Pertemuan terakhir kita masih menyisakan luka. Jika kubuka ponselku, dan kubuka riwayat pembicaraan kita, rasa sakit itu kembali mendera. Ini memang bukan kali pertama aku dan kamu tak saling bicara. Tapi apakah kamu merasa hubungan kita begini-begini saja?
Berbicara langsung padamu saat ini sungguh terasa sulit. Aku tak mau membawamu pada masalah baru yang membuat kita semakin ragu. Karena itulah aku memilih jeda. Sebuah jeda yang memberi ruang kepada kita untuk saling berbicara pada diri sendiri.
Jika kamu membaca tulisan ini, mungkin kamu sedang bertanya-tanya apa perasaanku. Maka akan kujawab dulu. Meski ini bukan waktu-waktu favorit kita sejak dulu, tapi aku masih tetap ingin kamu.
ADVERTISEMENTS
Apa kabarmu hari ini? Apakah pertengkaran kita masih membuatmu enggan memulai hari?
Aku terbangun pagi ini dengan segudang pertanyaan yang ambigu. Aku merasakan kemarahan itu masih ada. Bahwa aku dan kamu sedang tidak baik-baik saja, membuat segalanya terasa lebih menyulitkan. Tetapi di luar itu semua, aku justru merasakan rindu. Hei, sudah berapa lama kita tak saling menyapa?
Aku tahu kamu masih marah padaku. Aku pun sama. Rasa gusar itu masih ada. Tapi apakah permasalahan kita kali ini membuatmu sedikit malas memulai hari? Rasa sakit yang tersisa dan rindu yang tak bisa ditipu, membuatku hanya bisa bertanya-tanya: Apa kabarmu di sana?
ADVERTISEMENTS
Meski kita sama-sama tahu sebuah hubungan pasti ada masalah, mungkin yang kali ini bisa membuat kita sama-sama meragu.
Kita tahu sebuah hubungan, seperti sebuah usaha, pasti mengalami pasang dan surut. Ini juga bukan kali pertama kita bertengkar. Biasanya hanya soal sepele, tetapi terkadang juga sesuatu yang lebih serius dan membuat kita gencatan senjata berhari-hari. Apapun itu, hubungan kita memang tidak selamanya baik-baik saja. Pertengkaran adalah hal biasa. Bukan berarti itu sudah biasa lantas tak perlu kita pikirkan. Buktinya kali ini, segalanya terasa lebih berat dari sebelum-sebelumnya.
Sudah beberapa hari kita tidak saling bicara. Orang bilang mendiamkan seseorang lebih dari tiga hari adalah dosa. Tapi bagaimana caranya? Ingin memulai dulu, aku pun malu. Padahal kita sama-sama tahu, bahwa kita tidak bisa terus-terusan saling mendiamkan.
ADVERTISEMENTS
Emosi kita terasa mengalahkan semua. Kita jadi lupa fungsi hati dan logika.
Apakah kamu ingat hari di mana kita bertengkar hebat? Awalnya mungkin sepele. Hanya soal kesalahpahaman yang belum terjelaskan. Namun ternyata berakhir lebih dari yang kupikirkan. Emosiku dan emosimu yang merumitkan semuanya. Kita sama-sama terbutakan oleh amarah, hingga melupakan fungsi hati dan logika.
ADVERTISEMENTS
Aku dan kamu memang dua manusia dengan hati yang terkadang tak sejalan. Tapi bukankah kita masih sama-sama belajar?
Terkadang pertengkaran ini membuatku bosan. Bukannya aku ingin kita selalu sepaham. Aku tahu bahwa kita tetap dua anak manusia dengan dua hati yang terkadang tak sejalan. Perbedaan dan ketidaksepakatan itu biasa. Lagipula, bukankah kita masih sama-sama belajar? Kamu dan aku adalah dua individu yang masih mencari cara untuk tumbuh dewasa dan untuk handal mengatur rasa.
ADVERTISEMENTS
Sementara kita tenangkan diri dahulu. Barangkali kita memang butuh waktu untuk memikirkan apa penyebab pertengkaran kita.
Aku memahami jika kita butuh waktu untuk sendiri. Memaksa untuk membicarakan sekarang hanya akan membuat kita berakhir dalam pertengkaran lainnya. Sementara, mari kita sama-sama menenangkan diri. Sebab dalam kondisi emosi, kita cenderung mengatakan hal-hal yang tidak kita inginkan. Akan kucoba untuk memahami hatimu dan semuanya. Jika nanti emosi kita sudah sedikit mereda, mari kita duduk bersama untuk memperbaiki semua.
ADVERTISEMENTS
Sayangku, ini memang menyakitkan. Tapi jangan kamu menyerah dulu. Jika kita mampu melewati ini, kita akan sanggup melewati ujian yang lebih berat nanti.
Aku dan kamu saling mendiamkan. Ini memang menyakitkan. Segala perdebatan itu memang tidak layak diingat. Rasa sedih yang berkepanjangan ini juga bukan sesuatu yang menyenangkan. Tapi jangan lantas kamu menyerah di sini. Bukankah kita masih terlalu awal untuk menyerah? Di depan sana, di luar sana, masih banyak ujian-ujian yang tengah menanti. Saat ini kisah kita memang sedang diuji. Tapi aku yakin kita lebih kuat dari ini semua. Suatu saat nanti, kita akan tertawa bersama, menyadari kelegaan bahwa kita bisa melalui ini semua.
Salam,
Aku yang sedang merindukanmu