Dek, mau jadi pendamping sehidup semati Abang?
Mau kah adek jadi ibu dari anak-anak kita nanti?
Saat kamu dihadapkan dengan pertanyaan seperti itu, pasti rasanya bahagia yang tak terkira. Akhirnya, setelah sekian lama bersama dan mengenal satu sama lain, tiba lah saatnya dia melamarmu. Tak terasa hingga air matamu menetes karena terharu. Cowok yang selama ini mengisi hari-harimu, kini berani mengajakmu untuk membina sebuah keluarga. Yang lebih membuatmu terharu adalah saat ia melamarmu dengan sebutan “ibu dari anak-anak kita nanti”. Ah, bahagianya!
Namun, sebelum kamu menerima lamaran dari cowokmu, ada baiknya kamu menanyakan beberapa pertanyaan secara tersirat seperti di bawah ini. Pertanyaan tersebut bukan berarti meragukannya, namun hanya untuk mengecek kesiapannya. Apakah ia benar-benar menginginkanmu untuk selamanya di sisi.
ADVERTISEMENTS
1. “Kata orang, cinta itu datang dari mata ke hati. Kalau kamu gimana? Apa yang membuatmu jatuh cinta denganku untuk pertama kali?”
Meski sudah sekian lama menjalin hubungan, nggak ada salahnya kalau kamu menanyakan hal tersebut. Apa yang membuatnya jatuh cinta padamu mungkin akan dijawabnya dengan klise. Namun, apabila dia menjawabnya dengan mantap dan tanpa terbata-bata, berarti dia sudah benar-benar ingin kamu menjadi sosok pendampingnya hingga nanti.
ADVERTISEMENTS
2. “Aku jauh dari sempurna. Terus apa yang membuatmu yakin bahwa akulah calon ibu dari anak-anakmu nanti?”
Manusia memang jauh dari kata sempurna. Namun apabila dia tanpa ragu menyebutkan bahwa dia nggak perlu yang sempurna untuk menjadi pendampingnya, bisa jadi dia telah siap untuk membina keluarga bersamamu. Lain halnya jika dia malah menjawabnya dengan kalimat yang berputar-putar. Ya kamu tahu lah bagaimana harus bersikap kalau dia sampai melakukan hal yang seperti itu.
Aku tak butuh yang sempurna. Aku cuma butuh kamu untuk menjadi kita.
ADVERTISEMENTS
3. “Banyak pasangan yang berubah setelah menikah. Mereka jadi tak sehangat masa pacaran dulu. Kira-kira gimana proyeksimu akan hubungan kita setelah menikah nanti?”
Kata orang, pernikahan tak seindah masa pacaran. Di mana kalian bisa saling mesra dan melempar kata cinta. Makanya kamu perlu menanyakan apakah dia masih akan sehangat ini saat memasuki pernikahan nanti. Bagaimana pandangannya mengenai hubungan kalian akan dibawa nanti.
ADVERTISEMENTS
4. “Aku termasuk cewek yang sensitif dan gampang nangis. Saat kita udah nikah nanti, maukah kamu tetap setia untuk tempatku menyandarkan kepala dan mengeluarkan air mata?”
Ya, yang namanya cewek. Sensitif dan gampang nangis mungkin jadi kegiatan sehari-hari. Nggak terkecuali kamu. Dan nggak semua orang bisa menerima sifat yang sensitif dan gampang nangis itu. Kamu pun perlu untuk menanyakan padanya tentang kesiapannya untuk selalu menjadi pundak untuk bersandar serta tempat untuk berkeluh kesah.
ADVERTISEMENTS
5. “Karena pernikahan itu terdiri dari kita. Bukan hanya aku atau kamu. Jadi siapkah kamu untuk menjalani segala sesuatu dari sudut pandang kita dan bukan lagi kamu atau aku setelah ini?”
Bisa dibilang pernikahan itu menyatukan dua orang insan atas nama cinta dan agama. Karenanya “aku” dan “kamu” harus bisa dilebur menjadi “kita” agar kelak hubungan kalian yang serius ini bisa terus berjalan sampai nanti. Untuk itu kamu perlu menanyakan apakah dia siap ketika aku dan kamu berubah menjadi kita dan berjalan bersama-sama.
Kalau dia mantap menjawab, sudah pasti dia benar-benar jatuh hati padamu. Dia tak ragu untuk selalu berjalan beriringan denganmu, meskipun salah satu di antara kalian merasa lelah dengan kehidupan.
ADVERTISEMENTS
6. “Kalau aku ada salah atau sedikit keluar dari yang seharusnya, kamu siap membenarkan dan membawaku ke arah yang kita sepakati sebelumnya ‘kan?”
Seperti kata Bernard Batubara, bahwa cinta bukan sekadar melangkah bersama. Namun mempertahankan langkah saat salah satu mulai lelah. Untuk itu, kamu pun perlu menanyakan apakah ia siap membenarkan, saat langkahmu sedikit keluar dari yang seharusnya. Begitu pula denganmu yang menyanggupi akan sama-sama memperbaiki langkahnya kini dan nanti.
7. “Aku tahu kamu nantinya adalah pencari nafkah utama. Namun, aku tak mau hanya di rumah saja. Bolehkah aku tetap berkarir tanpa mengesampingkan perkara rumah tangga?”
Memang benar bahwa cowok lah yang menjadi pilar utama perkara nafkah dalam keluarga. Namun apabila kamu ingin berkerja demi mengembangkan diri ‘kan tak ada salahnya. Bagaimana pun juga kamu perlu meminta izin darinya. Apakah ia mengizinkanmu untuk tetap bekerja saat telah menjadi pendampingnya nanti. Jaminannya sudah pasti, kamu akan tetap menomorsatukan keluarga dan tanpa mengesampingkan rumah tangga.
8. “Aku tahu anak dan rezeki adalah takdir Tuhan. Tapi tolong yakinkan aku, apakah esok dan seterusnya kamu tetap berada di sisiku saat kedua hal itu masih sulit kita miliki?”
Perkara anak dan rezeki memang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Dia sudah menggariskan takdir kalian, namun tanpa mengesampingkan usaha kalian untuk mendapatkannya. Namun, saat kedua hal itu belum juga didapat, seringnya pasangan mulai goyah dalam hubungan. Kamu pun jadi mengambil pelajaran akan hal itu. Kalau dia yakin akan selalu di sisi, meskipun dua hal tersebut belum kalian miliki, yakin deh ke depannya kalian pasti bisa saling bersama-sama sampai nanti.
9. “Kalau sudah menikah nanti, marahku dan marahmu harus bisa diredam entah dengan apa. Mungkin dengan mengorbankan keegoisan kita. Aku sih siap, kamu siap nggak?”
Dalam hubungan, pertengakaran memang tak bisa dihindari lagi. Makanya harus ada yang bisa menjadi sumber peredam ketika terjadi pertengkaran di antara kalian berdua. Dari dalam dirimu, kamu sudah siap untuk memotong keegoisan demi berlangsungnya hubungan. Kalau dia menjawabnya dengan mantap dan tanpa banyak alasan, bisa jadi dia telah benar-benar menginginkanmu untuk menjadi pendampingnya hingga nanti.
10. “Sebenarnya aku hanya ingin bertanya satu lagi. Siapkah kamu untuk menepati apa yang telah kamu sanggupi? Karena aku tahu, lelaki sejati sepertimu tak akan ingkar janji,”
Bisa dibilang ini merupakan pertanyaan pamungkas, buatmu yang ingin mengetahui kesiapannya dalam membina rumah tangga. Meskipun telah melamarmu secara verbal namun nggak salahnya kamu bertanya mengenai hal ini. Tak harus dijawab dengan ucapan, namun sikapnya pun bisa menjawab pertanyaanmu itu. Kalau sebuah pelukan hangat yang kamu dapat saat melontarkan pertanyaanmu itu. Bisa jadi, dia sudah lahir batin siap untuk benar-benar meminangmu.
Karena pernikahan merupakan momen yang sakral. Makanya penting untuk menyiapkan segala sesuatunya dengan matang. Tak hanya persiapan untuk acara pernikahan saja, namun kesiapanmu dan dia dalam hubungan juga perlu disiapkan. Dan menanyakan hal-hal pada cowokmu bisa menjadi satu dari sekian persiapan yang bisa kamu lakukan. Kalau semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaanmu memuaskan dan membuatmu semakin jatuh cinta padanya. Fixed deh kamu dan dia siap membangun sebuah keluarga.