Pemilihan presiden dan wakilnya pada tanggal 9 Juli nanti bakal jadi puncak dari pesta demokrasi terbesar yang digelar lima tahunan di Indonesia. Dibandingkan yang sudah-sudah, pilpres tahun ini sepertinya jadi yang paling heboh dan sengit karena hanya ada dua kandidat capres — dan dua-duanya fenomenal. Selain itu, partisipasi kaum muda juga semakin nyata, dibantu dengan adanya aneka jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook.
Sayangnya, kampanye hitam dan kampanye negatif terhadap masing-masing capres-cawapres juga sangat marak — bisa dilihat mulai dari sosial media sampai portal-portal berita nasional. Hipwee merasa perlu menemukan fakta-fakta di balik kampanye hitam tersebut, sebagai pembelajaran bagi kita semua untuk mendukung demokrasi secara bersih dan sehat.
ADVERTISEMENTS
Menurut kamu gambar ini tuh apa?
Yep, kalo dilihat mungkin terkesan lucu dan menghibur. Tapi, hal-hal seperti ini sebenarnya merupakan serangan gak berdasar yang udah menjurus fitnah. Tujuannya ya apa lagi se;lain menjatuhkan citra capres lawan. Istilah kerennya, black campaign atau kampanye hitam.
ADVERTISEMENTS
Apa sih bedanya kampanye hitam dan kampanye negatif?
Kampanye hitam dan kampanye negatif ternyata punya pengertian yang berbeda lho. Komisioner Badan Pengawas pemilu, Nelson Simanjuntak, membeberkan perbedaan kampanye hitam dan kampanye negatif pada Republika.
Menurutnya, kampanye bisa disebut sebagai kampanye hitam jika materi kampanye tidak sesuai dengan kenyataan atau mengada-ada. Isi kampanye cenderung mengandung fitnah dan tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Sementara, kampanye negatif adalah kampanye yang materinya nyata adanya atau pernah terjadi. Namun, kenyataan tersebut biasanya berkaitan dengan hal-hal negatif menyangkut pasangan calon. Sehingga merusak citra pasangan calon presiden dan wakil presiden yang menjadi objek kampanye.
Nah, udah jelas dong bedanya. Sebagai kaum muda yang cerdas, jangan sampai kita keliru menafsirkan antara kampanye hitam dan kampanye negatif. Malu dong.
ADVERTISEMENTS
Beberapa tuduhan terhadap Capres
Setelah tahu bedanya kampanye negatif dan kampanye hitam, mari kita mencoba menguak fakta di balik tuduhan-tuduhan yang beredar terhadap calon presiden Prabowo dan Jokowi.
ADVERTISEMENTS
Prabowo terlibat penculikan aktivis dan kerusuhan Mei 1998
Isu yang santer dihembuskan sejak Prabowo mencalonkan diri ini memang masih sangat simpang siur kebenarannya. Belum ada sumber yang benar-benar valid yang mengklarifikasi hal ini. Yang kita tahu hanya ini: 23 aktivis telah diculik pada tahun 1998 (9 dilepas, 1 tewas, 13 masih hilang sampai sekarang). Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang kemudian dibentuk menyimpulkan bahwa Prabowo terlibat dalam penculikan itu, dan oleh sebab itu, memberhentikan beliau dari dinas kemiliteran. Tapi, detail peran dan motivasi keterlibatan Prabowo sendiri masih tak diketahui pasti.
Masing-masing kubu menyikapi kasus penculikan ini dengan berbeda. Menurut Vivanews, menghembuskan isu HAM terhadap berarti menghina sejumlah lembaga negara — seperti KPU, yang telah meloloskan Prabowo sebagai salah satu cawapres di tahun 2009 dan capres di tahun 2014. Belum lama ini, Wiranto yang waktu itu memerintahkan pembentukan DKP mengklarifikasi motivasi pemecatan Prabowo. Klarifikasi ini disambut kubu Prabowo dengan mengadukan Wiranto ke polisi, meski tidak secara resmi. Komnas HAM sendiri pernah memanggil Prabowo sebagai saksi terkait kasus ini, tapi beliau tidak pernah hadir.
ADVERTISEMENTS
Jokowi Capres Boneka
Jokowi membantah bahwa dia adalah capres boneka. Di sisi lain, pernyataan Megawati bahwa Jokowi tetaplah petugas partai memang bisa menimbulkan kesan bahwa Jokowi capres boneka. Sementara menurut para pengamat, rekam jejak Jokowi saat menjabat sebagai Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta telah membuktikan bahwa Jokowi bukan seseorang yang mudah dikendalikan oleh partainya.
ADVERTISEMENTS
Kewarganegaraan Yordania vs. Keturunan Tionghoa
Prabowo diisukan memperoleh kewarganegaraan Yordania pada tahun 1998 dari Raja Hussein. Isu itu sendiri telah dibantah oleh timses Prabowo.
Jokowi sendiri dituduh menyembunyikan identitasnya sebagai keturunan Tionghoa, dengan ayah non-muslim yang bernama Oey Hong Liong. Bahkan, disebut-sebut huruf H pada nama Jokowi itu sebenarnya bukan ‘Haji’, melainkan ‘Herbertus’ atau ‘Handoko’. Jokowi mengklarifikasi bahwa orangtuanya asli Jawa dan huruf H adalah ‘Haji’. Kubu Jokowi pun mempublikasikan foto keluarga Jokowi saat menunaikan ibadah haji dan umrah.
Wahabi Salafi vs. PKI
Ini nih isu yang paling segar. Belum lama ini, berhembus kabar yang memojokkan kubu Prabowo-Hatta. Mereka dikaitkan dengan kelompok Wahabi-Salafi yang disebut-sebut terlibat dengan aksi-aksi terorisme lewat sebuah selebaran yang ditulis oleh tim yang memanggil diri “Bravo-5”. Kampanye hitam ini sudah dilaporkan timses Prabowo-Hatta ke polisi.
Sementara, Jokowi juga dituduh terlibat dalam gerakan komunisme. Isu tersebut dihembuskan lewat media sosial, salah satunya oleh akun twitter @Ronin1946. Ini sendiri dengan tegas dibantah oleh Jokowi. Mungkin gara-gara isu SARA gak mempan kali ya?
Apa kalian gak muak dengan semua itu?
Selain di atas, sebenarnya masih banyak lagi kampanye hitam yang ditujukan buat capres-capres yang bersaing. Siapa yang memulai isu-isu fitnah tersebut? Entahlah. Yang jelas, kita seringkali secara SADAR DAN TANPA SADAR MENERUSKAN isu-isu fitnah tersebut lewat fitur share dan retweet di jejaring sosial.
Emang sih, kalian punya hak menulis dan membagi apa aja di jejaring sosial, toh itu kan linimasa kalian. Tapi pahami juga konsekuensinya. Pilihan kalian untuk memihak salah satu capres memang harus dihormati, tapi mendukung yang satu kan gak berarti harus menjatuhkan yang lain kan?
Kenapa kita harus stop nge-share atau nge-retweet kampanye hitam?
1. Kampanye hitam itu fitnah
Yah, untuk alasan yang udah jelas seperti yang disebut di atas, kampanye hitam itu fitnah. Sebagai warga negara yang “mengaku” cerdas, kita harusnya gak seperti emak-emak yang lagi ngegosip, menyebarkan berita yang belum bisa ditelusur kebenarannya. Lagipula, Hipwee yakin nilai moral kita masing-masing pasti gak ada yang ngajarin buat nyebarin fitnah, iya kan? Kalo udah tau kok masih dilakuin ya?
2. Kampanye hitam membuat masyarakat bingung
Kedua, kampanye hitam membingungkan masyarakat, terutama pemilih pemula. Ketika mereka punya niat baik untuk kemajuan bangsa Indonesia, yaitu dengan berpartisipasi sebagai pemilih, mereka malah disodorkan isu-isu buruk soal capres yang akan mereka pilih. Yang akan terjadi, mereka akan jadi apatis dan memilih golput. Ini jelas bukan pendidikan politik yang baik. Kapa Indonesia mau maju kalo kayak gini terus?
3. Kampanye hitam kontraproduktif
Menurut kamu, apa kampanye hitam efektif buat menjegal popularitas lawan? Jelas enggak dong, namanya juga kampanye hitam, kalo mau, korbannya bisa dengan mudah mengklarifikasi disertai bukti-bukti. Dan kalo kampanye hitam itu memang terbukti fitnah, bisa jadi blunder terhadap diri sendiri. Pendukung capres A bisa-bisa pindah mendukung kubu lawan.
Yuk Kampanye Sehat!
Mau gak mau, salah satu dari mereka akan memimpin kita selama lima tahun ke depan. Kenapa kita gak nge-share kelebihan yang dimiliki masing-masing capres, serta menyadarkan diri dengan visi-misi yang telah mereka ajukan? Gak perlu lah gontok-gontokan sesama teman maupun sesama bangsa Indonesia gara-gara mendukung capres yang berbeda.
Yuk, kedepankan kampanye yang positif dan cara berdebat yang sehat!