Dewasa ini, banyak sekali orang yang menaruh standar usia ideal menikah. Padahal, menikah tidak bisa ditentukan karena faktor usia. Menikah adalah perihal kesiapan dan kemapanan hati serta jiwa kita. Bukankah yang akan menjalani kehidupan pernikahan adalah kita, bukan mereka yang sibuk bertanya-tanya, kapan sebar undangan? Enggak bosen apa jadi jomblo?
Jomblo alias single bukan sebuah ketetapan, tapi pilihan seseorang. Ada banyak orang yang memilih jomblo untuk menikmati waktu dan kebersamaan dengan orang-orang terdekat. Ingat, jomblo bukan kutukan tapi pilihan. Nih, buat kalian yang belum tahu alasan mengapa seorang perempuan menunda pernikahan, mungkin 5 alasan ini bisa memuaskan rasa penasaran kamu. Yuk, cek!
ADVERTISEMENTS
1. Mengejar karier
Karier, salah satu fokus seorang perempuan dalam hidupnya. Ketika karir sedang berproses, enggak jarang perempuan justru menaruh lebih banyak pada pekerjaannya itu sehingga sedikit mengenyampingkan masalah percintaan apalagi pernikahan dan merasa sayang banget kalau ditinggalkan begitu saja alias resign. Bukan karena mereka ogah nikah sih, tapi mereka di bawah pengaruh pikiran—kalau sudah nikah karirku bisa bisa tamat nih.
Maka dari itu, mereka para perempuan bekerja keras pantang putus asa demi mengejar cita dan mimpi mereka melalui berkarir. Enggak jarang kita temui para perempuan yang getol membangun kerajaannya sendiri sebelum memutuskan menikah. Di samping itu, ada juga yang berpikir menata karir sebelum menikah karena enggak mau menyusahkan calon suami atau suaminya kelak. Mandiri banget, kan?
ADVERTISEMENTS
2. Ingin membahagiakan orangtua
Cita-cita mulia seorang perempuan sebelum memutuskan menikah tuh ingin membahagiakan orangtua. Barangkali, cita-cita ini sudah tertanam sejak dia sekolah dulu. Padahal, orangtua itu bahagia kalau anaknya juga bahagia. Tapi para perempuan enggak berpikir seperti itu, karena memang pada dasarnya perempuan selalu menggunakan perasaan. So, Bahagia menurut definisi seorang perempuan adalah mengajak orangtuanya hidup lebih baik, liburan bersama, beli makanan enak, membangun rumah, atau menjamin masa tua kedua orangtuanya.
Sebenarnya prioritas seorang perempuan dalam hidupnya itu banyak dan pernikahan adalah salah satunya. Namun, di atas pernikahan ada prioritas yang lebih utama lagi yakni kebahagiaan orangtua. Jadi, bagi kamu yang mau meluluhkan hati perempuan seperti ini (family oriented) kamu harus meluluhkan hati kedua orangtuanya dulu, baru deh si dia. Jangan kebalik, ya.
ADVERTISEMENTS
3. Mengumpulkan uang
Pernikahan butuh biaya dan itu cukup besar apalagi kalau menggunakan adat istiadat dan resepsi di gedung. Sebagai perempuan yang pikirannya dua langkah ke depan, dia memutuskan mengumpulkan uang sebelum calon suaminya datang. Sebanyak apapun uang yang dikumpulkan nantinya, perempuan sudah punya rincian akan dialokasikan ke mana saja, termasuk modal usaha kalau-kalau suaminya kelak menyuruh dia jadi ibu rumah tangga fulltime di rumah.
ADVERTISEMENTS
4. Fokus Pendidikan
Pendidikan merupakan alasan terbesar seorang perempuan menunda pernikahan. Memang sih ada sebagian perempuan yang bisa melakukan dua atau tiga peran sekaligus—istri, ibu dan mahasiswi. Tapi hanya sebagian, kan? Sisanya memilih untuk fokus hanya pada satu peran yaitu pendidikan. Mengapa harus pendidikan?
Karena sebagai ibu sekaligus madrasah pertama bagi anak-anaknya haruslah dibekali wawasan yang luas dan ilmu yang tidak terbatas. Bisa dikatakan, bisa segalanya deh. Sehingga anak-anaknya kelak tidak kekurangan ilmu pengetahuan karena ada ibu sebagai tempatnya belajar dan bertanya.
ADVERTISEMENTS
5. Trauma
Mengapa seorang perempuan menunda pernikahan? Jawaban paling mungkin adalah trauma. Mungkin trauma masa kecil yang melihat sosok ayah yang sering melakukan kekerasan fisik maupun verbal pada ibunya. Sehingga tindakan ayah tersebut terekam dalam memori bawah sadarnya dan ketika dia dihadapkan dengan seorang laki-laki secara tidak sadar jiwa dan tubuhnya melakukan penolakan. Menolak untuk merasa disakiti atau dilukai. Jika situasinya demikian, ada baiknya sih pergi konseling pada ahlinya, ya. Jangan terlalu lama memendam trauma, karena hidup masih sangat panjang perjalanannya.
Ada juga trauma yang ditimbulkan dari cerita-cerita kerabat dekat yang sudah menikah—katanya menikah itu tidak seindah yang dikira. Sebagian perempuan percaya, setelah mereka menikah hak kebebasan mereka pun direnggut paksa suaminya—enggak ada metime, enggak ada hangout, enggak ada kerja di kantoran lagi, semua full tercurahkan di rumah saja meski belum punya anak. Itu sih yang mungkin ditakutkan perempuan masa kini. Padahal, sebagai perempuan, bisa kok mengkomunikasikannya dengan baik sebelum memutuskan menikah dengan calon suami.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”