Kenangan saat bersamamu memang indah dan mungkin akan sulit buatku melupakannya, tapi itu dulu dan mustahil untuk kembali lagi.
Semesta menggariskan kita untuk saling melepaskan, bukan saling menggenggam. Tekatku sudah bulat untuk melupakan segala kenangan indah kita, terimakasih atas semuanya yang telah kau beri, maafkan aku…
ADVERTISEMENTS
Maaf, aku memilih berhenti mempertahankanmu. Karena toh dulu, kau tak pernah menghargaiku.
ADVERTISEMENTS
Saat aku mengharapkan kau datang tepat waktu di ulang tahunku, kau masih asyik dengan urusanmu sendiri, dan saat aku benar-benar membutuhkanmu, kau justru lebih peduli dengan perempuan lain. Dan akhirnya aku tahu, kau memang tak layak untukku.
ADVERTISEMENTS
Asal kau tahu, aku sekarang sudah berubah. Tak akan lagi kutitipkan hatiku dengan mudah.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Tuhan menitipkan hati pada setiap hamba-Nya agar bisa belajar merasakan. Jika memang dirasa sudah tidak bisa dipertahankan lagi, untuk apa bersusah payah untuk itu? Lebih baik berubah menjadi lebih baik dan pribadi yang tegar dari sebelumnya, bukan?
Di luar sana tentu masih banyak penggantiku, yang tentunya akan lebih sabar dan pengertian terhadapmu.
Mungkin saat bersama, aku seperti selalu menjadi orang yang salah dan selalu disalahkan. Meski sebisa mungkin sudah berusaha memberikan yang terbaik tapi tidak ada penghargaan sedikitpun.
“Temukan seseorang yang lebih mengerti kamu. Dia yang bisa memaklumi segala sifat dan sikapmu, tapi itu bukan aku…”
Kenangan manis antara kita tetap akan kuhargai. Tapi maaf, aku kini telah mantap memilih pergi.
Kita sama-sama suka pantai. Duduk di tepiannya membuat kita bisa menikmati panorama ombak dan merasakan lembut anginnya. Tapi mungkin kelak kau harus duduk sendiri, tanpa ada aku di sisimu. Aku sudah mantap pergi dan meninggalkanmu karena aku menyayangi diriku sendiri.
Aku merasa tak bisa lagi berdampingan denganmu. Tolong, berhentilah mengejar dan menghubungiku.
Kita tak lagi bisa seperti dulu. Kau tak perlu sering-sering menghubungiku, toh telepon darimu bukan lagi hal yang penting bagiku. Mari sepakat untuk memulai kehidupan yang baru, mulai dari menghapus nomor telepon masing-masing demi bisa saling melupakan.
Kau tak perlu meminta maaf, karena aku pun sudah sejak dulu memaafkanmu. Tapi sekali lagi, tak perlu lagi ada aku dan kamu.
Meski pernah begitu terluka, aku berusaha untuk memaafkanmu. Kau tak perlu begitu merasa bersalah atau memohon kata “maaf”. Sekali lagi, aku sudah memaafkanmu walaupun masa lalu jelas tak mungkin bisa terulang lagi.
Sekali lagi, maafkan aku. Keputusanku tak bisa ditawar lagi, dan hal terbaik yang harus aku lakukan adalah pergi.
Aku benar-benar sudah mantap dengan keputusanku. Kau takkan bisa memaksaku untuk kembali. Aku telah menemukan dia yang lebih baik darimu, dan aku berharap kau pun demikian.
Melupakan seseorang adalah hal tersulit jika ia yang pernah spesial di hatimu. Namun jika lambat laun kita menyadari dia bukan sosok yang tepat, mengapa kita masih bertahan?