Pernahkah kamu terbayang seperti apa anakmu di masa depan? Bagaimana kamu akan menyambutnya, membesarkan dan mendidiknya dengan nilai yang kamu yakini. Kali ini Hipwee akan membawamu berimajinasi untuk menyapa calon penerus kode genetik yang belum pernah kamu temui.
Surat manis ini akan membuatmu merasa perlu mempersiapkan diri agar bisa jadi orang tua yang baik kelak. Juga bisa membuat kamu merindukan orang tuamu di rumah.
ADVERTISEMENTS
Hey, Nak
Semoga kamu senang dipanggil dengan “Nak”. Sebab dulu Ibumu ini selalu kesal kalau dipanggil “Gendhuk” atau “Nduk” oleh kakek dan nenekmu. Rasanya terlalu ketinggalan jaman. Karena itu kini aku memutuskan memanggilmu dengan sesuatu yang lebih Indonesia. “Anak, Nak”.
Kita bahkan belum menyepakati dengan sapaan apa kamu akan memanggilku. Ibu? Mama? Umi? Bunda?. Terserah kamu, Nak. Aku akan cukup bahagia menemukanmu mengucap gumam tanpa arti demi menarik perhatianku.
Kelak kamu akan bingung melihatku kegirangan saat kamu tiba-tiba mengucap “Da-da”. Kata tanpa konsonan yang palih mudah diucapkan manusia, tapi malah kusalah artikan sebagai panggilan “Mama”. Bukankah itu jadi bukti betapa aku merindukan pengakuanmu?
ADVERTISEMENTS
Selagi Kita Belum Bertemu Muka
Nikmatilah dulu dunia diatas sana. Omong-omong, benarkah kamu bisa menemukan sungai yang dialiri susu sepanjang hari? Apakah memang orang tak bisa menua di surga? Pernahkah kamu bertemu mereka yang sudah mengenal ayah dan ibumu di dunia? Apakah kamu sudah menduga akan dilahirkan dimana?
Jangan khawatir jatuh di rahim yang salah, Nak. Tuhan sudah punya alat navigasi paling canggih untuk memastikan kamu berkembang di rahimku, kelak. Sementara itu, aku berjanji akan mengurangi makan mie instan dan ayam cepat saji yang kaya minyak dan lemak. Demi kamu, aku akan berolahraga dan lebih banyak makan buah.
Jangan datang terlalu cepat. Bukannya kami tak rindu. Aku dan ayahmu hanya tak ingin ceroboh menyambutmu. Doakan kami mampu menahan diri, membuahimu bukan semata karena nafsu menguasai. Kau akan kami sambut dengan jalan yang suci. Selepas tidur bersama tak lagi zina di hadap Tuhan, kau baru akan diciptakan.
ADVERTISEMENTS
Nak, Aku Akan Jadi Manusia Paling Sakit Saat Dunia Kejam Padamu
Maafkan aku yang jadi pintu kelahiran dan penderitaanmu. Jalan lahirku setara menerima bahwa keadilan tidak akan sepenuhnya tercipta. Disini kamu akan disama ratakan. Terpaksa menghapal pelajaran yang belum tentu kamu senang. Kesetia kawanan dan kejujuran tidak langsung membuatmu dihormati. Keberhasilanmu harus ditentukan dari ujian nasional yang standarnya saban tahun berganti.
Tapi ketegaran memang tercipta dari keterpaksaan bukan? Tak peduli seberapa rela aku berkorban untukmu, kekuatanku tak akan cukup meratakan semua hal yang hendak menyakitimu. Pada akhirnya, tetap kulitmu yang harus tergores. Walau kau punya aku yang setia merawat luka agar tak rembes. Maafkan keterbatasan dayaku untuk terus menjagamu, Nak.
Suatu hari, saat kau menangis sepulang sekolah — diolok teman karena tak bawa barang mewah — ampuni aku yang terpaksa menghujanimu dengan kemarahan. Jangan menyimpan dendam pada Ibumu yang enggan membelikanmu gadget yang bisa diisi beragam permainan.
Kau akan menganggapku kejam dan pelit. Tapi nanti, saat kau lebih banyak tahu soal nama pantai dari teman-teman seumurmu. Ketika kau bisa menyitir tulisan Murakami dan Pram dengan luwes dalam percakapan. Kau akan sadar, kemewahan bukan satu-satunya jalan merayakan kehidupan.
ADVERTISEMENTS
Seiring Waktu Hidup Tak Akan Semakin Ramah, Nak
Kamu berharap selepas lulus kuliah impian akan mulai terjamah. Tapi kenyataan membuatmu hampir menyerah. Mencari kerja ternyata tak mudah. Pengalaman organisasi dan IPK yang kau kumpulkan susah payah selama kuliah hanya dilirik sedikit, lalu dibuang ke tempat sampah. Kamu berhak marah Nak, tapi jangan berhenti karena lelah.
Semakin dewasa kamu akan terbengong-bengong melihat betapa oportunisnya manusia. Yang hari ini mengaku kawan bisa berubah jadi musuh dalam semalam. Dia yang kau bantu malah bisa balas menusukmu. Meski ikut berlaku tak adil akan terasa lebih mudah ingatlah kamu tak dididik untuk jadi pecundang. Perjuangan dan persaingan hidup memang keras, Nak. Namun memupuk dendam hanya akan membuatmu kian lemah.
Godaan mengambil yang bukan hakmu juga akan datang. Iming-iming agar kamu bisa kaya dalam semalam. Bertahanlah. Biar kawanmu mengambilnya. Diam saja ketika rekan kerjamu mengolok kau sok suci. Kamu dilahirkan bukan untuk jadi pencuri. Harta selalu masih bisa dicari, tapi harga diri sekali hilang tak akan kembali.
ADVERTISEMENTS
Suatu Hari, Cinta Kami Tak Akan Cukup Lagi. Kau Mulai Mencari yang Paling Cocok Di Hati
Walau awalnya selalu menyenangkan, ingatlah cinta akan sepaket dengan perih yang tak terhindarkan. Kamu akan jadi orang paling irasional di dunia. Mengorbankan waktu untuknya di tengah gempuran beban kerja. Menitipkan hati dan kepercayaanmu sepenuhnya. Seperti orang buta, kau akan acuh pada kesalahan dan kurangnya. Aku tak akan memintamu untuk membatasi diri. Toh jika sedang cinta setengah mati, omonganku tak akan didengar lagi.
Di satu titik kamu akan sadar sendiri. Beberapa cinta memang layak dijalani. Sisanya hanya pantas mampir untuk kemudian tak dikenang lagi. Tapi yakinlah Nak, dalam tiap tikungan hati kamu akan tumbuh jadi manusia yang lebih bijak lagi. Makin sakit ia mendera, selepasnya kau akan jadi pecinta yang lebih dewasa.
Saat kamu tak percaya kasih tulus itu ada, lihatlah wajah kami yang kian menua. Ia yang menggenapkan akan datang saat waktunya tiba. Bahkan kadang kamu tak perlu mencari. Selama kau terus memantaskan diri ia akan datang sendiri. Orang tuamu memang bukan pasangan terbaik di dunia. Namun kami telah membuktikan: hidup bersama dengan dia yang tak sempurna tak akan terasa seperti neraka. Kuncinya bukan cinta, justru kewarasan untuk menertawakan masalah di hadap muka.
ADVERTISEMENTS
Pada Akhirnya, Kami Tak Akan Selamanya Disini
Suatu hari, meski tak ingin meninggalkanmu sendiri, kami akan terpaksa pergi. Entah giliran siapa datang lebih cepat. Kau tak akan pernah tahu harus jadi yatim atau piatu. Tapi ketahuilah, membesarkanmu adalah hal yang tak pernah luput kami syukuri.
Jika hidup memang hanya sekali, kamu membuat aku dan ayahmu tak keberatan jika benar tak ada reinkarnasi.