Hubungan adalah sesuatu yang tricky. Semakin lama berjalan, kita semakin nyaman dan terbiasa dengan semua perlakuannya. Tidak jarang kita juga bisa mewajarkan semua gestur dan sikapnya. Karena satu alasan saja: cinta.
“Nggak apa-apa kok dia begini. Ini mah bukti sayang…”
Banyak cewek merasa yang dilakukan pasangannya adalah bukti cinta. Padahal jika dilihat lagi gestur-gestur ini bisa jadi tanda sikap kurang menghargai dan merendahkan wanita. Apakah kamu sering merasakannya juga? Menurutmu ini bukti cinta atau malah merendahkan saja?
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
1. Dari mulutnya sering keluar kata ‘Jangan’ yang membatasi ruang gerakmu. Alasannya karena dia ingin melindungimu
Atas alasan cinta, dia berusaha mengatur hidupmu sedemikian rupa. Dia bilang Jangan ketika kamu bilang ingin pindah ke kota lain demi mengejar mimpi. Dia menggeleng waktu kamu bilang ingin mencoba sesuatu yang baru. Alasannya hampir selalu sama: Karena dia mencintaimu.
Pria yang tidak memberikan ruang padamu untuk berkembang sama dengan dia yang tidak percaya kalau kamu bisa berdiri di atas kakimu sendiri lalu terbang. Melindungi seharusnya tidak sedangkal itu.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
2. Kalimat andalannya, ‘Nanti kalau kamu kenapa-kenapa gimana?’
Menjaga keamanan dan kebaikanmu sepertinya jadi misi paling sucinya di dunia. Memang, kamu merasa seperti mendapatkan bodyguard pribadi. Ada yang memastikan keselamatanmu setiap hari. Diingatkan, sedikit dibatasi diam-diam membuatmu tersanjung. Tidak banyak orang bisa mendapatkan kasih sayang macam ini.
Tapi perlahan batasan yang dia buat membuatmu mempertanyakan kemampuan diri sendiri. Kamu sering berpikir, ‘Hmm…memang iya juga ya. Nanti kalau aku nggak bisa dan kenapa-kenapa gimana?’
Larangan dan batasan yang dia buat seperti efek domino. Di satu sisi membuatmu merasa terlindungi. Di sisi lain membuatmu tak yakin pada kekuatan sendiri. Ambil waktu untuk berpikir dan bertanya pada dirimu sendiri — siapa yang dirugikan kalau begini?
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. “Aku udah usaha ya. Tapi kamunya begitu..” dia paling ahli membuatmu merasa berdosa
Entah kenapa bersamanya hidup lebih banyak dramanya dibanding realitanya. Uniknya, semua scene bisa diputarbalikkan jadi kejadian yang menguntungkannya. Sebut saja ketika dia terlambat memberi kabar. Atau ketika dia melakukan kesalahan yang menyakiti hatimu.
Kalimat dan pembenarannya hampir selalu sama,
“Kan tadi aku udah coba. Kamunya nggak sabaran aja…”
“Aku kan udah bilang kalau nggak bisa. Tapi kamunya gitu…”
Dia selalu bisa mengubah diri menjadi korban, kamu jadi orang jahat yang tak berperasaan. Gestur pasif agresif macam ini lama-lama bisa menggerogotimu dari dalam.
4. ‘Terserah kamu aja lah!’, jadi pamungkas banyak percakapan. Tapi akhirnya kamu tetap harus mengikuti kemauannya
Ya udah, planning kita gimana nih?
Terserah kamu aja lah!
Oke. Jadi aku boleh S2 dulu ya. Kamu lanjut S2 setelah aku sambil nabung dulu?
Ya kalau gitu karirku nggak maju-maju dong?
Lah, katanya terserah. Zzzzz
Kata Terserah yang keluar dari mulutnya tidak pernah sepenuhnya berarti sama. Katanya terserah, tapi akhirnya semua juga harus mengikuti keinginannya. Bersamanya mengungkapkan pendapat tidak jauh beda seperti dead end yang terstruktur. Kamu sudah tahu ke mana ujungnya. Kamu hanya harus menjelaskan kemauanmu untuk kemudian diberangus olehnya.
Hubungan yang setara adalah hubungan yang memberikan kesempatan sama. Baik untuk berkembang, saling mengkritik, sampai mempertanyakan banyak hal. Jika hanya satu saja yang punya kuasa lebih diantara kalian berdua, apa yang harus membuatmu bertahan begini lama?
Sifat pasif agresif ini memang mudah disalahartikan sebagai bukti sayang. Padahal bisa membunuhmu perlahan.