Untuk Ibu dan Mata Ketigamu — yang Tak Pernah Alpa Mengawasiku

Artikel ini terinspirasi dari @dita_ria_21  pemenang hari 3 #30HariTerimaKasih Challenge . Hayo, sudahkah kamu cukup bersyukur hari ini?

“Kakak, pakai helm standar dong. Bahaya kalau pakai helm biasa begitu!”

Aku ingat sekali komentarmu pagi itu. Di pertengahan tahun 2000-an helm standar adalah momok bagi kekerenan. Malu rasanya pergi ke sekolah dengan helm yang menutup seluruh muka, sementara kawan-kawan bebas bergaya dengan helm mirip gayung yang putih warnanya.

Setengah merengut, kupasang helm standar sesuai keinginanmu. Lalu mataku benar-benar terbuka hari itu. Moncong motor lain mendorongku jatuh di jalan lingkar. Jika tak pakai helm standar kepalaku dijamin sudah tak lagi bundar. Ah Ibu, kamu memang istimewa. Seakan ada mata ketiga yang mengikutiku ke manapun perginya. Kamu, tak pernah membiarkanku sendirian saja.

ADVERTISEMENTS

Semua tindak-tandukku dengan mudah Ibu tahu. Tanpa perlu bertanya, ada GPS yang otomatis memberitahu Ibu keberadaanku

Ada GPS yang memberitahu Ibu keberadaanku. Selalu

Ada GPS yang memberitahu Ibu keberadaanku. Selalu via imgbuddy.com

Aku sempat iseng-iseng ingin mencoba banyak hal. Termasuk menjajal jadi anak nakal. Mulai dari keluar malam bersama teman, menjajal pacaran dengan orang yang jelas-jelas di mata Ibu tampak bengal, sampai tidak mau mengikuti nasihat Ibu yang kubilang membosankan.

Aku pernah jadi anak iseng yang suka main petak umpet dengan Ibu. Nakal di belakang Ibu, bohong kecil-kecilan semata agar Ibu tak tahu. Tapi hebatnya, Ibu selalu bisa membaca setiap langkahku.

Tanpa perlu bicara Ibu sudah mengerti ke mana langkahku akan dihela. Ibu seakan punya built in GPS yang bisa dibawa ke mana-mana. Aku bertingkah sedikit keluar jalan, di dalam hati Ibu akan langsung ada peringatan.

ADVERTISEMENTS

Ibu semakin tua. Sementara aku makin dewasa. Hanya saja rasanya hidup tak lengkap tanpa intuisi Ibu yang tajamnya tak ada dua

Hidup tak lengkap tanpa intuisi Ibu yang tak ada dua

Hidup tak lengkap tanpa intuisi Ibu yang tak ada dua via instagram.com

Kita memang tidak bisa mempercundangi umur, Bu. Ibu makin tua dari hari ke hari, sementara aku kian bisa menjalani langkah yang pasti. Sesaat ada momen aku ingin jadi orang dewasa yang tak terikat pada tali apapun. Menjalani apapun yang kumau, tanpa mau mendengar masukan dari orang-orang di sekitarku.

Tapi makin ke sini, justru mata batin Ibu lah yang memberi keberanian dalam berbagai sisi. Intuisi Ibu membuatku percaya bahwa pasti akan ada jalan yang terbuka, asal mau berusaha. Ibu membuat semua sepak terjang masuk akal — meskipun kadang harus dibalut kesal.

ADVERTISEMENTS

Terima kasih atas perhatian dan tajamnya mata ketiga Ibu. Doaku tak jauh-jauh, Bu. Semoga Ibu sehat selalu. Sebab sampai kapanpun aku akan butuh Ibu

Aku hanya ingin sampai waktu tak terbatas datang padamu, Bu

Aku hanya ingin sampai waktu tak terbatas datang padamu, Bu via galleryhip.com

Keinginanku tidak banyak, Bu. Aku hanya ingin sampai waktu yang tidak terbatas bisa datang pada Ibu. Bertanya apapun yang mengganjal hatiku, meminta pendapatmu yang selalu menenangkan kusutnya perasaanku. Meski kelak akan tumbuh jadi dewasa kemudian juga jadi orangtua sejujurnya aku ingin Ibu tak pernah pergi dari dunia.

Aku ingin Ibu selalu ada, sebagai tempat bermanja dan tempat meminta saran yang tak ada dua. Sebab kita adalah dua sahabat lama yang sudah berbagi intisari dunia, bahkan jauh sebelum kulitku terpapar udara.

Ibu Sayang, terima kasih untuk mata ketiga yang terus awas mengawasiku. Sedikitpun tak pernah membiarkanku hilang arah dalam keriuhan yang menyisakan pilu. Sehat-sehat selalu ya, Bu. Sebab sampai kapanpun anakmu ini akan terus butuh ibu.

Selain rasa terima kasih atas mata ketiganya, adakah ucapan terima kasih lain yang ingin kamu ungkapkan pada Ibu? Ceritakan pengalamanmu ke Hipwee lewat campaign 30HariTerimaKasih di Instagram, yuk!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini