Perkara cinta ibarat dua sisi mata uang. Karena dia, kamu bisa jadi yang paling berbahagia, pun merasa paling menderita di dunia.
Cinta pada pasangan yang tepat menjadikan hidupmu lengkap, sedangkan pilihan yang salah membuatmu hilang arah. Namun, bukankah urusan cinta selalu jadi misteri atau teka-teki? Mana pasangan yang tepat dan mana pilihan yang salah bisa terjawab setelah kita tuntas menjalani?
Kamu beruntung jika saat ini punya pasangan yang melengkapi – seseorang yang membuatmu berhenti mencari. Tapi, apa yang terjadi jika cintamu tak lagi ada di sisi? Hubungan kalian ternyata harus berakhir dan dia yang kamu cintai akhirnya memilih pergi?
ADVERTISEMENTS
Cara Mengikhlaskan Seseorang
Di artikel kali ini, Hipwee ingin sejenak mengajakmu menikmati sendiri. Merenungi pelajaran cinta yang sebenarnya paling berharga. Ketika benar-benar mencintai selalu sepaket dengan keikhlasan dan berikut cara mengikhlaskan seseorang yang kita cintai dalam sebuah hubungan.
ADVERTISEMENTS
1. Harus mengikhlaskan hubungan
Cinta tak pernah datang dengan kepastian. Setiap hubungan pun pasti punya dua kemungkinan; antara berhasil atau justru nihil.
Meski kamu merasa telah menemukan dia yang dirasa terbaik, tak ada jaminan hubungan kalian bisa berjalan mulus tanpa hambatan. Dulu kamu dan dia pernah jadi 2 manusia paling jumawa.
Merasa bisa menghadapi segala tantangan di depan mata berdua. Cinta di dada begitu menggelegak rasanya. Sampai-sampai kau yakin apapun yang menghadang pasti bisa digempur dengan sekali tendang.
Kenyataan, kecocokan ternyata bukan segalanya. Sekalipun merasa sudah sama-sama cocok, bukan tak mungkin kalian jadi sering cekcok. Rasa yakin pun perlahan luntur. Ikatan di antara kalian yang semula kuat pun bisa jadi semakin kendur.
Baca juga: Kenali 54 Jenis Emosi Serta Tanda di Baliknya. Makin Paham Suasana Hati~
ADVERTISEMENTS
2. Bersiap untuk saling meninggalkan
Sebelumnya tak pernah terbayangkan kamu dan dia jutru duduk berhadapan untuk bertukar tangisan. Perjalanan cinta yang selama ini diperjuangkan gagal dipertahankan.
Cinta memang tak bisa diukur dengan angka atau diibaratkan hitungan Matematika. Cinta juga bukan ilmu pasti yang hasil akhirnya bisa diprediksi dengan presisi. Pada akhirnya, semua hanya perkara menjalani.
Kamu terisak, dia bicara terbata-bata sampai seperti tersedak. Perasaan yang terpendam sekian lama seakan mau meledak. Di otakmu terbayang betapa kalian sudah terlalu biasa bersama. Hapal kebiasaan masing-masing tanpa perlu harus saling menduga.
Kehilangan dia seperti kehilangan orbit hidup utama yang bisa membuatmu bahagia. Tapi apa artinya berdua jika tak membuat masing-masing lengkap sebagai manusia?
Saat akhirnya sadar dan harus memilih, perkara prinsip jelas tak layak dipertaruhkan. Putus dan mengakhiri hubungan bisa jadi satu-satunya pilihan.
ADVERTISEMENTS
3. Sakit hati itu sangat lumrah
Apapun alasannya, putus cinta jelas bukan akhir yang bahagia. Pengalaman gagal dalam hubungan juga tak bisa dibangga-banggakan. Bahkan, ketika kamu sudah mencintai pasanganmu dalam-dalam, hatimu akan terasa berlipat-lipat sakitnya.
Apakah sakit hati setelah putus cinta itu salah? Tidak. Sakitmu itu wajar atau bahkan sangat lumrah.
Tapi, keputusan untuk pacaran atau punya ikatan dengan seseorang selayaknya dipikirkan masak-masak. Sebelum memulai hubungan baru, perkara kemungkinan gagal sepatutnya sudah baik-baik dicamkan.
Ibarat maju ke medan perang, kamu siap dengan rompi anti peluru dan senjata cadangan. Jika hubungan yang kamu jalani harus diakhiri, kamu tak akan seberapa hancur lantaran sudah menata hati.
ADVERTISEMENTS
4. Kesempatan terus berdatangan
Tak apa jika momen putus cinta sejenak membuatmu hilang arah. Lepas dari tangannya yang selalu bisa digenggam atau bahunya yang biasa dijadikan sandaran, kamu bingung bagaimana harus melanjutkan perjalanan. Namun, jika kesedihanmu berlarut-larut dan setelahnya hidupmu carut-marut, tentu sikapmu cenderung tak dewasa.
Kata “putus” bisa jadi akhir dari hubunganmu, tapi tak lantas meredupkan duniamu. Siapapun yang pernah mengalami putus cinta layak percaya pada kesempatan kedua atau cinta yang selanjutnya. Jika hidup sepatutnya dilakoni dengan bahagia, maka bersiaplah menunggu datangnya cinta yang baru.
ADVERTISEMENTS
5. Berhenti mengutuki keadaan
Cara dalam mengikhlaskan seseorang salah satunya dengan berhenti mengutuki keadaan. Bangkit dan menyembuhkan sakit hatimu sendiri jelas tak mudah. Ibarat sudah berdarah-darah, kamu hanya berharap seorang penolong datang dan memapahmu ke rumah.
Sayangnya, tak seorang pun yang layak mengobati lukamu, kecuali dirimu sendiri. Saat berhasil berdamai dengan sakit hatimu, kamu sah terlahir jadi pribadi yang baru.
Ya, segala manis pahit kisahmu tak layak diungkit-ungkit. Kamu tak boleh lagi menyalahkan diri sendiri, mengutuki keadaan atau bahkan dia yang mungkin masih kamu cintai. Perihal siapa yang salah atau apa yang jadi penyebab kandasnya hubungan kalian tak perlu lagi dipersoalkan.
Percayalah bahwa segala yang kamu lalui memang sudah digariskan. Cerita sedih maupun bahagia yang kamu lakoni memang sudah dituliskan. Demi bisa melanjutkan hidup, kamu hanya harus menerimanya dengan lapang.
6. Untuk selalu bersabar
“Menikah itu soal nasib, sedangkan mencintai itu perkara takdir,” – Sujiwo Tejo
Apakah kamu setuju dengan kutipan di atas? Ya, banyak yang percaya bahwa nasib dan takdir memang tak bisa disamakan. Nasib kaitannya dengan seberapa gigih kita berusaha, sedangkan takdir adalah ketentuan pasti yang tak bisa ditawar-tawar. Jika ingin bernasib baik perkara cinta, maka berusahalah menemukan pasangan yang sepadan.
Langkah paling pertama yang bisa dilakukan adalah memacak diri sendiri sebaik-baiknya. Setelah berhasil memantaskan dirimu, maka nasib akan mengantarkanmu pada pasangan yang memang menggenapkan.
Sementara, takdir punya ketentuan yang berbeda. Perkara siapa yang akan menemanimu hingga akhir hayat sudah dicatatkan. Soal siapa yang kamu cintai dalam-dalam pun sudah dituliskan.
Maka, ketika pasangan yang kamu rasa tepat justru berkhianat, bisa jadi memang bukan dia yang ditakdirkan mendampingimu.
7. Proses menjadi manusia yang lebih kuat setelahnya
Wajar jika kamu hancur saat perasaanmu yang tulus justru dikhianati. Lumrah jika cinta yang begitu besar tak dibalas dengan sepadan lalu membuatmu sakit hati. Tapi, apakah bersikeras memelihara hubungan tanpa masa depan itu lebih baik? Mungkinkah mempertahankan dia yang tak layak adalah pilihan yang tepat? Jelas tidak!
Putus dan merelakan pasangan bisa jadi keputusan terbaik saat hubungan yang kalian jalani tak sehat. Daripada saling menyakiti, lebih baik berpisah demi kebaikan kamu dan pasanganmu, kan? Meskipun momen ini demikian menguras emosi, percayalah setiap kesulitan pasti bisa dilewati. Dan saat berhasil merelakan dia yang masih sangat dicintai, kamu akan tampil sebagai pribadi yang jauh lebih hebat.
8. Akan ada cinta lain yang lebih menentramkan
Bisa hidup bahagia adalah keinginan hampir semua orang. Salah satu yang menjamin kebahagiaanmu adalah ketika kamu punya sikap ‘mau menerima’. Tak perlu berkeras hati atau membebani diri sendiri dengan enggan menerima kenyataan. Bukankah hidup selayaknya dijalani dengan bahagia dan sederhana?
Dia yang tak tertakdirkan untukmu memang layak direlakan. Saat kalian tak diijinkan untuk bersama, maka masing-masing pasti akan bertemu pasangan yang bisa mendamaikan. Jangan berusaha melawan karena kamu dan dia sama-sama berhak bahagia. Berbahagia dengan menerima cinta lain yang lebih menentramkan.
Itulah pembahasan tentang cara mengikhlaskan seseorang dalam sebuah hubungan. Nah, gimana? Masih enggan merelakan dia yang terlanjur kamu cintai dalam-dalam? Masih ingin berusaha demi pasangan yang tak tertakdirkan?
Ada saat dimana kamu harus berserah, meski bukan menyerah. Menerima kenyataan dengan rendah hati dan pasrah demi bersiap untuk perjuangan selanjutnya. Selamat berjuang menggapai cintamu! 🙂