Waktu memang begitu cepat berjalan, kau yang dulu pernah menghiasi hari-hari dengan canda tawa dan keceriaan kini memilih menyendiri dan meninggalkan segala kenangan yang pernah kita miliki. Sempat ada beberapa momen aku merasa dipercundangi. Tapi sedikitpun tak ada keinginan untuk berhenti.
Aku tak punya alasan yang kuat untuk menahanmu disini. Semoga kau menemukan bahagia yang kau cari.
ADVERTISEMENTS
Aku berharap kita bisa dewasa. Tidak memalingkan muka dan tetap bertegur sapa.
Hai! Lama tak bertemu, bagaimana kabarmu?
Kita telah bersepakat untuk tak saling acuh walau telah berbeda jalan. Tak jarang ku tengok hp dan berkata dalam hati: “Mungkinkah kau tiba-tiba akan menanyakan kabar? Atau sekadar bertanya apa yang sedang kulakukan?” Ingin ku juga bertanya: “Apakah kau sudah makan? Apakah tidurmu nyenyak tadi malam?” Pertanyaan yang dulu biasa kulontarkan, kini terasa berat diucapkan.
Mungkin, kita sudah berjarak sekarang. Bahkan untuk mengirim pesan pun aku tak mampu, lalu bagaimana kalau kita tiba-tiba bertemu? Kau pernah bilang, kita tetap bisa berteman mesti tak lagi bersatu. Benarkah semudah itu? Apakah kau benar tak akan memalingkan wajahmu? Apakah bibirmu mampu berucap untuk menyapaku?
Aku hanya ingin kau mengerti, berat memang menjalin hubungan baik setelah perpisahan yang telah kita alami. Tapi, aku berharap kita punya kedewasaan diri untuk menerima semua ini. Tak perlu lagi bersikap seolah tak peduli yang justru akan menyakiti diri sendiri. Aku tak berharap kau bisa kembali, tapi setidaknya penuhilah janjimu untuk berteman baik setelah perpisahan ini.
ADVERTISEMENTS
Kamu perlu tahu, perlu waktu agar sudut mataku sekering ini. Sebelumnya hatiku seperti tak ada bentuknya lagi
I forgive you, not because you deserve forgiveness. But, because I deserve peace.
Pedihnya perpisahan memang belum hilang sepenuhnya, biar bagaimana pun kita harus bisa menerima. Dulu, begitu besar harapanku untuk bisa menjadikanmu yang terakhir dihidupku. Tapi apa yang bisa kukata, jika justru perihnya sakit hati perpisahan yang harus kita terima. Aku tak menyesalinya, sungguh aku tak menyesal. Meski tak jarang sedikit mengenang kisah kita dan meneteskan air mata menahan sakitnya.
Kau bilang kita harus berbesar hati menerima dan mari melihat kedepan tanpa berpikir untuk kembali kebelakang. Kita sudah sama-sama menutup lembaran buku yang pernah kita rangkai indah ceritanya. Meski sesak ini masih tersisa, aku juga ingin bisa ringan melangkah walau tanpamu yang dulu sempat kupikir akan searah. Aku hanya ingin hidup bebas tanpa penyesalan dan meninggalkan sakitnya perpisahan.
ADVERTISEMENTS
Kita memang berpisah lebih cepat dari yang pernah kita kira. Tapi, percayalah rencana Tuhan mungkin lebih indah dari yang pernah kita gambar bersama.
Where is “good” in “goodbye”?
Kau meyakinkanku untuk bisa bersabar dan menerima semuanya. Ya, sepenuh hati aku mampu memahaminya. Namun, setidaknya dulu kita punya mimpi-mimpi yang tentu tak mudah hilang lenyap begitu saja. Mimpi untuk bisa membawa hubungan ini ke titik dimana kau dihalalkan menjadi pasanganku di mata Tuhan dan semua orang. Tapi, apa yang terjadi sekarang mungkin hal terbaik yang Tuhan berikan.
Air mata kita yang tak tertahan menghadapi perpisahan, aku harap kini bisa kering dan tak akan pernah jatuh lagi. Semoga kau bisa menemukan yang lebih baik, semoga aku juga bisa hidup lebih bahagia. Terima kasih kuucapkan atas semua yang telah kau lakukan untuk hubungan kita. Meski tak berakhir manis, tapi semoga menjadi pelajaran yang berarti untuk kita agar lebih mengahargai tulusnya cinta.