Kalau pertemananmu sudah seperti ini, relakannya untuk berakhir | Illustration by Hipwee
Sama seperti hubungan pacaran, nggak semua pertemanan akan bertahan dalam waktu lama. Ada kalanya, memutuskan pertemanan bukanlah sebuah dosa, sebab beberapa orang dalam hidup memang nggak digariskan untuk berteman selamanya. Meskipun kamu berusaha keras menjaga dan merawatnya, pertemanan itu harus berakhir jika justru makin menyakitkan, baik untukmu maupun dia.
Pernah, kan, kamu mendengar istilah hubungan beracun atau toxic relationship? Nah, istilah ini nggak terbatas untuk relasi romantis aja. Hubungan pertemanan pun bisa berujung toxic. Bila jalinan pertemanan sudah terlalu beracun dan nggak bisa diselamatkan, sudah saatnya kamu merelakannya. Bukan berarti nggak saling sayang, tapi memutuskan pertemanan justru tepat agar kalian berhenti saling menyakiti.
Sayangnya, memutuskan pertemanan toxic nggak segampang apa yang dibayangkan. Beberapa orang urung mengakhirinya karena takut atau nggak enak. Parahnya nih, nggak sedikit orang yang malah nggak sadar kalau sudah terjebak pertemanan nggak sehat.
Yuk, perhatikan sinyal yang menandakan hubungan pertemanan sudah nggak perlu dipertahankan lagi! Pun, kamu jadi tahu cara mengakhirinya tanpa rasa gamang dan nggak menciptakan perpisahan yang penuh drama.
ADVERTISEMENTS
Kalau pertemananmu sudah menunjukkan tanda-tanda ini, kamu perlu bersiap diri untuk merelakannya berakhir, ya, meski rasanya sangat berat
Ciri pertemanan yang sehat | Illustration by Hipwee
Nggak semua pertemanan memang layak dipertahankan, terutama bila sudah menunjukkan tanda-tanda yang akan dibocorkan ini. Terkadang, pertemanan berbahaya untuk kesehatan fisik dan jiwa. Melansir The Source, beberapa tanda ini bisa jadi sinyal yang menunjukkan bahwa pertemananmu sudah nggak sehat.
1.Dia nggak menghormati batasanmu
Temanmu mungkin mengabaikan batasan-batasan yang ada lantaran kalian sudah sangat dekat. Supaya nggak terus-menerus terjadi, kamu dan dia perlu saling mengomunikasikan batasan masing-masing. Namun, bila memang dia nggak berbenah diri dan masih sering mengabaikan hal itu, inilah sinyal kuat untukmu segera keluar dari pertemanan.
2. Pertemanan hanya berpusat padanya
Pertemanan yang sehat dilandasi oleh hubungan timbal-balik yang seimbang. Alih-alih cuma menguntungkan satu pihak, kalian bisa saling mengandalkan satu sama lain dalam kondisi baik maupun buruk. Jika dia bersikap seolah paling utama yang harus diperhatikan dan dipedulikan, kamu perlu mengevaluasi ulang pertemananmu nih. Jangan-jangan selama ini kamu menjalani relasi satu arah. Waduh~
3. Bukannya berkonflik dengan sehat, kalian malah terjerat drama yang rumit
Nggak ada hubungan tanpa masalah, tapi konflik yang nggak diatasi dengan tepat akan berujung drama. Pun, nggak semua orang bisa diajak untuk menghadapi konflik dengan sehat. Jika temanmu memilih bertindak kekanak-kanakan, cenderung asumtif, dan nggak mau saling mendengarkan, kamu harus tahu caranya menyerah agar nggak terjerat drama-drama tak penting yang melelahkan.
Tak hanya pacar yang bisa bersikap posesif, teman pun bisa melakukannya. Ketika dia sering cemburu buta sampai mengisolasimu dari teman-teman yang lain, tandanya pertemananmu sudah nggak sehat. Kamu dan dia seharusnya bebas menjalin pertemanan dengan siapa pun. Hati-hatilah jika dia ingin kalian saling ketergantungan satu sama lain. Bahaya nih!
5. Bukan mendukung, temanmu ingin menjatuhkan dan merendahkanmu
Teman yang baik akan mendukungmu. Dia akan ikut merayakan kebahagiaanmu. Ketika kamu dilanda kesulitan, dia akan menemani dan membantumu semampunya. Namun, jika dia cenderung menjatuhkan dan merendahkanmu, benarkah dia teman yang tepat?
ADVERTISEMENTS
Jika nggak segera memutuskan pertemanan beracun, kamu akan merasakan serangkaian masalah kesehatan fisik dan mental. Please, sayangi dirimu sendiri, ya
Sadarilah beberapa pertemanan memang harus berakhir. Jika terus mempertahankannya, dirimu sendiri yang jadi taruhannya. Beragam masalah kesehatan fisik dan mental akan mengintaimu. Pertemanan yang nggak sehat juga pelan-pelan menyakitimu dan dia. Jika kalian nggak bisa mengatasi pertemanan beracun, pilihan terbaik adalah merelakannya kandas.
Apa yang terjadi bila aku memaksa tetap bertahan dalam pertemanan beracun?
Psikolog klinis Gillian Needleman mengungkapkan, dampak pertemanan yang beracun nggak boleh diremehkan. Pasalnya, kamu akan mempertanyakan identitas dan kepercayaan diri, bahkan dapat terserang stres, depresi, dan gangguan kecemasan. Nah, kesehatan mental yang buruk juga akan memicu masalah kesehatan tubuh.
ADVERTISEMENTS
3 kunci yang harus kamu punya ketika memutuskan pertemanan beracun agar perpisahannya nggak banyak drama
Bagi seseorang, memutuskan pertemanan kadang jadi pilihan yang sulit, padahal kesejahteraan dirinya sudah terkikis perlahan. Banyak alasan yang menyebabkan orang masih maju-mundur untuk mengakhiri pertemanan. Misalnya, takut nggak bisa mendapatkan teman lagi, hubungan memburuk karena menyisakan pertengkaran, sampai stigma negatif dari orang sekitar.
Jika kamu sedang berjuang lepas dari pertemanan beracun, tapi nggak tahu cara mengakhirinya, coba deh 3 kunci ini. Sebelum itu, sejenak abaikan apa kata orang lain dan fokus pada kebutuhanmu akan pertemanan yang sehat. Ingatlah, kamu berhak berada dalam pertemanan yang membuatmu tumbuh, bukannya terpuruk!
Kunci pertemanan yang sehat nih | Illustration by Hipwee
Mulailah dengan fokus pada kebutuhanmu, bukan kesalahan temanmu
Menukil Psychology Today, tindakan dan sikap temanmu memang menyakitkan, tapi usahakan tidak menyalahkannya. Ungkapkan apa aja yang membuatmu terluka selama ini tanpa menggunakan kalimat yang ofensif seperti “Kamu membuatku…” atau “Kamu seharusnya nggak pernah…”. Sebaliknya, bagikan perasaan dan pikiranmu yang terpendam.
Selain itu, terbukalah dalam menerima kritikan dari temanmu. Kemungkinan dia juga memendam banyak ketidaknyamanan saat berteman denganmu. Dengarkan pendapatnya juga sebelum kamu sungguh-sungguh ingin memutuskan pertemanan.
Meskipun begitu, sadarilah untuk mengakhiri percakapan bila komunikasi kalian malah semakin tegang. Seberapa baik kamu menjaga diskusi, bila temanmu menunjukkan kemarahan yang destruktif, akhiri pertemuan dan pergi.
Sampaikan rasa terima kasih atas peran positif temanmu di masa lalu
Pertemanan kalian memang nggak berhasil, tapi jangan ragu mengungkapkan penghargaan atas peran positif temanmu sekecil apapun itu. Contohnya, saat dia menemanimu makan atau mengajakmu bermain. Walaupun banyak sikap dan tindakannya cukup menyakitkan, bukan berarti nggak ada hal positif yang kamu terima. Dengan mengungkapkannya, kamu bisa menciptakan perpisahan yang minim pertengkaran.
Hilangkan keinginan untuk membalas dendam. Ini malah merugikanmu~
Balas dendam ibarat mengharapkan orang lain minum racun, tapi kamu yang meminumnya. Keinginan ini hanya membuatmu semakin berkubang dalam kemarahan. Tentunya, pilihan ini nggak baik untuk kesehatan mental dan emosionalmu. Meski susah, belajarlah untuk memaafkan dan move on.
Terima kenyataan bahwa pertemanan kalian nggak berhasil. Izinkan dirimu dan dia menjalin pertemanan lain yang sehat. Dengan kata lain, kamu mengizinkan dirimu untuk berbahagia walaupun itu artinya kamu nggak berteman lagi dengannya.
Itu dia cara menyadari pertemanan toxic, plus kunci memutuskannya. Terburu-buru mengakhiri pertemanan bukan tindakan yang bijak. Ketika hubungan mulai membuatmu nggak nyaman, coba komunikasikan dulu dengan temanmu. Bila sudah berkali-kali mengutarakannya, tapi hubungan pertemanan tak kunjung membaik dan justru makin merugikan, beranilah untuk mengakhirinya.