Meski berusaha tampak biasa, aku tahu sebenarnya di dalam sana kau tidak baik-baik saja. Punggungku boleh kau usap penuh sayang saat tubuhmu kurengkuh dalam. Tepuk ringanmu di bahu meyakinkanku. Seperti yang sudah-sudah: kali ini kamu akan mampu.
Namun aku mengerti. Ini sudah terjadi puluhan kali. Dan hatimu tetap menjerit setiap aku pergi.
Ada rasa tak ikhlas dalam sesap panjang waktu kepalamu mendekat ke leherku. Kau hirup semua aroma yang tertinggal di situ untuk jadi tabungan rindu. Dadaku lebih lama jadi perhentian satu sisi wajahmu. Pada saat-saat seperti itu telingamu berubah jadi alat perekam handal untuk detak jantungku.
Kau boleh tidak berkata apa-apa. Tapi diammu mengirim tanda, sebenarnya kau tak ingin aku beranjak dari sana.
Tenanglah Sayang, meski kita harus berjauhan sementara — kau hanya harus yakin aku ada.
ADVERTISEMENTS
Tolong jangan biarkan hatimu mencelos saat menggapai sisi tempat tidur yang kosong di pagi hari. Percayalah, diam-diam kukecup punggungmu dari sini
Mendampingiku membuatmu terbiasa berdamai dengan jeda. Di tengah hari-hari manis kita, teleponku bisa berdering dan mengakhiri semuanya. Duty call tiba. Kau harus mengikhlaskanku pergi ke dunia yang sungguh berbeda.
Jangan khawatir merengek padaku saat kau merasa kurang diperhatikan sebagai orang paling istimewa. Ini bukan pembelaan tapi memang itulah bar perhatian tertinggi yang mampu kuberi saat kita berjauhan. Di tengah tekanan klien, cuaca buruk, dan tumpukan target yang harus diselesaikan.
Waktu hatimu mencelos menemukan sisi tempat tidur yang tak berisi, aku pun sama kosongnya di sini. Halusnya kulit pundakmu, tulang bahu yang anehnya tak pernah terasa keras itu — masih terasa di ujung bibirku. Asal kamu tahu, momen-momen hangat itu yang menjaga kewarasanku. Kuungkap lagi satu fakta jika ini bisa menghangatkan hatimu.
Hanya karena tidak berada di sisiku setiap waktu tak pernah membuatmu berhenti jadi pendampingku.
Jangan berhenti membalikkan tubuhmu ke sisi kanan setiap pagi. Kupeluk jauh pinggangmu dari sini. Meski kau tak langsung bisa merasakan gurat bibirku di kulitmu, punggungmu akan terus kukecup tanpa permisi.
ADVERTISEMENTS
Untuk mood swing yang muncul saat aku tak ada, waktu kau memeluk diri sendiri karena merasa kehilangan separuh hatinya — sungguh Sayang kau layak jadi juara
Kata orang jadi pihak yang ditinggalkan akan menghadiahimu rasa sakit yang tak sepadan. Tak cuma sekali aku bertanya, apakah aku pernah membuatmu jadi pesakitan? Adakah roller coaster perasaan yang menghantam namun kau pilih untuk tak diceritakan?
Berderakkah hatimu saat aku tak bisa menanggapi cerita karena harus fokus pada layar monitor di depan mataku? Adakah malam sepi yang membuatmu harus memeluk diri sendiri karena terbayang lenganku yang biasanya melingkupimu? Pernahkah kamu merasa tak diperhatikan, dinomorduakan, lalu memilih menguatkan hati sebab tak ingin memberatkanku?
Atas kegigihanmu bertahan, untuk ketabahanmu memelihara perasaan — layak rasanya kuucap rasa terima kasih tak berkesudahan. Kau jelas bukan pasangan sembarangan. Saat jarak dan kesibukan membuat pasangan lain kelabakan, lapangnya hatimu membuat kita tetap bertahan.
Bilang padaku dengan cara apa harus kubalas kebaikanmu. Kalau perlu tak keberatan kugelar malam penghargaan khusus, hanya untukmu.
ADVERTISEMENTS
Bisa selalu di sisimu jadi kemewahan buatku. Tapi percayalah Sayangku, akan kucintai kau sampai habisku
Hidup memang memaksa kita membuat pengorbanan. Keikhlasan melepaskan genggaman dan melonggarkan pelukan buat kita jadi cerminan. Walau sampai hari ini kau dan aku masih saja jadi anak bawang dalam setiap prosesi perpisahan.
Mengendurnya dekapan, mulai terlepasnya genggaman, detik-detik terakhir berbagi usapan sayang tetap terasa menyakitkan. Entah sampai kapan.
Bisa terus berada di sisimu, mengukir rute pulang di bahu dan punggungmu — jadi kemewahan nomor wahid buatku. Namun sementara pendampingan tak mungkin kuberi setiap waktu, ketahuilah aku tak pernah jauh-jauh dari hidupmu.
Ada aku dalam kata-kata yang kau pilih tak diucapkan. Suara baritonku menyelip pada suara dalam kepalamu yang memberi keyakinan. Tanganku memang tak selalu bisa kau genggam, namun jangan pernah khawatir kau kehilangan kekuatan.
Pendampingan setiap waktu memang tak bisa kujanjikan. Tapi akan kucintai dirimu sampai tak ada lagi yang bisa kau bagikan. Kau, jadi satu-satunya orang yang akan kucintai habis-habisan. Sampai seluruh milikku habis kuberikan.
Tak bosan-bosan kuyakinkan dirimu. Akan kucintai kau sampai habisku.
*Frasa “Kucintai kau sampai habisku” diambil dari buku Drama Itu Berkisah Terlalu Jauh, Puthut EA.