Sekarang ini memang banyak pasangan yang memutuskan untuk mengikat janji sehidup semati di usia yang masih tergolong muda. Hal inilah yang kemudian secara tak langsung menimbulkan kecemasan bagi mereka-mereka yang belum memiliki pendamping hingga pada hari ini.
Apakah kamu termasuk salah satunya? Merasa cemas ketika ada banyak teman yang telah menikah karena kamu masih sendirian saja? Hilangkan perasaan itu mulai sekarang karena 8 alasan inilah yang akan membantu menguatkan!
ADVERTISEMENTS
Menikah bukanlah ajang balapan. Tak sekadar bermodal keinginan, kamu pun butuh berbagai kesiapan.
Tak perlu lagi merasa cemas berlebihan. Mulai sekarang tanamkan hal ini di kepala. Ingatlah bahwa pernikahan merupakan momen sakral yang (diharapkan) akan dialami sekali seumur hidup. Jangan hanya karena banyak kawan yang telah siap menjejak pelaminan, lalu membuatmu takut dan merasa diburu-buru.
Menikah menuntut kesiapan dari dua manusia yang akan melakoninya. Tentu kesiapan tiap orang dan tiap pasangan berbeda. Jangan hanya karena keinginan (dan minus kesiapan) lalu kamu ingin mengalaminya dengan segera. Ingat, mengikat janji suci sehidup semati bukan ajang balapan, tak ada yang akan memberikan trofi atau piagam ketika kamu yang paling dulu menginjak pelaminan di antara kawan-kawan.
ADVERTISEMENTS
Alih-alih jadi akhir cerita, menikah justru adalah awal dari perjalanan panjang yang harus kamu lewati selanjutnya.
Perlu digarisbawahi bahwa menikah bukan muara akhir dari semuanya. Justru, menikah adalah awal dari sebuah perjuangan. Butuh keberanian dan kesiapan ekstra untuk mampu berani menapaki fase ini. Ketika nanti kamu sudah menikah, kamu tak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri. Namun juga ada kebutuhan keluarga yang menuntut untuk diutamakan.
Sehingga pada akhirnya, pernikahan selalu membutuhkan suntikan perjuangan yang lebih besar pula. Bukannya menganggap kamu yang masih belum siap menikah tidak sanggup berjuang. Namun bukankah lebih baik memastikan bekal kita cukup sebelum kemudian mulai berjuang?
ADVERTISEMENTS
Mantapkan diri menekan tombol off pada rasa cemas dan iri. Sadari bahwa kamu masih punya banyak waktu untuk meraih deretan mimpi.
Tak perlu pelihara rasa cemas dan iri, lenyapkan mereka sedari sekarang. Sejatinya karena memang tak ada yang perlu dicemaskan. Setiap orang memiliki waktunya sendiri kapan untuk mencecap bahagia. Sekarang ini memang belum waktumu untuk merasakan bahagianya melepas status lajang.
Namun, bukankah waktumu ini bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan diri sendiri demi menciptakan kebahagiaan versimu sendiri? Pergunakan waktu yang ada untuk setinggi-tingginya meraih pendidikan. Torehkan juga prestasi di dunia kerja. Hal ini tentu akan lebih bermanfaat untuk bisa membuat hidupmu lebih bermakna, daripada sibuk merasa cemas dengan hidupmu yang terasa jalan di tempat hanya karena belum menikah.
ADVERTISEMENTS
Ketika sudah menikah, semua keputusan akan ditimbang oleh dua kepala. Melajang itu istimewa karena dirimu sendiri yang berhak menentukan segalanya.
Menikah tentu istimewa. Kamu akan memiliki seorang pendamping hidup. Kamu tak akan lagi merasa kesepian, karena akan selalu ada orang yang bisa dijadikan sandaran. Namun, nantinya ketika sudah menikah, semua keputusan harus ditimbang melalui dua kepala. Kamu harus memahaminya dari dua sudut pandang yang kadang tak sama.
Hal inilah yang juga membuat masa melajang tak kalah istimewanya. Ketika tak memiliki pasangan, kamu justru merupakan penentu tunggal atas setiap keputusan. Kamu tak perlu mendiskusikan bahkan pusing-pusing melihat segalanya dari dua sisi. Bahkan, kamu bisa sebebas apapun mengambil keputusan sesuai keinginan. Bukankah itu merupakan suatu hal yang istimewa?
ADVERTISEMENTS
Setelah menikah akan banyak tantangan yang harus dihadapi. Cicilan KPR, uang susu hingga biaya sekolah anak sudah menanti.
Kita memang tak bisa mendiskreditkan dengan mengatakan bahwa hidup setelah menikah pasti banyak tak enaknya. Namun, tentu kita semua tahu bahwa tantangan yang akan dihadapi di kehidupan setelah menikah akan jauh berbeda. Ketika menikah nanti hidupmu tak hanya sekedar bangun siang, nongkrong di cafe, nonton di bioskop, hingga makan mi instan di akhir bulan. Hidupmu tak lagi sesederhana ini.
Ketika sudah menikah, urusan perut dan tempat tinggal menjadi kebutuhan utama. Tak bisa mendewakan kesenangan diri sendiri, waktumu banyak terbagi. Tantangan lainnya menunggu untuk dituntaskan. Kamu harus menjalankan kewajiban sebagai seorang suami maupun istri. Belum lagi kebutuhan anak yang menuntut untuk dipenuhi.
Sehingga tak ada salahnya ‘kan jika masa lajang merupakan masa yang paling tepat untuk bersenang-senang dan menikmati hidup yang masih terasa sederhana ini?
ADVERTISEMENTS
Kamu tak harus sepenuhnya setuju dengan mereka. Toh, nikah muda juga bukan satu-satunya jalan untuk bahagia.
Mungkin banyak orang yang berkata bahwa menikah akan mendatangkan kebahagian. Ya, manusia memang makhluk sosial. Menikah tak hanya bertujuan untuk meneruskan keturunan saja, namun juga karena kita sebagai manusia butuh pendampingan. Tentu kita akan bahagia ketika pada akhirnya bersanding dengan dia yang dicinta.
Namun, melepas status lajang di usia muda bukan satu-satunya jalan untuk mencicip bahagia. Memang kamu akan merasa bahagia ketika pada akhirnya bisa mengikat janji suci dengan orang yang dicinta. Namun, mumpung kamu masih muda, masih ada banyak bentuk kebahagiaan yang bisa kamu dapatkan.
Kalimat “mending nikah segera, daripada zina” harus dicerna dengan logika. Selain berpegang pada agama, kamu wajib bersikap dewasa untuk menyikapinya.
Kita tentu tak bisa terus-terusan menutup mata dan memilih naif saja. Berzina tak hanya bisa dilakukan ketika masih menyandang status lajang. Jadi, jika tujuan utama menikah hanya karena untuk menghindari zina, tentu hal ini tak dapat dibenarkan.
Untuk apa menikah jika hanya tujuan utamanya demi menghindari zina? Bukankah zina juga tetap bisa dilakukan ketika kita sudah menikah nantinya? Kalimat itu memang benar adanya, tapi bukan berarti kamu boleh menyikapinya tanpa logika. Bagaimana pun, kamu sudah cukup dewasa untuk memutuskan, pun punya agama yang dijadikan sebagai pegangan.
Buat apa buru-buru mengikat janji jika akhirnya kamu justru menyesali. Persiapkan diri dan yakinlah hari bahagiamu akan tiba nanti.
Sekarang yang perlu kamu lakukan adalah pangkas rasa takut yang mulai menjalar. Cabut juga rasa isi hingga sampai ke ujung akarnya. Dua rasa ini tak akan mendatangkan kebaikan bagi dirimu saat ini. Rasa iri akan teman yang sudah siap melepas status lajang hanya akan membuatmu terburu-buru ingin menikah juga. Bukankah kamu tak ingin jika momen sakralmu yang diharapkan terjadi hanya sekali seumur hidup berubah menjadi hal yang akan disesali di kemudian hari?
Ini merupakan waktu yang tepat menikmati segala hal yang kamu dapatkan. Mulai dari pendidikan, pekerjaan, keluarga, hingga ada banyaknya kawan. Urusan jodoh serahkan saja di tangan Sang Pencipta, Dia sudah mengaturnya.
Percayalah, kelak kamu juga akan menikah. Jika bukan sekarang, nanti hari bahagia itu juga akan datang. 🙂