“Semoga nanti dia berubah, tidak mudah menyakiti lagi dan kita bisa menikah.”
Harapan macam ini sering muncul saat kita memulai hubungan dengan orang yang salah. Dia yang sebenarnya lebih sering membuatmu menahan sakit hati karena perkataannya. Dia yang membuatmu harus meminta perhatian secara konstan, karena hal-hal manis tidak seringan itu dia berikan.
Dalam spektrum hubungan yang luas, ada orang-orang yang memang harus ikhlas menerima perannya sebagai pasangan sementara. Dia yang membersamai perubahan pasangan dan menyemangatinya. Namun kemudian harus melepasnya memulai hidup dengan orang yang tidak dikenal sebelumnya.
Lapangkan hatimu jika tanda dan perasaan ini sering datang. Orang yang kamu sayang saat ini hanya akan kamu bersamai sementara. Kelak dia akan melabuhkan hati dan melanjutkan hidup dengan orang lain di luar sana.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
1. Pertanyaan, “Apa kabar? Harimu bagaimana?” bukan second nature untuknya
Kepekaan untuk menunjukkan perhatian sepertinya bukan jadi nama tengahnya. Atau paling tidak hal ini tidak akan ringan dia lakukan selama masih menjalin hubungan denganmu. Kamu lah yang harus jadi orang pertama yang menginisiasi pertanyaan. Dalam hubungan yang sudah berjalan sekian lama jarang sekali dia terlihat tertarik untuk mengetahui perkembanganmu.
Kamu berusaha mengubahnya, berusaha mengirimkan kode supaya dia sedikit lebih peka. Kalau ini yang sering kamu rasa, mungkin bukan dia orangnya.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
2. Kamu lebih sering berkata “Iya..” untuk menoleransi perbuatannya. Tapi hatimu gemas sebenarnya
“Aku beli spion sama nge-wax mobil ya Yang? Habis dapet bonus akhir tahun nih, lumayan..”
Pernyataan macam ini bukan cuma sekali keluar dari mulutnya. Prioritas kalian seperti berada di dua sumbu berbeda. Kamu rapi jali dengan semua rencana sementara dia menganut prinsip go with the flow level dewa.
Dalam hati kamu ingin berteriak, “Buat apa sih beli printilan kendaraan lagi? Nabung buat KPR dong sayaaaang…”
Tapi yang keluar dari mulutmu lebih banyak kalimat persetujuan. Kamu tidak ingin bertengkar panjang soal hal-hal remeh yang sebenarnya bisa dikesampingkan.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. Setiap kesepakatan yang kalian ambil bersama sesungguhnya menghasilkan rasa agak ‘gimana’
Mulai dari mau makan di mana, mau jalan ke mana sampai memutuskan apakah kalian akan mengambil beasiswa S2 sebelum menikah meninggalkan perasaan ganjil di hatimu. Semua keputusan memang bisa dicari jalan tengahnya. Tapi rasanya tidak pas, tidak klik di hati.
Kalau ditanya sayang jelas perasaanmu sudah tidak diragukan lagi. Tapi dalam hati kamu tahu bahwa dia bukan partner yang bisa diajak mengambil keputusan secara seimbang. Ada yang kurang. Apa? Sayang kamu tidak bisa menjelaskan.
4. Pertengkaran jarang terjadi. Tapi kalian juga tidak se-klik itu sehari-hari
Orang lain yang melihat hubungan kalian menganggap kalian adalah pasangan adem ayem yang minim pertengkaran. Tidak pernah ada ledakan emosi yang berarti. Semua dijalani dengan lurus dan tenang saja tanpa ganjalan.
Temanmu pernah bertanya, “Kamu se-klik itu ya sama dia sampai nggak pernah bertengkar?”
Kamu tidak bisa langsung mengeluarkan jawabannya. Ikatan kalian belum se-klik yang orang-orang bayangkan. Selama ini pertengkaran tidak pernah ada karena kalian malas jika harus berinvestasi emosi demi hal yang tidak sepenting itu diurusi,
5. Kamu nyaman sih bersamanya. Tapi membayangkan hidup bersama sampai tua kok jauh sekali rasanya
Kamu belum bisa membayangkan bagaimana jika 20 tahun kedepan kamu masih harus berurusan dengan ketelodorannya. Mengingatkan di mana dia meletakkan kunci terakhir kali, jadi safety net yang memastikan dia tidak meninggalkan dompet dan baru sadar saat sudah pergi.
Semua yang kamu jalani sampai hari ini rasanya masih seperti satu episode yang akan punya titik tamatnya. Dia nyaman diajak menjalani hari-hari bersama. Tapi dalam kepalamu skenario ‘Selamanya, Sampai Tua’ masih jarang ada.
6. “Maaf ya…” sering sekali berulang. Kesalahan yang sama terus datang
Kalimat yang paling sering keluar dari mulunya adalah, “Maaf ya..” Biasanya kalimat ini datang setelah dia membuatmu kesal. Atau setelah kamu menangis karena tidak bisa mengungkapkan perasaan. Orang yang sayang dan serius padamu akan menghindari melakukan kesalahan yang sama. Dia memperhatikan hatimu dengan sebegitunya.
7. Dia sering menghindar dari pertanyaan, “Kalau kita nanti gimana ya?” Prinsipnya: semua dijalani saja
Melihat bayi lucu macam Tatan dan Kirana membuatmu bertanya, “Nanti anak kita gimana ya?”
Kamu berharap akan ada sinar antusias dari matanya. Atau paling tidak ada tanggapan menyenangkan yang keluar dari mulutnya. Tapi yang keluar malah, “Hm? Ya udah sih dijalani aja…”
Tidak ada yang menyenangkan memang dari jadi yang sementara. Tapi bukankah semua orang sudah punya jalannya?