Ibu, izinkanlah aku bercerita sedikit tentang apa yang kurasakan. Karena memang tak ada lagi yang ingin kuceritakan selain kisah kita berdua. Aku tahu ibu jarang menghabiskan waktu bersamaku, namun setidaknya luangkanlah sepuluh menit untuk membaca ungkapan isi hatiku yang sedang sendu.
Bu, sebagai anak tunggal, rasanya aneh ketika orang-orang menilaiku sebagai pribadi yang tangguh dan mandiri sementara pandangan umum mengenai anak tunggal adalah anak yang manja dan sangat tergantung kepada orang tuanya. Dari kecil aku memang tidak pernah kau biasakan untuk menjadi anak yang manja. Jangankan bermanja-manja denganmu, menghabiskan waktu denganmu seperti layaknya anak kecil lainnya pun aku tak mampu.
Sejak kepergian ayah bertahun-tahun lalu, telah kau putuskan untuk menggantikan peran ayah untukku. Aku pun tak tahu mengapa kita berdua jarang bertemu karena masa kecilku lebih banyak dihabiskan bersama nenek sementara ibu selalu saja sibuk bekerja. Sebagai anak tunggal, saat itu aku masih belum mengerti mengapa ibu jarang terlihat di hadapanku. Pernah terlintas di benak mengapa ibu jarang menemaniku, namun kupendam pertanyaan itu karena aku takut ibu akan memarahiku.
ADVERTISEMENTS
Meluangkan waktu untukku memang hampir tidak pernah ada dalam kehidupanmu dulu. Namun, kini aku mengerti bahwa segala pengorbanan itu hanyalah untuk aku – anakmu
Setiap hari sewaktu aku kecil, aku hampir tidak pernah memiliki pengalaman lucu bersama ibu. Yang kuingat saat itu ibu selalu berangkat kerja pagi setelah mengantarkanku sekolah dan pulang larut malam.
Ketika itu, aku belum seberapa paham bahwa ibu bekerja demi kelangsungan hidup karena sudah tidak ada lagi tulang punggung yang bisa diandalkan. Kini aku mengerti bahwa segala pengorbananmu itu semata-mata hanya untuk kebaikanku. Maaf Ibu, aku baru merasakannya dan memahaminya sekarang.
ADVERTISEMENTS
Sikap keras ibu menempaku jadi pribadi yang mandiri. Dengan caranya sendiri, ibu membimbingku tumbuh dewasa dan semakin mawas diri
Ibu tidak pernah memanjakanku, tapi Ibu juga tidak pernah menuntutku untuk selalu menjadi nomor satu di sekolah. Namun ibu selalu mengajarkanku untuk tetap fokus pada apa yang ingin kutuju. Aku pun diajarkannya untuk bertanggung jawab hingga bisa mencapai apa yang kuinginkan.
Nasihat Ibu yang selalu mengingatkanku agar selalu bersyukur dan ikhlas atas segala keadaan kini telah benar-benar mengubahku. Dengan cara Ibu yang tak mau menajakanku, aku justru bersyukur karena bisa tumbuh jadi anak yang mandiri dan tangguh.
ADVERTISEMENTS
Kesendirian Ibu kadang mengusik batinku. Mengapa tak kau cari lagi teman hidup yang baru, Bu?
Sampai saat ini ibu masih sendiri. Bukannya aku melarang ibu untuk menikah lagi. Bukan. Ada satu pernyataan yang sampai ini aku ingat betul,
“Ibu tidak akan menikah dengan laki-laki yang tidak bisa menerima kamu.”
Betapa aku terharu mendengar jawabanmu, Bu. Dalam kesendirian ibu masih selalu mengutamakanku. Ibu tak ingin melukaiku hanya karena cintamu pada laki-laki lain. Aku hanya ingin ibu tidak kesepian. Itu saja, Bu.
Apalagi sebagai anak perantauan aku hampir tak pernah mampu untuk menemanimu setiap harinya. Bagaimana jika ibu sakit dan sendiri di rumah? Mendengar suaramu serak di telepon rasanya ingin aku segera pulang dan merawatmu. Aku ingin selalu di dekatmu sehingga aku bisa tahu apa saja yang ibu lakukan dan rasakan.
Ibu, terima kasih karena sudah jadi ibu yang terbaik untukku. Terima kasih karena sudah memberiku segalanya meski dengan semua keterbatasan yang ibu miliki. Terima kasih telah menjadi orang tua tunggalku sekaligus sahabat terbaikku.
Terima kasih pula telah menjadikanku wanita yang selalu bersyukur dan mandiri. Yang pasti, maafkan jika aku belum bisa memberimu kebahagiaan. Tapi aku berjanji, sampai hari ini dan esok hari aku akan selalu berusaha agar bisa membahagiakanmu.
Dari aku, yang sedang berjuang untuk membahagiakanmu