5 Hal Ini yang Sangat Kurindukan Ketika Aku Merantau

Semua akan menjadi kenangan yang tak terlupakan

Pandemi virus corona menjadi sebuah jeda dalam fase hidup hampir setiap orang. Sudah hampir 2 tahun pandemi tak kunjung usai, menjadikanku harus hidup satu atap dengan kedua orang tuaku dan adik-adikku. 

Waktu yang sangat lama menjadikanku dekat kembali dengan mereka, dekat yang sangat dekat. Walau dahulu ketika aku kuliah aku pulang bahkan hanya setahun sekali, tapi pada periode aku setelah lulus di 2020 lalu, menjadikanku harus tinggal bersama mereka dalam waktu yang lama. 

Banyak hal-hal yang sudah kulewati bersama keluarga selama berada di kampung halaman, seluruh suka dan duka telah ku lewati bersama keluargaku. Ketika harus memutuskan merantau ke Ibu kota aku merindukan beberapa hal yang mungkin aku tidak rasakan lagi di perantauan ini.

ADVERTISEMENTS

1. Rindu menjadi bossy bagi adik-adikku

Photo by cottonbro with Pexels

Photo by cottonbro with Pexels via http://pexels.com

Punya adik-adik yang memiliki gap usia yang lumayan jauh denganku tidak lantas membuat mereka selalu menjadi penurut denganku. Kalau dalam sekali, dua kali mereka sangat gampang untuk disuruh, tapi kalau sudah mencapai tahap ke seratus kali nya aku suruh, sikap mereka sudah bukan menjadi adik yang penurut lagi. Bahkan kerap kali mereka melontarkan kata-kata yang buat aku ketawa

Woi bang, aku ini adekmu loh bukan babumu kalau mau buat teh manis buat sendiri lah, kalau sekali-sekali sih gapapa. Ini malah hampir tiap hari, ketusnya. 

Bukan hanya itu, kadang kerap kali aku mengganggu dia ketika lagi serius hanya untuk melihat kemarahan dia, dan juga kata-kata lucu nya kalau udah marah. 

Mendekatkan diri dengan adik yang umurnya jauh berbeda itu tidaklah mudah, awalnya canggung tapi aku coba dengan cara memberikan dia tugas kaya mencuci piring, mencuci baju, menyapu halaman, dan masih banyak lagi. Hal-hal itu membuat mereka jengkel denganku, mereka merasa bahwasanya aku menjadi bos di rumah itu. Padahal emang aku berlagak seperti itu haha. 

Dari situ aku bisa menjadi dekat dengannya, bukan hanya menyuruh kadang aku memberi reward kepada adikku yang sudah menjalankan tugas dengan tepat waktu aku beri boba dan snack sekalian berbicang sekali-sekali dengan mereka.

ADVERTISEMENTS

2. Rindu disuruh-suruh orang tua

Photo by Ron Lach with Pexels

Photo by Ron Lach with Pexels via http://pexels.com

Menjadi anak pertama laki-laki satu-satunya menjadikanku sebagai asisten pribadi mama dan bapak. Tidak jarang aku sering sekali menjadi sopir pribadi yang tiap sekali seminggu harus menemani mama ke pasar untuk belanja keperluan warung dan juga keperluan bahan makanan di rumah.

Bukan hanya itu saja, tugas-tugas lain seperti mencuci mobil, service mobil menjadi tugas rutin yang harus ku kerjakan karena cuma aku dan bapak yang bisa mengendarai mobil. Karena dia harus mengerjakan pekerjaan lain, terpaksa aku yang harus mengemban tanggung jawab itu. 

Hal-hal mengangkat barang-barang juga sudah menjadi kewajiban di rumah. Hal-hal tersebut menjadi momen-momen yang sangat ku rindukan karena dengan begitu aku merasa menjadi dekat dengan mama dan bapak. 

ADVERTISEMENTS

3. Rindu masakan mama, walau kadang suka ngomel kok lauk nya itu-itu aja sih

Photo by Fauxels with Pexels

Photo by Fauxels with Pexels via http://pexels.com

Siapa sih yang nggak suka dengan masakan mamanya sendiri ? Tentu dong. Masakan mama adalah masakan terbaik nomor 1. Eits, ini bener loh aku enggak ngada-ngada. Ya, walau kadang kalau mama masaknya itu-itu aja aku sering banget ngomel sama mama. Bahkan rasanya sudah sangat sering sekali aku ngomel hanya karena ini. 

Setelah aku merantau, aku rindu makan masakan teri medan buatan mama, masakan ikan bakarnya, dan juga masakan ayam panggangnya, apalagi masakan sop ayamnya yang sangat menggugah selera. Di perantauan mana mungkin bisa makan makanan itu sebebas itu, bahkan rasanya tidak sama. 

ADVERTISEMENTS

4. Rindu hangout dengan sahabat masa kecil, dan segudang cerita bersama mereka

Photo by Kindel Media with Pexels

Photo by Kindel Media with Pexels via http://pexels.com

Selama pandemi, bukan cuma aku saja yang harus berdiam diri dirumah. Sahabat masa kecilku juga harus merasakan itu, ketika selesai perkuliahannya. Hidup di lingkungan kampung halaman tidak sehebat kota tempat perantauan yang hidup di kelilingi oleh gedung-gedung pencakar langit. Tapi setiap momen bersama mereka menjadikan tempat-tempat yang terlihat biasa menjadi luar biasa.

Nongkrong dekat pantai, sambil menyeruput boba sudah menjadi healing bagi kami yang setiap harinya menjalankan rutinitas yang begitu-begitu saja. Sekali dua kali kami nongkrong hanya sebatas membicarakan nostalgia masa kecil, harapan-harapan kami, dan juga pasangan idaman nantinya. Percakapan-percakapan sederhana di hadapan ombak yang menderu membuat kami saling menertawakan masa ini, masa-masa harus bisa bertahan di tengah ombak. Kali ini bukan ombak derauan di pantai, tapi ombak derauan kata-kata tetangga yang menanyakan, kapan kerja? kapan punya pasangan, biar cepat nikah? 

ADVERTISEMENTS

5. Rindu suasana lingkungan rumah

Photo by Olga Lioncat with Pexels

Photo by Olga Lioncat with Pexels via https://www.pexels.com

Tidak seperti kota yang di isi oleh gedung-gedung tinggi di tengahnya, kampung halamanku di isi oleh industri perkebunan pabrik kelapa sawit, yang sudah pasti di kelilingi oleh kelapa sawit dan juga suasana pantainya, serta pemandangan sunset nya yang bisa di nikmati ketika di jalan menuju kerumah. 

Menepi sejenak di dekat pinggir pantai, ada sebuah tempat wisata untuk sekedar bersantai sambil menyeduh es teh, dan menikmati pemandangan laut nan luas di bawah atap gazebo, menjadi tempat yang asik untuk sekedar menghabiskan waktu bersama orang tersayang, atau sekedar melepas penat dikala bosan dengan sesuatu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Yesterday is not ours to recover, but tomorrow is ours to win or lose. -Lyndon B. Johnson