Masih bilang kalau kalau Broken Heart lebih sakit? Wake up, guys. Perasaan sakit Broken Heart tidak sebanding dengan sakitnya Broken Home. Tidak semua anak di dunia ini mengalami hal ‘normal’ dalam hidupnya, seperti yang dialami anak-anak lainnya. Memiliki ibu dan ayah yang selalu ribut di rumah, hingga memutuskan untuk berpisah itu bukanlah perkara mudah bagi anak yang berlatar belakang broken home. Seketika, dunia mereka berhenti.
Di mana kamu dihadapkan untuk mengambil keputusan penting dalam hidup mereka, yaitu memilih.
Sementara kamu mencintai keduanya, dan kamu tak bisa memilih diantara keduanya. Beberepa di antara orang sekitarnya selalu berusaha untuk menabahkan hatimu, dan mengatakan bahwa waktu akan membuat lupa lupa dengan segalanya. Nyatanya, perasahaan pahit tersebut terus menghantui.
ADVERTISEMENTS
1. Kamu mengerti bahwa hidup sangat rentan dan mudah retak
Hanya dengan satu tusukan jarum saja, hidupmu bisa hancur berkeping-keping. Kamu menjadi sangat, bahkan terlalu berhati-hati karena kamu tak ingin salah langkah dan menyesali segalanya.
ADVERTISEMENTS
2. Namun, kamu berusaha menyatukan retakan tersebut di hadapan orang lain
Di depan orang lain, kamu tersenyum dan berlaku seolah tak ada yang terjadi. Padahal, hatimu hancur berkeping-keping.
ADVERTISEMENTS
3. Benar-benar merasa muak terhadap emosi dan amarah berlebihan
Kamu sudah tidak tahan mendengarkan suara ribut dan argumen dari kedua orangtuamu. Rasanya, telingamu berdenging dan kamu mendadak panas di kepalamu mendengarkan mereka.
ADVERTISEMENTS
4. Kamu lebih tertutup dan tidak mudah dekat dengan orang lain, karena kamu mengerti bagaimana rasanya tersakiti
Kamu takut bahwa orang lain akan mengecewakan atau mengkhianati kamu. Jadi, kamu benar-benar memilih orang-orang yang akan dijadikan teman. Kamu juga cenderung lebih nyaman sendirian tanpa berniat memiliki teman.
ADVERTISEMENTS
5. Kamu tidak bisa berekspresi dengan baik, karena kamu selalu menahan rasa kesedihan itu sendiri
Namun, tak ada seorang pun yang paham dengan penderitaanmu itu. Bahkan kedua orangtuamu sendiri. Kamu tak punya orang lain yang bisa kamu percayai dan tak punya seseorang untuk bertukar cerita. Hidupmu penuh kekosongan dan tak ada ekspresi bahagia di dalamnya.
ADVERTISEMENTS
6. Terkadang, kamu begitu takut bahkan tidak betah untuk tinggal dirumah
Bagimu, rumah bukan lagi teempat untuk menenangkan diri. Rumah adalah rekam jejak, di mana kamu selalu teringat dan bahkan selalu melihat pertarungan antara ayah atau ibumu yang tak pernah usai. Sebuah pertandingan yang tak pernah ingin kamu saksikan.
7. Sadar tidak sadar, kamu selalu menyalahkan dirimu sendiri atas apa yang telah terjadi
Terkadang, kamu merasa bahwa kedua orangtuamu ribut karenamu. Kamu pernah berpikir bahwa semua ini adalah salahmu, dan tak seharusnya kamu lahir di dunia ini. Ingatlah, pmikiran itu salah! Kamu adalah anugerah terbesar untuk kedua orang tuamu. kalau tidak ada kamu, mungkin keadaan akan semakin memburuk. Kamu adalah anugerah untuk mereka.
8. Kamu paham bagaimana rasanya sakit
Kamu menjadi orang yang begitu sensitif dan paham dengan perasaan orang lain. Di saat teman atau lingkungan sekitarmu mengalami kesusahan, kamulah yang paling mengerti keadaanya. Kamu menjadi seorang pendengar yang sangat baik.
9. Menjadi sangat 'overprotektive' terhadap mereka yang kamu cintai
Kamu memiliki tekad untuk tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan oleh kedua orangtuamu. Sehingga, kamu menjadi begitu overprotektive terhadap mereka yang kamu cintai.
10. Kamu benar-benar berusaha untuk merubah kehidupan menjadi lebih baik
Hati kecilmu selalu mengatakan bahwa kamu masih bisa merubahnya. Hanya saja, membutuhkan waktu untuk mmulihkan luka batinmu. Kamu bisa bertindak dan mengambil keputusan jauh lebih baik dari kedua orangtuamu. Percayalah, kamu akan mnjadi seseorang dengan kepribadian yang jauh lebih baik daripada saat ini.
Karena menyembuhkan luka akibat trauma, jauh lebih membutuhkan waktu bila dibandingkan menyembuhkan luka badan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
”