Kebersamaan yang dirasakan seseorang ketika dia berada di dalam pondok pesantren sangatlah berbeda, dengan kebersaman yang dirasakan oleh mereka mereka yang berada di luar pesantren
Tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Banyak yang bilang bahwa hidup di sebuah pondok pesantren itu sangatlah membosankan, tapi siapa sangka ternyata bagi sebagiaan orang yang sudah merasakan, bagaimana hiruk-pikuk kehidupan di sebuah pesantren, ternyata malah membuat mereka tak ingin keluar dari pesantren, bahkan dia akan merasakan kerinduan yang amat sangat ketika dia telah keluar dari pesantren, ayo kalian juga merasakanya kan.
Mau tahu apa saja fakta-fakta menarik seputar santri dan dunia pesantren? Ini adalah 12 ulasan dalam rangka menyambut Hari Santri Nasional, agar kita lebih tahu sedikit tentang dunia santri. Atau bagi anda para santri, sekadar untuk berkangen-kangenan dengan masa lalu. Berikut ulasannya!
ADVERTISEMENTS
1. Santri, garda depan perjuangan kemerdekaan
Hari Santri digagas oleh Kiai Haji Thoriq Darwis dan jatuh pada tanggal 22 Oktober. Pemilihan tanggal ini bukan tanpa sebab. Jika dilihat dari catatan sejarah, tanggal tersebut merupakan peristiwa berdarah saat para pejuang mempertahankan kemerdekaan melawan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang datang sebagai perwakilan Sekutu untuk memerintah Indonesia yang telah merdeka.
Peristiwa tersebut adalah deklarasi Resolusi Jihad yang dilakukan pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari di Surabaya pada tanggal 22 Oktober 1945. KH Hasyim Asy’ari menyerukan kepada para santrinya untuk ikut berjuang untuk menggagalkan misi para tentara Belanda. Berkat bantuan para santri inilah, pertempuran ini menewaskan pimpinan Belanda Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby.
Namun, peran sentralnya pada masa revolusi kemerdekaan telah terpinggirkan dalam penulisan sejarah ‘resmi’ Negara, sehingga sulit sekali menemukan peran santri ditumpukan buku-buku sejarah Kemerdekaan Indonesia. Huft!! Jadi, neng gus, santri itu pahlawan nasional juga, ya. Lebih tepatnya, pahlawan nasional yang berakhlak mulia, hehe.
ADVERTISEMENTS
2. Para santri ngeliwet (masak) sendiri di dapur pesantren
Masak sendiri merupakan salahsatu hal yang mendewasakan dalam dunia pesantren. Tempo dulu, ketika belum ada kompor, santri masak memakai kayu bakar. Ketika musim hujan tiba, tak jarang banyak hanger atau sandal jepit yang hilang. Kemana hilangnya, ya, jelas ke tungku untuk memasak.
Namun, sekarang jarang santri yang masak sendiri, seiring dengan perkembangan jaman. Jika mencari santri memasak di dapur, silakan cari pondok yang masih salaf.
ADVERTISEMENTS
3. Berebut mencium tangan Kyai
Pesantren salaf mengajarkan santri untuk memulyakan ilmu dan ahlinya. Salah satu bentuk memuliakan tersebut adalah bersalaman dan mencium tanyan Kyai. Ini terjadi di semua pesantren-pesantren salaf, kecuali pesantren modern. Selain itu, bersalaman dan mencium tangan kyai adalah sebuah upaya ngalap berkah agar mendapat ridla dari sang kyai.
ADVERTISEMENTS
4. Dikejar setoran
Setoran di sini bukanlah setoran yang lazim terjadi antara sopir angkot dengan juragannya, namun setoran hafalan nadzaman dan syair-syair kitab. Biasanya, seminggu sekali para santri setoran hafalan tersebut kepada sang ustadz. Jika tidak memenuhi target, si santri akan dita’zir dan lebih ekstrem lagi tak bisa naik kelas.
ADVERTISEMENTS
5. Makan se-lengser bersama
Inilah yang membuat apapun makanannya akan enak terasa. Santri yang memasak, ketika sudah siap saji, makanan ditiriskan di lengser atau daun pisang. Kemudian dimakan secara bersama-sama oleh 5 – 10 orang. Meski nasi dan sayur masih panas, para santri tak peduli untuk melahapnya.
Soal tangan gosong atau lidah terbakar, itu soal nanti. Masalahnya, kalau tidak berani ambil resiko itu, dijamin tidak kenyang karena kalah dengan yang lain.
ADVERTISEMENTS
6. Antri mandi
Pesantren yang jumlah santrinya ribuan, ketika pagi dan sore hari akan ada pemandangan menarik di kamar mandi atau kali (sungai). Satu kamar mandi, bisa antre tiga orang. Jika tak sabar, yang ngantri akan menggedor-gedor pintu.
Bisa dibayangkan bagaimana rasanya buang hajat dengan pintu digedor-gedor. Berbeda dengan kamar mandi, kalau mandi di sungai antrinya petelesan celana untuk santri putra. Sungguh menggelikan.
7. Terserang penyakit kulit
Penyakit kulit atau kudis, akrab bagi santri baru. Hal ini seakan menjadi "ujian" pertama bagi santri; apakah nantinya ia akan betah tinggal di pesantren atau tidak. Saking parahnya, santri yang terkena penyakit ini kadang sampai tak bisa duduk atau sulit jalan.
Mau dibawa ke rumah sakit, dokter, tak jua sembuh-sembuh. Hanya waktu yang bisa menyembuhkannya, hingga badan kebal dan penyakit merasa bosan sendiri. Namun, itu dulu. Pesantren sekarang sudah banyak memiliki air bersih dan sanitasi yang memadahi.
8. Tidur di lantai berbantal pakaian kotor
Dulu tak ada ceritanya santri tidur di kasur. Tidurnya cukup merebahkan badan di lantai kamar, depan kamar atau serambi masjid. Untuk bantal, pakaian kotor dikumpulkan lalu dibungkus dengan sarung. Hal itu sudah lebih dari cukup menghilangkan kantuk karena kesibukan ngaji pagi, siang sampai malam.
9. Berebut jajanan
Sudah menjadi tradisi, ketika ada santri baru atau menerima wesel atau sehabis pulang selalu membawa aneka jajanan. Ketika si santri datang diantar orang tua, selruh anggota kamar akan bersikap dewasa dan melayani tamu dengan penuh penghormatan, seperti anjuran baginda nabi.
Namun sejurus kemudian, ketika para tamu orang tua atau wali santri itu pulang, akan segera terjadi kegaduhan: berebut jajanan. Ini suatu tradisi yang lazim terjadi di pesantren-pesantren salaf, meski latar belakang santri adalah seorang yang mampu. Berebut jajanan ini menjadi suatu hal yang menarik dan menyenangkan.
10. Mayoran
Istilah mayoran dewasa ini jarang terdengar. Ini adalah manifestasi kekompakan atau rasa syukur santri setelah mengkhatamkan kitab. Biasanya, ada pengurus kelas yang menariki iuran lalu dibelikan daging.
Daging, merupakan barang mewah bagi santri yang dengan kultur pesantren salaf rata-rata menyuruh untuk hidup senderhana, riyadlah dan tirakat. Namun, sepertinya tradisi mayoran ini sekarang lekang oleh waktu karena makanan mewah sudah ada dimana-mana.
11. Ta'zir atau Hukuman
Pesantren dimanapun memiliki peraturan. Jika ada santri yang melanggar, ia akan dihukum sesuai bobot pelanggarannya. Ada yang diceburkan ke kolam atau sunga, dicukur gundul atau dipajang di depan pesantren dengan mengalungkan papan bertuliskan kesalahannya.
Ketika terjadi ta’ziran ini, biasanya semua santri menonton dan menyoraki. Ini pelajaran sekaligus tes mental dan melatih tanggungjawab.
12. Tirakat
Terakhir dalam tulisan ini, adalah tirakat. Para santri biasanya meminta ijazah kepada kyai akan amalan-amalan tertentu seperti: ngrowot (tidak makan nasi), puasa, shalat jamaah, manaqib, mujahadah, dalalil dll. Amalan tersebut merupakan metode salafiyyah yang menjadi perekat masuknya ilmu ke hati.
Jadi, jangan heran kalau ada santri yang makannya nasi aking (oyek, thiwul) karena itu ia sedang menjalankan misi spiritual. Bahkan, di pesantren tertentu, banyak santri yang mengamalkan ilmu kanuragan sehingga tak mempan bacok.
Demikianlah 12 fakta menarik tentang santri di pesantren. So, Hari Santri Nasional itu sangat penting, bukan hanya sebagai seremonial belaka, tapi juga sebagai penghargaan dan investasi akhirat. Hehe. Kawan, jangan jadikan Hari Santri hanya sebagai perayaan berkala saja.
Jadikanlah ini sebagai momentum memperbaiki pribadi dan meneguhkan kembali ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Selamat Hari Santri Nasional
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”