Ulang tahun, tanggal jadian, hari tertentu di bulan Februari. Jika ingin mengutarakan kalimat manis pada orang yang disayangi, kita selalu menunggu hadirnya momen-momen ini. Tanpa adanya momen-momen spesial, mengutarakan pujian atau ucapan terima kasih yang tulus mungkin akan terasa ganjil — atau bahkan sentimental.
Padahal, sebenarnya kita tak perlu menunggu momen spesial untuk berterima kasih pada orang yang kita sayang. Justru dengan mengucapkan kalimat manis itulah, momen yang tadinya biasa-biasa saja bisa berubah menjadi spesial.
Mungkin, kalimat-kalimat inilah yang selama ini menunggu untuk kamu sampaikan pada dia yang berharga. Jangan tunggu momen spesial tertentu untuk menyampaikannya. Mungkin ini memang bukan hari ulang tahunnya. Mungkin ini bukan hari jadi kalian berdua. Tapi bukankah kamu selalu berterima kasih atas kehadirannya, tak peduli hari ini tanggal berapa?
ADVERTISEMENTS
“Terima kasih karena selalu bisa kuandalkan. Dari meminjamkan bahu tempat bersandar, hingga sekadar membukakan botol minuman.”
Pertama-tama, terima kasih banyak sudah menyadarkanku bahwa setiap manusia juga ada keterbatasannya. Terima kasih sudah mengingatkan bahwa aku tidak boleh terlalu sombong dengan mengira bahwa aku tidak butuh siapa-siapa.
Kamu membuatku paham bahwa meminta pertolongan orang lain tidaklah sama dengan menjadi manja. Kamu mengajarkan bahwa membuat orang yang menyayangimu merasa berguna, sebenarnya sama dengan memberi mereka alasan merasa bahagia.
Dari meminjamkan bahu untuk tempatku bersandar, sampai membukakan botol minuman yang tutupnya merekat terlalu kencang. Dari mengganti lampu kamarku yang mati sampai mengingatkan saat aku lupa makan: terima kasih karena sudah selalu ada. Terima kasih sudah menjadi teman setia. Untukmu, aku pun berusaha untuk bisa menjadi seseorang yang sama bergunanya.
ADVERTISEMENTS
“Terima kasih telah selalu sabar ketika aku naik pitam. Terima kasih telah membingkiskanku cinta yang menenangkan.”
Kamu punya cara yang unik untuk menenangkan kegusaran yang kurasakan. Ketika tahu aku sedang menghadapi masalah, ketika tahu aku sedang marah, kamu tak akan terbawa dalam emosi negatif yang sama. Dengan kesabaran yang entah dari mana datangnya, kamu membuatku sadar aku mestinya bisa bersikap lebih bijaksana.
Jadi, terima kasih telah memberiku cinta yang menenangkan. Yang membuatku tumbuh dewasa. Yang membuatku selalu memikirkan cara untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Yang tidak perlu diungkapkan di hadapan semua orang, namun selalu terlalu nyata untuk dibantah keberadaannya.
ADVERTISEMENTS
Terima kasih telah mau benar-benar mengenalku luar-dalam. Termasuk menerima berbagai keunikan yang selama ini kusimpan sendiri.
“Jatuh cinta itu mudah. Yang jauh lebih sulit adalah mempertahankan cinta tersebut saat sudah mengenal orang yang kita cintai luar-dalam. Karena dalam tahap itu, bukan hanya sifat-sifat baiknya saja yang akan kasat mata; sifatnya yang buruk, unik, sampai menyebalkan pun harus kita terima.
Jadi, terima kasih karena kamu sudah mau menerima sifat-sifatku. Terima kasih karena tidak menganggapku aneh jika aku menangis di tengah-tengah film yang bukan film sedih, jika aku sering kelaparan lewat tengah malam, jika aku menyanyikan lagu-lagu di radio dengan lirik asal-asalan yang kukarang sendiri.
Terima kasih telah membuatku merasa diterima.”
ADVERTISEMENTS
“Terima kasih telah memujiku cantik, bahkan saat bibirku tak tersentuh lipstik.”
“Pertama kali kamu memujiku cantik, alisku tergambar sempurna dan aku memang sengaja memakai baju terbaik yang kupunya. Pertama kali kamu memujiku cantik, kukira, kamu hanya ingin menghargai usaha yang kukerahkan untuk terlihat spesial.
Setelah beberapa lama, aku tersadar. Kamu pernah memberikan pujian bahkan saat aku tak sedang berdandan. Jadi, terima kasih telah membuatku merasa nyaman tanpa alis yang sempurna atau maskara. Terima kasih untuk membuatku paham bahwa kaos dan jeans pun tak mengapa. Walaupun lucunya, ini hanya menambah keinginanku untuk selalu tampil baik di hadapanmu :)”
ADVERTISEMENTS
“Dan terima kasih telah mengisi kesunyian, saat aku kehabisan kata-kata untuk diucapkan.”
“Jika aku harus berterima kasih atas semua kebaikan yang pernah kamu lakukan, tulisan ini tak akan berakhir dan kamu yang membacanya pun akan bosan. Lagipula, aku tak mau membuatmu yang pada dasarnya rendah hati terlalu salah tingkah karena bertubi-tubi dipuji.
Mungkin sekarang bukan hari ulang tahunmu, namun aku tetap ingin memberimu sesuatu. Mungkin ini bukan hari jadi kita yang kesekian kalinya, namun aku tetap ingin menyampaikan rasa terima kasih. Atas kemampuanmu menjadi dirimu. Atas segalanya yang kamu berikan untuk kita.
Ingat saja, aku akan selalu membalasmu dengan berusaha memberi kebaikan yang sama. Kita sama-sama berusaha, ya? :)”