“Karena tanpa dia, aku tidak akan jadi pribadi seperti ini. Aku tidak akan jadi orang yang kamu sayangi…”
Kata-kata move on menjadi kata-kata yang viral dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Kata-kata ini seperti mewakili perasaan banyak orang yang terluka hatinya karena hubungan yang mereka jalin tidak berhasil. Tapi apa sih move on itu? Apa kita semua wajib move on? Apa kita tidak boleh masih suka sama mantan kita?
Banyak orang mengartikan move on sebagai sebuah resolusi yang harus dicapai untuk bisa beranjak dari keterpurukan. Tapi, aku tidak menganggapnya begitu. Aku akan selalu ingat mantanku. Karena rasa sakit yang dia berikan adalah hal menempaku menjadi pribadi seperti sekarang, pribadi yang kamu bilang kamu sayangi ini. Dari dia aku diajari bagaimana seharusnya aku mencintai perempuan. Kalau tidak ada dia, tidak mungkin akan mampu mencintaimu seperti sekarang ini. Bagiku, dia adalah sebuah pelajaran yang tidak akan mungkin aku lupakan.
ADVERTISEMENTS
Ini bukan tentang melupakan. Tapi tentang menerima pengalaman pahit sebagai pelajaran.
Bagiku, move on bukan tentang melupakan. Jika dilihat dalam konteks melupakan, maka tidak akan mansuia waras di dunia ini yang bisa move on karena pada dasarnya tidak akan mungkin kita bisa murni melupakan pengalaman-pengalaman yang sudah kita jalani entah itu pengalaman yang menyakitkan atau menyenangkan. Apa salahnya manusia yang memang dianugrahi otak untuk mengingat dan belajar dari pengalamanya. Ini bukan masalah ingat atau tidak.
Toh saat aku ingat mantanku bukan berarti aku masih suka atau masih ngarep kok, ya inget aja. Bagiku teringat adalah hal normal yang dilewati oleh semua manusia. Aku yakin kamu juga kadang ingat mantanmu, hal itu tidak masalah buatku. Oke, katakanlah dia adalah orang yang pernah membuatku begitu jatuh cinta, lalu apa masalahnya? Aku faham benar bahwa aku dan dia bukan yang ditakdirkan bersama. Kalau akau belum faham itu, mana mungkin aku bersamamu saat ini. Dia tidak lebih dari sebuah pelajaran buatku. Jika aku harus melupakan pelajaran yang sudah kubayar dengan begitu mahal, maaf aku tidak bisa.
ADVERTISEMENTS
Rasa rindu itu hal wajar. Bukankah hati memang begitu, liar dan tidak bisa diatur.
Apa aku pernah rindu dia? Tentu saja pernah. Lalu apakah artinya aku masih suka dan tidak menyayangimu sepenuh hati? Bukan, bukan itu, aka hanya rindu. Ada banyak hal yang kurindukan, tidak hanya mantanku. Pada dasarnya sebuah kenangan itu disebut kenangan karena kita memang sering merindukanya. Aku tau bahwa aku tidak akan bisa mengembalikanya kok. Aku hanya mengingatnya saja, sebagai bahan pelajaran atau kadang sebagai bahan lamunan. Itu tidak lalu membuatku mengurangi rasa cintaku padamu.
Dalam hal ini, pemikiranku dan mungkin pemikiran laki-laki lainya juga cukup kompleks, tidak simple kayak kata orang-orang. Tapi, bukankah kita semua selalu merindukan masa-masa indah di masa lalu. Jangankan mantan, kita sering banget rindu dengan teman SD, Guru SD, temen SMP dan lain-lainya. Rasa rindu tidak salah, yang bisa salah adalah bagaiamana akau menyikapi rasa rindu itu. Selama aku mencintaimu dengan tulus dan tidak ngajak dia balikan, bagiku rasa rinduku padanya hanyalah sebuah gimmick dari perasaanku padamu.
ADVERTISEMENTS
Aku di sini bersamamu. Aku tidak hidup dengan kenanganku dan aku hidup denganmu di sini sekarang.
Ibaratkan aku dan kamu sedang dipantai. Disana banyak sekali pemandangan indah. Pertanyaanku adalah, apakah aku duduk disana dengan “pemandangan” tersebut atau denganmu? Aku ingin kamu ingat bahwa saat ini aku bersamamu, bukan dengan orang lain. Apa yang aku pikirkan, apa yang aku rasakan itu urusanku. Urusanmu adalah saat aku tidak bisa lagi menyayangimu dengan baik atau aku sudah tidak bisa bertanggungjawab lagi dengan komitmen yang sedang kita usahakan. Tolong lihat aku dengan cara sesederhana mungkin. Jika aku ada disini dan berusaha keras mengayomimu, maka artinya aku mencintaimu, bukan mencintai mantanku.
Aku bukan meminta izinmu untuk mengingat atau rindu dengan mantanku. Aku ini manusia biasa yang harus banyak belajar dan dari mantankulah aku belajar banyak tentang bagaimana sebaiknya aku mencintai seorang wanita. Aku bukanya masih berharap, aku hanya tidak bisa melupakan pelajaran yang sudah aku alami selama ini karena ini untukmu juga, untuk kita.