Seiring dengan bertambahnya angka di usia kita, cara pandang kita terhadap sesuatu bisa juga berubah. Dipengaruhi oleh pengalaman yang sudah-sudah, tidak masalah jika dulu kamu berpendapat A lalu kini kamu berpendapat B. Bukan berarti plinplan, kamu hanya mengalami perkembangan.
Soal cinta juga sama. Saat kamu masih remaja dan hari ini cara pandangmu tentang mencintai dan dicintai pasti sudah berbeda. Bolehlah dulu kamu mengharapkan kisah cinta seajaib film-film Waltz Disney. Tapi saat kini kamu sudah dewasa, kamu tahu bahwa cinta tak hanya tentang kisah romansa.
ADVERTISEMENTS
Dulu kamu tak berpikir lama untuk memulai sebuah kisah cinta. Kini banyak pertimbangan yang kamu punya sebelum bilang ‘iya’
Saat dulu kamu remaja, punya pacar adalah segalanya. Bahkan seringnya kamu malu kalau teman-temanmu punya pacar, sementara kamu masih sendirian. Persoalan tentang hubungan juga tak pernah kamu pertimbangkan dengan rumit. Saat hendak memulai sebuah hubungan kamu tidak perlu berpikir lama. Prinsipmu: jalani saja. Toh, setidaknya kamu punya pacar yang bisa antar jemput ke mana-mana.
Saat kini kamu sudah dewasa, memulai sebuah hubungan tak lagi semudah membalikkan telapak tangan. Banyak hal yang menjadi pertimbanganmu sebelum menjawab ‘iya’. Kini yang kamu pikirkan bukan hanya cinta sesaat dan yang penting ada teman kencan saat malam minggu tiba, tapi sudah jauh ke depan. Saat keluargamu sudah menaruh harapan, sementara untuk hidup selamanya bersama seseorang, kamu tentu tidak mau sembarangan.
ADVERTISEMENTS
Kisah cinta yang menggebu-gebu dulu kamu sebut sebagai cinta sejati. Semakin dewasa, kematangan emosi justru lebih utama
Cinta di saat kamu remaja mungkin identik dengan perasaan yang menggebu-gebu. Rasa kangen hanya karena belum bertemu sehari sudah terasa begitu lebih menyiksa daripada PR matematika. Kalau rindu, ya pokoknya harus bertemu bagaimanapun caranya. Kalau marah, putusin aja. Menuruti emosi adalah yang kamu lakukan dulu, dan menganggapnya sebagai cinta sejati.
Saat usiamu sudah bertambah banyak, mungkin kamu akan tertawa bila menengok ke belakang saat kamu masih begitu kekanak-kanakan. Kini kamu tahu, dalam sebuah hubungan, kematangan emosi dan pengendalian diri justru menjadi hal utama yang akan membawa hubunganmu ke tahap selanjutnya.
ADVERTISEMENTS
Dulu kamu berpikir bahwa dia harus memberikan waktu untukmu, tapi kini kamu tahu bahwa hidup pasanganmu bukan hanya dirimu
Dulu kamu beranggapan bahwa cinta berarti kamu memberikan semua yang kamu punya untuk pasanganmu dan sebaliknya. Kamu tidak bisa terima alasan ketemu teman lama, saat pasanganmu memilih untuk bertemu temannya daripada menghabiskan waktu denganmu. Bagimu, kamu harus jadi nomor satunya, karena dia juga nomor satumu. Wajar, mungkin waktu itu kalian sama-sama tidak punya kerjaan lain selain pacaran.
Ah, sekarang kamu sudah tahu bahwa sebelum hubungan resmi menjadi ikatan pernikahan, banyak hal lain yang harus diurusi oleh pasanganmu. Dunianya bukan hanya tentang kamu, dan pekerjaannya tak akan selesai jika dia hanya beredar di sekitarmu. Bagaimanapun, kamu tahu, untuk menyiapkan masa depan berdua, untuk saat ini kalian memang tidak bisa terus bersama.
ADVERTISEMENTS
Dulu kamu begitu menginginkan kisah cinta yang sempurna. Kini kamu tahu bahwa sebuah hubungan perlu perjuangan yang barangkali tak mudah juga
Masa remaja adalah masa kita berpikir bahwa segalanya seindah negeri dongeng. Kamu selalu membayangkan bahwa cinta akan membuat hidupmu berbunga-bunga. Kamu juga membayangkan pasanganmu sebagai orang sempurna yang tak mungkin kamu dapatkan lagi untuk kedua kalinya. Pokoknya, kamu berpikir bahwa kisah cinta yang sempurna itu ada dan terjadi begitu saja.
Tapi setelah pengalaman yang kamu lalui, kamu tahu bahwa tidak ada kisah cinta yang sempurna. Setiap hubungan pastilah memiliki masalah, dan tidak mungkin kamu dan pasanganmu akan selamanya sejalan. Setiap hubungan butuh perjuangan, yang barangkali tidak semudah berdendang lagu cinta. Bukankah menyatukan dua kepala itu nyata sulitnya? Perjuangan bersama dalam mengatasi semua masalah, justru itulah yang layak dipertahankan.
ADVERTISEMENTS
Dulu putus cinta kamu anggap akhir segalanya. Tapi kini kamu tahu bahwa dari sana, banyak hal yang bisa kamu ambil pelajaran untuk langkah selanjutnya
Memang tak ada yang menyukai saat-saat putus cinta. Saat kamu masih remaja, putus cinta bisa jadi akhir segalanya. Saat kekasih yang kamu cintai mati-matian ternyata mendua di belakangmu, kamu merasa hidupmu selesai sudah. Lalu kamu merasa tidak layak untuk hidup di dunia ini.
Syukurlah kamu sudah bisa melewati masa-masa itu. Kini kamu tahu bahwa putus cinta bukan akhir segalanya. Putus cinta adalah hal biasa, meski kalau bisa memilih kamu tetap memilih tidak mengalaminya. Putus cinta masih sama sakitnya. Tapi setidaknya kini kamu tahu bahwa pasti ada sesuatu yang bisa diambil pelajaran dari sana.
ADVERTISEMENTS
Dulu kamu begitu percaya pada cinta sejati. Kini kamu mengerti bahwa yang abadi harus kita ciptakan sendiri
Cinta sejati juga hal yang kamu percayai saat remaja. Memang mempercayainya membuat hidupmu lebih mudah. Karena suatu saat nanti, tanpa berbuat apa-apa, cinta sejatimu akan muncul di depan pintu dan menjemputmu. Lalu cinta kalian akan abadi dan tak mungkin ada halangan dan rintangan. Karena kalian adalah cinta sejati.
Tapi sekarang kamu mengerti bahwa cinta sejati barangkali hanya ada di buku-buku dongeng dan film-film Barbie. Di dunia nyata, apa yang abadi harus kamu usahakan sendiri. Saat kamu bersama pasangan, meski dia adalah cinta sejatimu, tetap saja ada halangan dan rintangan yang menghalangi. Tapi kamu dan dia bisa berjuang untuk bertahan dan merajut cinta yang abadi.
Dulu kamu merasa pernyataan cinta sudah mewakili semuanya, tapi kini kamu merasa sebuah hubungan cinta tak bisa selesai di kalimat ‘aku cinta kamu’ saja
Saat hidup belum sekompleks ini, kamu meyakini betapa pentingnya sebuah pernyataan cinta. Bahwa ‘sekarang kita pacaran ya’ adalah kalimat yang wajib diucapkan di awal hubungan, dan ‘aku cinta kamu’ adalah kalimat yang wajib diucapkan setiap hari. Kata-kata manis dan rayuan gombal adalah cara kamu dan dia menghidupi cinta kalian yang masih muda.
Tapi sekarang hidup sudah sebegitu kompleksnya. Kamu jadi tahu bahwa kalimat ‘aku cinta kamu’ tak menyelesaikan semua. Hubungan tidak pernah berhenti di kalimat pernyataan cinta saja. Justru hal-hal setelah itu yang harus kamu perjuangkan dengan begitu beratnya.
Dulu kamu hanya mencari cinta. Saat ini, kamu memang masih mencari cinta, tapi kamu tahu bahwa cinta bukanlah persoalan utama
Dulu memang hidupmu lebih sederhana. Apa yang kamu butuhkan akan disediakan oleh orang tua. Di dunia ini, kamu hanya perlu mencari cinta. Maka temukan orang yang kamu cinta, dan jangan ragu-ragu untuk memulai sebuah hubungan dengannya. Asal ada cinta, sudah cukup. Tak perlu memikirkan hal-hal lainnya.
Tapi kini semuanya menjadi lebih rumit. Sampai sekarang kamu juga masih mencari dan mengharapkan cinta. Tapi kamu juga tahu bahwa cinta bukan persoalan utama. Banyak hal A sampai Z yang harus kamu pikirkan. Saat menjalin sebuah hubungan, asal cinta tidak bisa kamu jadikan patokan. Karena cinta seringnya buta, sementara kamu tentunya tidak mau saling meraba-raba dalam gelap tanpa saling tahu ke mana kalian akan melangkah.
Perubahan pola pikir dan sudut pandang ini wajar. Jika kamu mengalami perubahan ini, itu artinya kamu sudah banyak belajar dari pengalaman. Sedikit lebih rumit sekarang, tapi tidak apa. Karena pada kenyataannya kehidupan dewasa memang tidak sesederhana saat beban hidup kita hanya soal PR matematika.
#migmegalau