Sampai jumpa kawanku
S’moga kita selalu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
-Sheila On 7
Hai, sahabat-sahabatku, masihkah kalian mengingat petikan lirik lagu ini? Ya, tembang lawas dari Sheila on 7 yang sempat menjadi iringan video tahunan yang kita buat bersama beberapa tahun silam. Lagu itu juga merupakan obat ketika kenangan akan kalian tiba-tiba melintas di dalam kepalaku dan membuat dadaku terasa sesak dihimpit rindu.
Tahukah kalian, saat ini aku sedang mendengarkan lagu kita sembari menulis surat untuk kalian. Semoga setelah membaca surat dariku ini kalian juga berpikiran sama, ingin meluangkan waktu sejenak untuk bersua demi mengenang kembali kisah klasik kita di masa putih abu-abu.
ADVERTISEMENTS
Sejak kali pertama kita bertemu dan menjalin persahabatan, cerita seru tak pernah alpa terdengar
Ingatkah kalian saat hari pertama kita mengenakan seragam putih abu-abu? Kita berlima yang dulunya mengenakan seragam putih biru dengan label berbeda sekarang mengenakan baju yang serupa. Ya, saat itu kita girang bukan kepalang dan tak henti-hentinya mematut diri di depan kaca. Kita merasa sudah dewasa dan siap menyambut cerita seperti di layar kaya dengan seragam kebanggaan.
Pertemuan pertama kita memang diisi dengan kecanggungan. Kita yang masih murid baru terlihat amat lugu. Lidah ini terasa kelu sehingga hanya mampu melontarkan kata halo yang tidak dibumbui dengan basa-basi. Berawal dari menjadi teman satu kelompok pembekalan murid baru hingga menjadi teman sekelas membuat persahabatan kita berlima kian akrab. Aku, kamu, dia saling membantu ketika kita sama-sama harus mendapatkan barang-barang aneh untuk MOS.
Kedekatan pun berlanjut ketika kita berada di kelas yang sama dan memilih bangku yang berdekatan. Kita berbagi cerita dan menertawakan apa saja. Dari sudut kelas, perpustakaan, kantin sekolah, lapangan, hingga aula merupakan saksi bisu kita pernah berbagi cerita hingga rahasia. Selayaknya remaja pada umumnya, kisah kita dipenuhi dengan tawa dan canda, air mata hanya datang menyapa di kala kita putus cinta.
Ah, betapa aku rindu pada masa itu. Ketika bahu ini hanya terbebani ransel yang penuh dengan buku bukan masalah orang dewasa yang tidak bisa dibawa lalu.
ADVERTISEMENTS
Ingatkah kalian pada kebodohan yang kerap kita lakukan, dan pelanggaran kecil yang iseng dijalankan demi sedikit kesenangan?
Gelegak darah muda memang sedang deras-derasnya mengalir di dalam pembuluh vena. Kita dipenuhi dengan rasa ingin tahu dan mencoba-coba. Ya, kita lebih senang tak patuh pada aturan karena menganggapnya nampak keren karena berlawanan. Tidak jarang ada beberapa dari kita yang harus bermain kucing-kucingan karena mengenakan seragam yang tak sesuai aturan atau karena memiliki rambut kepanjangan dan tidak berwarna hitam.
Aku juga ingat betapa kita girang bukan kepalang sewaktu ada jam pelajaran kosong karena guru yang tak bisa datang. Kita akan memanfaatkannya dengan bermain gitar dan memenuhi udara kelas dengan suara-suara sumbang, atau memilih tidur siang dengan beralaskan kertas ulangan, dan ada pula dari kita yang  lebih gemar kabur ke kantin belakang.
Tidak, tidak hanya itu saja, masih banyak kebodohan dan kenakalan yang kita perbuat demi membuat hari kita kian seru dan berwarna. Aku ingat betapa kita nampak kompak dan bahu-membahu saat menyalin PR pada pukul enam maupun bertukar jawaban saat ujian. Sungguh petualangan yang selalu membuat jantung kita berdetak beberapa ketuk lebih cepat tiap kali kita melakukannya. Bahkan ingatkah kalian saat satu dua kali menjahili guru baru atau mahasiswa yang sedang praktik mengajar? Membuat wajah mereka memerah seperti tomat kematangan sehingga mampu membuat kita tersenyum kegirangan.
ADVERTISEMENTS
Walaupun persahabatan kita pernah berjarak, toh kita selalu menemui jalan pulang untuk kembali menjadi sahabat lekat
Memang segala yang ada di dunia ini tidak ada yang sempurna, begitu pula persahabatan kita. Beberapa kali kita pernah saling mendiamkan dan tak bertukar sapa. Hanya dipicu dengan masalah sederhana mampu membuat kita lebih memilih untuk berpunggung-punggungan.
Meski tentu saja hal itu tak berlangsung lama, karena harus kuakui bahwa aku selalu tak sanggup menjalani hari tanpa kalian. Bagai sayur tanpa bumbu penguat rasa seperti itulah hidupku ketika tidak ada kalian, hambar rasanya. Kalian pun nampaknya juga sama, karena kemudian kita dengan cepat berbaikan dan semuanya baik-baik saja seperti sedia kala.
Tidakkah sekarang kalian rindu untuk berkumpul bersama dan kembali bercengkerama serta membagikan kumpulan cerita ketika kita sedang tak saling bersama?
ADVERTISEMENTS
Maukah kalian meluangkan waktu untuk bertemu lagi dan mengulang keseruan itu? Agar aku bisa menyegarkan ingatanku untuk cerita yang akan kusampaikan kepada anak-cucu.
Terimakasih kuucapkan pada kalian yang telah hadir di dalam hidupku, memenuhi masa mudaku dengan cerita-cerita seru yang mampu mengukir senyum di wajahku hingga detik ini. Maukah kalian menyempatkan waktu supaya kita bisa duduk bersama berbagi cerita? Jika dipikir ulang, betapa lucunya kita, dulu kita selalu rajin berdoa untuk segera meninggalkan masa itu namun sekarang kita mendamba untuk kembali ke masa putih abu-abu.
Maukah kalian meluangkan waktu berharga kalian sejenak untuk saling bersua?
Demi berbagi cerita dan mengulang masa muda, untuk sejenak melupakan tanggungjawab orang dewasa.
Kecup hangat dariku,
Sahabat kalian yang sudah hampir tenggelam di dalam rinduÂ