Memang nggak bisa dipungkiri bahwa dalam hidup ini selalu ada saja masalah yang terkadang harus membuat kita bertahan untuk menjadi kuat. Nyatanya memang menjadi kuat itu sebuah kebutuhan bukan pilihan. Hidup memang nggak sebercanda itu. Manis, pahit dan getir pasti kita rasakan.
Kadang ingin menyerah tetapi nurani bilang harus kuat bahwa kita pasti bisa melewatinya. Memang benar kita bisa tegar dan kuat, tetapi kita nggak pernah tau sampai kapan kita menjadi kuat.
Untuk itu agar jiwa kita tetap ternutrisi coba deh pahami baik-baik kalimat Ali bin Abi Thalib, salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang juga termasuk pemimpin umat islam setelah Nabi wafat.
ADVERTISEMENTS
1. " Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu setelah banyak kesabaran (yang kau jalani), yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit."
Kalimat ini memang luar biasa menyejukkan hati yang gundah dan sedang menderita. Seperti yang kita ketahui bahwa Ali bin Abi Thalib merupakan sahabat yang hidup pada zaman Nabi Muhammad, yang mana juga disebut sebagai generasi terbaik.
Di sini kita memang diharuskan banyak bersabar. Karena saat kita mau bersabar maka Tuhan akan menjanjikan kebahagian untuk kita.
Jangan khawatir nggak bahagia, selama kita bersabar dan yakin kepada Tuhan maka kita pasti mendapatkan kebahagian yang dijanjikan. Seperti yang Ali bin Abi Thalib katakan, jadi gimana, sudah sejauh mana sabar kita?
ADVERTISEMENTS
2. "What`s yours will find you."
Terkadang kita merasa nggak yakin dan berusaha sekeras mungkin untuk mendapatkan yang kita inginkan. Lalu saat kita gagal, kita menjadi sangat sedih, kecewa dan juga terluka. Seolah kita lupa, bahwa Tuhan sudah mengatur kehidupan kita.
Seolah kita nggak pernah berysukur bahwa apa-apa yang memang menjadi milik kita pasti akan datang pada kita. Rejeki itu nggak akan pernah tertukar. Dan juga apa-apa yang Tuhan takdirkan untuk kita itu pasti menjadi milik kita. Dan nggak akan pernah menjadi milik orang lain.
Termasuk jodoh, gimana, masih saja ragu?
ADVERTISEMENTS
3. "Balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik."
Merasa pernah direndahkan? Diselingkuhi? Dikhianati? Dan ingin balas dendam?
Jika kita pernah mendapatkan perlakuan seperti itu dan kita ingin balas dendam, itu wajar sih. Hanya saja yang jadi fokus disini balas dendam seperti apa?
Nah, sebagai manusia yang bermoral sudah seharusnya kita balas dendam dengan cara menjadi lebih baik dari yang kemaren-kemaren. Orang boleh saja menghina kita, pasangan kita boleh saja berkhianat meskipun kita sudah setia.
Yang pasti balas dendam dengan menjadi lebih baik setiap harinya, tentu memberikan kita dampak positif. Dan biarkan orang-orang yang pernah jahat pada kita menyesal. Biarkan mereka dengan penyesalannya dan kita melesat menjadi pribadi yang luar biasa.
ADVERTISEMENTS
4. "Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu."
Sebuah nasehat yang bijak, dan penting untuk kita pahami. Jelas sudah, kita nggak butuh penilain orang lain. Untuk apa? Nggak lucu juga dong kalau kita harus menjelaskan kepada setiap orang kebaikan-kebaikan yang sudah kita lakukan.
Nggak ada manfaatnya sibuk menjelaskan hal-hal baik yang sudah kita lakukan pada orang lain. Manusia bisa saja memiliki rasa iri dan cemburu. Itu sebabnya, alangkah baiknya jika kita sibuk menjelaskan diri pada Tuhan saja. Dengan melakukan hal-hal baik tanpa perlu pamer pada sesama manusia.
ADVERTISEMENTS
5. "Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia."
Nah, yang sering terjadi, adanya sebuah php atau pemberi harapan palsu. Begitulah ketika kita memiliki ekspektasi lebih pada sesama manusia. Berharap berlebihan pada manusia, pahit kalau nggak sesuai dengan kenyataan.
Bahkan kalimat ini sudah dikatakan Ali bin Abi Thalib sejak beribu-ribu tahun lalu. Sudah seharusnya kita hanya berharap pada Tuhan saja, bukan pada yang lainnya biar nggak kecewa.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”