Kamu menjalani status jomblo bukan hanya satu atau dua tahun. Selama itu kamu sebenarnya baik-baik saja menjalani kehidupan sehari-hari. Bisa dibilang malah sudah cukup nyaman dan terbiasa dengan yang namanya “kesendirian”. Sekalipun di luar banyak orang yang seringnya terlalu berlebihan menanggap status kejombloanmu.
Tapi meski sudah nyaman sendiri, kamu sendiri tak akan menolak untuk mengakhiri masa kejombloan ini. Kamu tetap terbuka saat ada seseorang yang mengajakmu menjalin hubungan. Kamu sendiri pasti tahu akan ada proses beradaptasi pada awal-awal hubungan. Kira-kira hal apa saja yang biasanya terasa bedanya? Memang cuma kamu si jomblo tahunan yang paham rasanya punya pasangan setelah lama tenggelam dalam kesendirian.
ADVERTISEMENTS
1. Waktumu terbagi jadi lebih banyak. Harus bagi ke keluarga, teman, pacar, juga untuk dirimu sendiri
Sewaktu masih jomblo, kalau tak ada acara keluarga atau ajakan nongkrong sama teman, kamu biasanya menghabiskan waktu sendiri. Biasanya tak jauh-jauh dari menekuni kegiatan yang berkaitan dengan hobimu. Bisa dibilang jomblo pun memberimu cukup banyak waktu untuk keluarga, diri sendiri juga teman.
Tapi saat punya pasangan, apalagi di awal-awal kamu sering merasa kerepotan membagi waktu. Ada kalanya dia ingin lebih sering bersama kamu. Tapi ada keluarga dan teman yang juga membutuhkan waktu denganmu. Belum lagi waktu untuk diri sendiri. Sulit itu pasti, tapi kamu yakin pada akhirnya semua akan terbiasa dengan bagiannya masing-masing.
ADVERTISEMENTS
2. Demi menjaga perasaan pasangan, kamu pun tak bisa asal bergaul dengan lawan jenis
Dulu mau nongkrong sama teman cewek atau cowok sih oke-oke saja. Secara orang tuamu sendiri sudah menaruh kepercayaan sepenuhnya ke kamu. Kamu sendiri paham dengan tanggung jawab yang harus digenggam. Intinya sebelum punya pasangan kamu bisa bergaul dengan siapa saja, selama itu wajar dan tak berlebihan.
Berbeda dengan sekarang, kamu tak bisa asal pergi atau ngobrol dengan teman lawan jenis, kecuali ada keperluan seperti pekerjaan. Bukan karena dia cemburu, kamu hanya berusaha sadar diri. Bukannya tak etis juga, ketika kamu sudah punya pasangan tapi masih berhubungan dengan cowok lain yang bisa saja menimbulkan kesalahpahaman. Alih-alih menyinggun perasaannya, kamu pun memilih untuk membatasi diri. Bukan menutup diri juga lho ya!
ADVERTISEMENTS
3. Saat ingin pergi atau menikmati waktu sendiri, sekarang ada pasangan yang selalu ingin tahu alasanmu melakukan ini
Kamu mau ke Kota Tua sendiri? Kenapa sendirian? Nggak mau pergi sama teman atau aku gitu?
Bukannya curiga dengan keputusanmu. Dia cuma merasa bingung, saat ada sosoknya yang bisa diandalkan untuk menemani, tapi kamu justru memilih sendiri. Dia sedikit khawatir, apa mungkin kamu sedang ada masalah, atau malahan bisa jadi kamu marah dengan dirinya. Padahal memang kamu murni ingin punya waktu untuk dirimu sendiri.
ADVERTISEMENTS
4. Senang ada yang memperhatikan selain keluarga, tapi kamu kadang risih kalau dia lebih cerewet dari mereka
Biasanya tak ada yang terlalu mengomentari kebiasaan burukmu kerja tak kenal waktu selain ibu. Biasanya pun tak ada yang memperhatikan sekali penampilanmu, bahkan keluargamu sendiri. Stylemu sepenuhnya jadi urusanmu selama itu sopan, rapi, dan enak dipandang. Atau persoalan makan yang harus diingatkan berkali-kali oleh orangtuamu.
Dulu urusan menasehati kamu, ya memang hanya keluargamu saja. Tapi sekarang ada pasanganmu yang kadang bisa lebih cerewet dari mereka. Membuat kamu merasa agak risih, meski sebenarnya cukup senang juga karena ada yang memperhatikan selain keluarga.
ADVERTISEMENTS
5. Tak ada yang nyinyir soal status, tapi justru berganti ke pertanyaan “Kapan nikah?”
Eh ada malam minggu ke mana Mblo? Di rumah saja nih?!
Cari pacar lah, biar nggak jones lagi….
Emang nggak bosen sendiri terus,
Rasanya semua nyinyiran itu seperi antibiotik yang makin lama makin membuatmu kebal. Kadang kamu berpikir, kalau nyinyiran-nyinyiran akan hilang dengan sendirinya saat kamu memiliki pasangan. Tapi kenyataannya kadang memang tak selalu sesuai. Selesai dengan nyinyiran soal status jomblomu, kini terbit nyinyiran baru. Apalagi kalau bukan pertanyaan, “Kapan nih nikahnya?”
Begitulah kebanyakan orang yang tak pernah puas, jika tak mengurusi urusan orang lain.
ADVERTISEMENTS
6. Kamu sendiri harus membagi perhatian, jangan sampai pasangan merasa tak dipedulikan
Punya pasangan berarti harus siap membagi perhatian dengan adil. Jangan sampai ada pihak-pihak yang merasa diabaikan olehmu. Terlebih pasangan yang biasanya agak sensitif, dibanding keluargamu yang seringnya akan lebih bisa memaklumi. Mau tak mau dalam sehari saja, kamu harus mengobrol dengan keluarga, pasangan, pun kalau sempat dengan teman-teman demi menjaga silahturahmi. Itupun setelah tugas atau pekerjaanmu terselesaikan.
7. Tiap kali pergi sendiri, yang ditanya orang sekarang “Pasangannya mana nih?”
Kalau dulu nggak ada yang peduli kamu datang sendiri ke acara-acara seperti kondangan. Sedangkan sekarang, tiap kali pergi sendiri tiap itu juga akan selalu muncul pertanyaan, “Pasangannya mana, kok nggak diajak?” atau “Kok sendirian aja, pasangannya mana nih?” Meski sebenarnya urusan pergi bersama ataupun tak bersama pasangan masih tetap selalu jadi hakmu. Tapi, ya begitulah hidup. Akan selalu ada orang yang terlalu perhatian dengan hidupmu ini.
8. Dulu akhir pekan kamu bisa bermalas-malasan sesuka hati, tapi sekarang kadang harus menemani pasanganmu ini
Sebelum punya pasangan, akhir pekan bisa jadi surga untuk sekadar guling-guling di tempat tidur seharian. Paling ibu yang hanya akan selalu mengingatkan untuk makan, membersihkan diri atau melakukan hal-hal lainnya. Tapi sekarang ada pasangan yang bisa lebih bawel dari ibu. Tiap akhir pekan tak jarang memintamu menemani jalan lah, makan lah, nonton lah, atau sekadar menikmati secangkir kopi atau teh dengan berbagai macam obrolan.
Membuatmu rindu masa-masa masih sendiri, yang masih punya banyak waktu untuk bermalas-malasan di akhir pekan.
9. Tapi untungnya, sekarang ada yang bisa diandalkan saat kamu tak ingin melakukan apa-apa sendiri
Punya pasangan rasanya memang nano-nano. Mungkin memang seperti inilah proses awal dari sebuah adaptasi. Dari yang awalnya biasa sendiri dan sendiri, sekarang ada pasangan yang selalu ingin ditemani atau bisa menemani. Berbeda rasanya itu sudah pasti. Tapi setidaknya ada sisi baiknya yang lebih banyak bisa kamu ambil dan syukuri. Seperti kehadirannya yang selalu bisa diandalkan saat kamu sedang tak ingin sendirian.
Setidaknya jomblo atau punya pasangan sama-sama bagian dari proses pendewasaan diri. Menjadi jomblo bikin kamu lebih mandiri. Sedangkan memiliki pasangan membuatmu belajar untuk bisa saling berbagi.