www.pexels.com

Semakin kita dewasa tantangan untuk berpikir permasalahan semakin rumit semakin besar. Tidak semua masalah bisa kita anggap sepele. Ada kondisi di mana kita bisa berpikir sederhana dan ada saatnya kita berpikir rumit untuk mengudar permasalahan kita.

Ketika kita tidak bisa memikirkan hal yang rumit maka kita akan dianggap sebagai anak-anak yang tidak bisa menyelesaikan masalah sesuai dengan usia kita.

ADVERTISEMENTS

5. Apatis dengan sekitar

Photo by Clard on pixabay.com

Photo by Clard on pixabay.com via https://pixabay.com

Apatis dengan sekitar merupakan yang terkadang baik juga jika dihindari bisa menimbulkan efek lebih baik daripada kita berkehidupan dengan diri kita sendiri. Bagaimana kita membuka diri dengan orang lain akan bisa merefleksikan bagaimana kehidupan kita.

Kita bisa merespons dan mengapresiasi apa yang dilakukan orang lain bahkan dengan niatan belajar dari orang lain dan memintanya untuk diajarkan merupakan awal yang baik kita untuk melakukan sesuatu bukan? Jika sifat apatis ini masih memenjara diri kita karena kita pernah merasa kecewa dengan orang lain, maka coba refleksikan masih banyak orang-orang baik di sekitar kita.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang Guru Bahasa Indonesia yang mencoba terus untuk berkembang, penjual buku, dan melayani jasa agen naskah.