Tak ada yang salah dengan sosok yang bersamamu sekarang. Sejauh ini kamu masih merasa baik-baik saja bersama dia. Meski kadang kamu beberapa kali harus menahan kesal karena sifatnya yang sama sekali tak mau mengalah. Tapi toh kamu berpikir, pertengkaran-pertengkaran kecil dalam hubungan adalah hal yang biasa. Jadi selama sifat buruknya masih bisa ditolerir, kamu tak akan terlalu mempermasalahkan. Bukankah cinta itu adalah mau menerima kelebihan sekaligus kekurangan?
Hanya saja, kalau ditanya lebih jauh tentang masa depan bersamanya, masih ada keraguan yang kamu rasakan. Banyak tanya tentang masa depan bersamanya yang sampai sekarang belum kamu temukan jawabannya. Sebelum yakin bahwa dia adalah orang yang akan mendampingimu sampai nanti, mungkin ada baiknya kamu pertimbangkan dengan matang hal-hal ini.
1. Pertimbangkan soal perasaanmu dalam menjalani hubungan ini. Apa karena memang nyaman atau hanya takut sendiri?
Satu hal paling utama yang harus kamu pikirkan pertama kali dalam menjalani sebuah hubungan adalah perasaanmu sendiri. Apakah sejak bersamanya kamu bisa merasakan kenyamanan tanpa harus dipaksakan? Kenyamanan seharusnya menjadi sesuatu yang datang dengan alami. Kalau memang dia orangnya, kamu tak butuh effort lebih besar hanya untuk merasa nyaman. Kenyamanan cukup bisa datang dengan cara kalian memperbincangkan sesuatu atau caranya menenangkanmu saat pikiranmu sedang kalut.
Cerita akan menjadi berbeda ketika kamu memaksakan diri untuk nyaman bersamanya hanya karena kamu takut sendiri. Dibandingkan harus tenggelam dalam kesendirian, kamu merasa lebih baik berada dalam sebuah hubungan yang tidak nyaman untukmu sendiri. Jadi kamu perlu berpikir ulang, perasaan dominan mana yang lebih banyak kamu rasakan.
2. Berapa banyak hal tak baik terjadi dalam hubungan kalian berdua? Jangan-jangan kamu hanya sedang memaksakan diri
Dengan ekspektasi yang kamu punya terhadap dia, bisa jadi membuat kamu tak sadar akan tanda-tanda buruk yang menunjukkan kalau sebenarnya kamu dan dia ada dalam situasi yang tidak baik. Kamu dengan santai mengabaikannya meski kamu sendiri bisa aja merasa tak nyaman dengan kondisi itu. Hal itu jelas akan sangat menjadi tak baik kalau terus kamu lanjutkan tanpa kamu selesaikan terlebih dahulu. Coba saja kamu cerna dengan pikiran yang tenang, apakah situasi itu akan membawa kamu pada bahagia yang lebih jauh?
Atau jangan-jangan selama ini kamu hanya sedang memaksakan diri bertahan pada hubungan yang tak sehat.
3. Saat kamu berusaha mengubah banyak hal untuk dia, mungkin kamu jadi lupa kalau juga punya hak untuk menjadi diri sendiri
Terkadang perasaan yang terlalu dalam yang kamu pelihara untuknya, membuatmu rela melakukan segalanya. Termasuk berusaha keras untuk berubah menjadi yang dia inginkan. Kamu tak ingin dia berpaling, sehingga kamu mati-matian untuk mengubah sosok diri menjadi seperti yang dia inginkan.
Lalu lama kelamaan kamu malah lupa, kalau kamu sebenarnya punya hak penuh atas dirimu sendiri. Kamu berhak menjadi dirimu sendiri dan berhak juga untuk sesekali tidak mendengarkan orang lain, sekalipun dia pacarmu sendiri. Toh predikat pacar tak serta merta membuatnya mendapat hak previlege untuk bisa mengaturmu seenaknya.
Dia yang banyak mengaturmu malah kemungkinan besar tak akan menjadi jodoh terbaik yang Tuhan takdirkan. Jodoh adalah dia yang tetap membiarkanmu menjadi diri sendiri, namun tetap mengajakmu menjadi pribadi yang lebih baik tanpa cara yang memaksa sama sekali.
4. Jodoh terkadang datang dengan cara yang tak terduga. Kalau dipaksakan, mungkin memang bukan dia orangnya
Banyak kisah pacaran bertahun-tahun, lalu akhirnya harus berakhir juga. Lanjutan kisahnya, salah satunya pun menikah dengan seseorang yang baru saja dikenal hanya dalam waktu hitungan bulan. Kadang jodoh datang dengan cerita tak terduga seperti itu. Dia yang tahunan bersama belum tentu bisa sejalan. Sementara dia yang baru saja kamu kenal belum tentu bersebarangan arah.
Jodoh juga kadang datang ketika kamu sudah dihadapkan pada asa yang hampir habis. Dia datang sebagai harapan baru. Justru kalau dipaksakan, kemungkinan besar bukan jodoh namanya.
5. Jodoh juga bukan orang yang memintamu berkorban terlalu banyak. Dia justru adalah orang yang mendukung segala impian
Dalam hidup yang kamu jalani, pasti kamu memiliki cita-cita yang mau kamu capai, ‘kan? Kejarlah itu lebih dulu supaya dirimu memiliki kesempatan untuk jauh lebih berkembang sebelum kamu memutuskan untuk berkeluarga. Alasannya sederhana, karena tidak semua cita-cita bisa dengan mudah kamu capai ketika sudah ada yang menunggu kamu untuk segera pulang ke rumah.
Coba kamu pikirkan ulang, apakah dia adalah orang yang memintamu banyak berkorban atau sebaliknya? Orang yang akan mendampingimu selamanya adalah orang yang harus mendukung semua impian, bukan dia yang selalu memintamu untuk terlalu banyak berkorban.
6. Sampai yakin kalau dia adalah jodohmu, kamu berhak untuk tidak menutup diri. Siapa sangka kalau jodoh bisa datang di hadapan?
Sampai muncul keyakinan itu, menutup diri adalah hal yang tak boleh kamu lakukan. Kesempatan toh bisa datang dengan cara apapun, termasuk kesempatan bertemu jodoh yang sebenarnya. Karena keyakinan untuk melangkah ke jenjang hubungan yang selanjutnya tak bisa didapatkan dalam waktu yang singkat. Kalau dia yang bersamamu sekarang belum cukup membuatmu yakin menjalani hari-hari bersamanya, kesendirian pun tak selamanya menjadi pilihan yang buruk.
Jangan sampai kamu kecewa karena pikiran dan penilaian kamu sendiri. Pilihlah dia yang tepat karena jodoh bukanlah orang yang hanya menemanimu dalam hitungan tahun, dia akan terus bersamamu di sisa hari yang kamu jalani seumur hidup.