Masa-masa beranjak dewasa memanglah fase yang membingungkan. Entah sejatinya definisi dewasa seperti apa yang kita cari, yang jelas kita kaitkan itu semua dengan seiring bertambahnya usia.
Memasuki usia kepala dua, kita semakin sadar bahwa kehidupan sudah menjadi milik kita sendiri yang harus berpikir bagaimana langkah terbaik untuk menjalani. Tapi kita belum siap, kita masih terlena dan belum mengerti, ternyata banyak hal di dunia yang tak bisa kita kira-kira.
Kita membayangkan masa kecil yang masih polos bermain, dengan percaya diri mengatakan ingin menjadi apa kelak ketika dewasa, dan ingin segera sampai di masa itu. Kini, saat dewasa, ternyata mimpi itu tidak seindah realita.
ADVERTISEMENTS
1. Tidak tahu gambaran rencana masa depan
Saat kita masih belum terang terhadap apa yang benar-benar diminati, merasa belum memiliki satu keahlian yang bisa kita manfaatkan sebagai sebuah karir, kita merasa sia-sia dan tersesat. Bahkan saat sudah sadar apa yang kita bisa lakukan, kita masih takut untuk memulai karena takut akan kegagalan dan akan mendatangkan kerugian di masa depan. Kita terlalu terobsesi dengan masa depan yang cemerlang, sehingga kita lupa menikmati kehidupan masa kini.
ADVERTISEMENTS
2. Tidak siap menghadapi jika ekspektasi tidak seindah realita
Banyak mimpi dan angan yang kita miliki. Kita ingin jadi apa saja, menjadi seseorang yang cita-citanya ditentukan oleh diri sendiri, bukan karena paksaan orang lain. Kita berangan bisa mewujudkan itu semua. Tapi di saat berproses banyak batu sandungan yang membuat kita hampir terjatuh, dan kaki kita belum cukup kukuh untuk menahan beban tubuh yang goyah. Kita merasa terpuruk oleh realita yang tak semudah berangan semata.
ADVERTISEMENTS
3. Belum yakin untuk bisa berdiri di kaki sendiri
Kita sadar bahwa pada akhirnya bahwa hanya diri kitalah yang mampu menjadi penyelamat bagi permasalahan sendiri. Namun, kita belum cukup percaya bahwa diri kita mampu untuk membantu diri sendiri.
Bukan berarti kita merasa sendiri dan tidak memiliki orang yang peduli, hanya saja kita sadar, manusia memiliki urusan masing-masing yang perlu ditangani.
ADVERTISEMENTS
4. Takut dikelilingi pertemanan yang tidak mendukung
Di masa kecil pertemanan itu murni. Kita bermain, kita tertawa, dan kita akan dimarahi bersama-sama, lalu kita berbahagia. Namun, setelah dewasa mulai muncul perasaan bahwa beberapa orang ingin berteman gaya demi mencari keuntungan semata, mereka tak benar-benar peduli terhadap diri kita.
ADVERTISEMENTS
5. Takut tidak sehebat rekan-rekan yang seumuran dengan kita
Kita membandingkan diri, rekan sejawat yang memiliki banyak prestasi, usaha sendiri, dan sudah mandiri. Sementara kita masih merasa menjadi beban keluarga yang masih menunggu uang dari orang tua.
Atau kita takut tak sehebat orang-orang terdahulu, misalnya orang tua sendiri yang sudah jelas tujuannya saat mereka seusia kita.
Kita takut tidak siap untuk menjadi dewasa.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”