Loving you it hurt sometimes
I’m standing here you just don’t buy
I’m always there you just don’t feel
Or you just don’t wanna feel
Sepenggal lagu milik D’cinnamons itu kuputar berulang-ulang. Aku suka suara penyanyinya. Aku suka musiknya yang enak didengar. Dan aku juga suka cara mereka menceritakan luka dengan cerita. Ah, ya, inilah alasan utamanya: karena aku melihat diriku sendiri menjadi tokoh dalam lagu itu.
Aku kadang bertanya-tanya, mengapa kisah cinta, meski selalu mendominasi tema-tema lagu dan buku, tak pernah habis diperbincangkan di dunia. Mungkin karena cinta punya begitu banyak wajah. Cinta bisa membuatmu berbunga-bunga, tapi bisa juga melukaimu dengan kejamnya. Cinta bisa membuatmu tertawa, tapi bisa juga membuatmu menangis. Cinta bisa membuatmu bertahan hidup, tapi terkadang pahitnya cinta membuatmu enggan hidup lebih lama.
Cinta memang gila. Terutama tentang cintaku kepadamu, harus kuakui bahwa cinta memang gila.
ADVERTISEMENTS
Saat kamu melihatku, adakah hal lain yang kamu lihat selain aku sebagai sahabatmu? Sebab bagiku, kamu lebih dari sekadar sahabat.
Aku selalu penasaran dengan apa yang kamu lihat, ketika melihatku. Mungkin kamu melihatku sebagai sahabat baik yang selalu siap membantumu. Atau mungkin juga kamu menganggapku tak lebih dari seseorang yang kebetulan kamu kenal. Ironis, tentu. Sebab, saat melihatmu, aku selalu melihat puisi dan hamparan padang rumput yang membuat jiwaku tenang. Bagiku, kamu bukan sekadar orang yang kebetulan kukenal ataupun sahabat yang baik. Bagiku, kamu adalah sosok tak terdefinisikan, tapi selalu bisa menarik segala perhatianku. Menyebalkan, bukan?
ADVERTISEMENTS
Perasaan ini sudah lama hadir. Entah sejak kapan, segala hal dalam dirimu selalu bisa menarik perhatianku.
Jika kamu tanya, mungkin aku juga tidak tahu sejak kapan perasaan ini bersemanyam. Aku tak tahu sejak kapan apapun yang kamu lakukan, seremeh apapun itu, selalu bisa menarik perhatianmu. Bahkan ketika kamu duduk diam dan tidak melakukan apa-apa, aku akan dengan senang hati menyimak semua. Memang gila. Aku juga sudah mengakuinya. Aku juga penasaran, apakah orang-orang jatuh cinta lain juga melakukan hal yang sama?
ADVERTISEMENTS
Kamu mungkin tak sadar, hal-hal kecil yang kamu lakukan sering membuatku melambung hingga kahyangan. Meski aku tahu bagimu itu bukan sesuatu yang spesial.
Asal kamu tahu, tubuhku memang pandai berulah. Debar jantungku serupa anak sekolah yang bengal dan tak bisa diatur setiap kali berada di dekatmu. Selayaknya orang yang sudah saling kenal, mengobrol denganmu bukan sekali dua kali kulakukan. Tapi kamu pasti tidak tahu bahwa betapa obrolan itu sungguh menyiksa jantungku.
Bila kamu tertawa pada jokes yang kulempar, aku akan merasa akulah orang paling beruntung sedunia. Dan ingat saat dulu kamu membagi payungmu denganku sepulang kerja, karena aku lupa membawa payungku sendiri, saat itu aku berharap hujan tak pernah reda dan aku berada di sampingmu selamanya. Padahal aku tahu, kamu melakukan itu untuk semua orang. Ah, bodoh memang.
ADVERTISEMENTS
Aku tak pernah mengucap ‘apa kabar’ untuk sekadar basa-basi. Karena tanpa kamu ketahui, aku adalah orang yang selalu mencari tahu segala tentangmu.
Orang bilang, pertanyaan apa kabar sudah lama berubah menjadi bahan basa-basi saja. Itu artinya, saat menanyakan kabar, seseorang tak benar-benar ingin tahu kabar orang yang ditanya. Itu juga berarti, apapun jawaban orang yang ditanya, tak akan berpengaruh apa-apa juga. Tapi sungguh, padamu, pertanyaan apa kabar yang kulontarkan benar-benar karena aku ingin tahu keadaanmu. Sehatkah kamu? Apakah perasaanmu baik-baik saja hari ini? Apakah semuanya baik-baik saja? Apa rencanamu hari ini? Dan apa rencanamu besok lusa dan seterusnya? Kapan kamu akan mulai melihatku? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang kurangkum dalam tanya singkat: Apa kabar?
ADVERTISEMENTS
Dunia memang kadang kejam. Wajahmu yang tertunduk tertekan sering membuatku tak tahan. Ingin rasanya mengelus kepalamu dan meminjamkan pundak untuk bersandar.
Terkadang aku mendapatimu bermurung seharian. Padahal pagi tadi saat kutanyakan kabar, kamu menjawab baik-baik saja. Wajahmu yang kusut dan pikiranmu yang terdistrak ke mana-mana, membuatku bertanya-tanya: Ada apa? Sungguh saat itu sebenarnya aku ingin menepuk bahumu atau mengusap kepalamu, untuk meyakinkan bahwa bagaimanapun buruknya, hari ini pasti akan berlalu. Ingin sekali aku mengatakan padamu, bahwa di sini, di mata yang sedang menatapmu dari kejauhan ini, ada seseorang yang selalu siap mendengarkan keluh kesahmu dan mendampingimu saat dunia tak mau berjalan seiring denganmu.
ADVERTISEMENTS
Cintaku yang dalam tak pernah kamu ketahui, sebagaimana patah hatiku yang menyakitkan saat kamu bersama orang lain juga tak pernah kamu sadari.
Sungguh ironis. Aku merasa cintaku sudah sedalam ini. Perasaan yang meledak-ledak ini kadang sulit sekali kutahan. Sampai aku takut orang akan membaca perasaanku, melalui binar mata berlebihan yang kuberikan setiap kali melihatmu. Cintaku memang gila, sayang kamu tak pernah menyadarinya. Sama seperti cinta yang tak kamu sadari ini, seringkali kamu juga membuatku patah hati tanpa kamu sadari. Di sisimu, aku melihat orang datang silih berganti. Kamu tak pernah tahu, di sini aku menahan cemburu setengah mati.
Terkadang rasa putus asa ini menyuruhku untuk menyudahi saja. Namun aku selalu bertanya-tanya, bagaimana caranya menyudahi sebuah rasa?
Mencintai seseorang, artinya kita harus siap dengan sejuta rasa yang akan datang. Karena cinta tak hanya soal bahagia. Sakit yang terasa akan semakin sakit jika ditambah cinta sebagai bumbunya. Ada kalanya aku ingin menyerah. Dalam hati aku bertanya-tanya, untuk apa aku terus-terusan menunggu dan mengharap kamu yang bahkan tak pernah tahu perasaanku. Aku sudah pernah tiba pada suatu tekad untuk melupakan dan melanjutkan hidup. Tapi segala apa yang kurencanakan, pudar hanya saat kamu menghampiriku dan tersenyum.
Tuhan, bagaimana caranya menyudahi sebuah rasa?
Terkadang ingin aku mengatakan semua yang kusimpan dalam hati. Namun akhirnya selalu ada ragu yang menghalangi.
Ada kalanya aku ingin mengatakan saja apa yang kurasa. Agar plong dan tak ada beban rasa lagi. Toh, di era modern ini, sudah tak masalah lagi siapa yang akan memulai. Kadang aku berpikir, jika aku mengatakan perasaanku, apakah itu akan mengubah keadaan kita? Apakah kita bisa mencoba memulai hari bersama? Tapi setiap kali keinginan itu muncul, ragu yang datang juga semakin besar dan mengalahkan semua. Aku merasa konvensional, tak bisa memulai duluan. Ah, baik, mungkin alasanku yang sebenarnya adalah karena aku takut tak diterima.
Ragu selalu menghalangi
Namun aku juga sudah belajar. Bahwa semua yang kita inginkan tak selalu bisa kita dapatkan, meski aku hanya bisa mencintaimu dalam diam.
Tapi inilah kehidupan, bukan? Aku sudah banyak belajar, bahwa apa yang kita pikiran, tak selalu harus kita katakan. Apa yang kita lihat, belum tentu apa yang sebenarnya. Dan apa yang kita inginkan, tak selamanya bisa kita dapatkan. Bila Tuhan tidak memberikan kita kesempatan untuk bersama, aku yakin perasaanku akan hilang dengan sendirinya. Dan bila kesempatan ada untuk kita, aku yakin nanti akan ada saatnya. Untuk saat ini, aku sudah cukup bahagia dengan melihatmu dari jauh, dan menyimpan getaran hati ini untuk diriku sendiri.
Memendam rasa padamu sekian lama membuatku paham bahwa cinta memang punya berbagai rupa. Padaku, cinta menunjukkan rupa nya yang lain pula. Aku mengalami itu semua. Bahagia saat melihatmu, karena kehadiranmu saja memang sudah bisa membuatku bahagia, tapi patah hati datang di saat yang sama, karena sampai sejauh ini yang bisa kulakukan hanyalah memendam rasa dalam hati.
Tak apa. Toh, aku baik-baik saja.