Perempuan mana yang tidak baper jika ada seorang laki-laki yang datang ke rumahnya dengan maksud membuktikan keseriusannya. Namun kenapa belum juga mampu meluluhkan hati seorang perempuan? Ada yang lebih penting dari sekedar saling mencintai, saling melengkapi dan saling setia yaitu saling mempunyai energi yang sama demi mencapai tujuan pernikahan yang searah.
Ada juga beberapa alasan lain yang membuat seorang perempuan memilih lebih baik sendiri dulu daripada berdua namun perasaan tak seirama. Mari simak!
ADVERTISEMENTS
1. Tidak ada chemistery atau kecocokan
Selama proses perkenalan tak pernah menemukan chemisteri atau kecocokan. Komunikasi pun berjalan sewajarnya, tak ada ucapan atau omongan yang menuju serius, meski sudah lama menjalin perkenalan. Yang ada justru membuang-buang waktu dengan komunikasi yang isinya hanya gombalan layaknya anak abg yang baru pertama kali pacaran.
Sedangkan seorang perempuan yang sudah dewasa sudah tidak butuh gombalan atau rayuan maut khas anak alay yang doyan pacaran. Malah seorang perempuan akan muak akan hal itu karena baginya hubungan ini seperti permainan jika dijalani seperti itu.
Jadi, ketika seorang perempuan menemukan sosok laki-laki seperti ini maka dia akan mundur secara perlahan. Bisa dengan mulai membalas chat lama, chat hanya diread saja dan tidak dibalas sama sekali atau bahkan bisa dengan terang-terangan menyelesaikan perkenalan tersebut untuk tidak diteruskan lebih dalam sebelum pihak laki-laki menaruh harap lebih banyak.
ADVERTISEMENTS
2. Trauma
Nikah muda sudah menjadi mindset untuk anak milenial saat ini. Tapi tidak munafik juga banyak yang mengalami perceraian dini pula. Tentunya banyak faktor kenapa menikah cepat tapi cerainya pun secepat kilat. Bisa jadi karena faktor ekonomi, ketidak cocokan, dan lainnya yang sebenarnya faktor-faktor tersebut bisa dipangkas apabila sebelum pernikahan dibekali dengan ilmu baik ilmu pra-nikah, pasca menikah atau bahkan ilmu parenting dan lainnya.
Penyebab seorang perempuan trauma selain berita perceraian yang secepat kilat juga bisa karena broken home yang dialami seorang perempuan meski tidak semua yang lahir dari broken home mengalami trauma. Maka di sini perlu digaris-bawahi betapa pentingnya menjaga hubungan antara orang tua dengan anak. Meski orang tua sudah tak bersama agar si anak apalagi anak perempuan yang mempunyai sisi kelembutan, harus diberi pendekatan secara alamiah agar si anak tidak mengalami trauma atau takut menikah.
Ada juga seorang perempuan yang takut menikah dengan seorang laki-laki yang kemampuannya di bawahnya. Takut di sini adalah takut dimanfaatkan oleh laki-laki yang misal pendapatannya lebih kecil daripada dia. Bukan matre ataupun merendahkan laki-laki, karena ini bentuk kekhawatiran yang lumrah.
Karena memang ada beberapa rumah tangga dimana suami santai di rumah sedangkan istrinya membanting tulang demi sesuap nasi. Dimana beban seorang istri harusnya dibebankan ke suami dari bapaknya apabila telah menikah, ini malah beban suami di serahkan ke istri.
Di sini harusnya bisa menjadi motivasi kepada laki-laki yang ada di dunia ini untuk lebih mengutamakan tanggung jawab dibandingkan rayuan yang tak berkesudahan. Bukan menyuruh seorang laki-laki untuk mempunyai pekerjaan bagus, atau sudah mapan tetapi lebih dari itu. Buktikan bahwa kamu seorang laki-laki yang bertanggung jawab dan siap menerima beban seorang perempuan yang akan menjadi istrimu.
ADVERTISEMENTS
3. Tidak satu visi
Tujuan menikah memang ibadah, ya karena menikah itu sunnah sudah jelas itu namanya ibadah. Tapi juga harus didetailkan visi dan misinya seperti apa dan bagaimana agar menikah tidak hanya mempunyai keturunan, hidup bersama hingga tua lalu mati bersama begitu saja, karena makna ibadah itu luas. Jika pernikahan dibekali visi dan misi yang jelas tentunya setiap ada percekcokan akan menjadi cermin sendiri sehingga akan diatasi dengan diskusi untuk menemukan solusi.
Apalagi jika visi dan misinya tentang dakwah islam secara bersama seperti layaknya kisah cinta Rasulullah dan Bunda Khadijah. Betapa mulianya hati Bunda Khadijah ketika semua hartanya hampir habis karena digunakan Rasulullah untuk berdakwah maupun berperang. Dan yang paling menyayat hati adalah ketika Bunda Khadijah meninggal dalam keadaan baju yang terkoyak-koyak padahal Bunda Khadijah terkenal sebagai seorang perempuan yang mempunyai cukup harta.
Masya Allah, masih adakah sosok perempuan seperti Bunda Khadijah? Itulah kenapa Rasulullah dan Bunda Khadijah cintanya tetap melekat hingga sekarang, itu semua karena satu visi dan misi.
ADVERTISEMENTS
4. Belum menemukan imam yang sesuai
Memang sudah tidak ada lagi sosok Bunda Khadijah lainnya, begitu pula sosok seperti Rasulullah apalagi di zaman akhir seperti ini. Bukan berarti seorang perempuan tidak diperbolehkan untuk mencari pendamping yang bisa menjadi imam yang baik setelah menikah. Bahkan seorang pelacur pun enggan menikah dengan seorang laki-laki yang pandai berzina juga.
Bukan sudah menjadi baik lantas mencari yang baik, melainkan menemukan imam yang baik untuk diri yang ingin menjadi lebih baik ini. Karena bukan suatu kesalahan jika ingin menjadi lebih baik dan parameter menjadi lebih baik adalah bergaul dengan seorang yang baik. Jadi carilah pendamping yang bisa membimbingmu ke arah kebaikan. Karena sejatinya orang yang baik juga tidak akan membiarkan orang lain terjerumus lebih lama.
ADVERTISEMENTS
5. Belum move on dari masa lalu
Sikap seseorang memang berbeda-beda, begitupun dalam menghadapi masa lalu. Ada yang sudah melupakan dan bersinar di masa sekarang berkat masa lalu, ada juga yang justru semakin tenggelam karena terseret pada masa lalu yang baginya sulit untuk dilupakan. Proses seseorang memang berbeda-beda, hargai saja. Yang terpenting masa depan harus dimiliki juga.
Dan jika ada seorang perempuan yang sulit bangkit dari masa lalu, untukmu seorang laki-laki bantulah ia untuk memperindah masa depannya.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”