Warganet kembali dihebohkan dengan kabar mesum dari Yogyakarta. Seorang mahasiswa UGM berinisial JA menyebarkan video mesum dirinya dengan mantan (BCH) dengan motif balas dendam karena hubungan mereka tidak direstui orangtua. JA bahkan mengirimkan konten-konten itu kepada orangtua BCH sebagai ancaman. Akibat perbuatannya, JA kini ditangkap polisi dan dijerat dengan dua pasal sekaligus yaitu UU IT dan UU Pornografi.
Revenge Porn yang dilakukan oleh JA ini bukan yang pertama. Sebelumnya, artis Cinta Laura juga menjadi korban saat mantan kekasihnya menyebar foto-foto mesra dan syurnya ke media sosial. Lalu polemik ‘ikan asin’ yang tak kunjung usai saat Galih Ginanjar mengumbar kehidupan ranjang dengan sang mantan istri. Itu semua hanyalah kasus yang terlihat di permukaan. Di luar itu, tentunya lebih banyak lagi ancaman, intimidasi, dan balas dendam pada mantan memanfaatkan konten sensual.
Revenge Porn adalah sebuah kejahatan dan pelecehan seksual. Bukan bukti cinta yang terlalu besar sehingga menimbulkan dendam
Revenge Porn adalah tindakan menyebar konten pribadi berbau sensual dengan tujuan untuk balas dendam kepada pasangan. Revenge Porn bisa terjadi pada siapa saja, bahkan pada kasus sepele seperti mengancam akan menyebarkan chat mesum dan foto mesra jika sang pacar berani meninggalkannya.
Dengan pikiran pendek, mungkin banyak yang menganggap “Ah, itu kan karena dia nggak mau ditinggalin. Berarti sayangnya banget-banget dong?”. Jelas tidak! Revenge Porn bukan sesuatu yang bisa dimaklumi, apalagi dianggap bukti kasih sayang. Revenge Porn adalah sebuah kejahatan dan pelecehan seksual yang menimbulkan dampak sangat besar
Berhati-hati dengan segala aktivitas rekam merekam adalah salah satu cara menghindari Revenge Porn. Namun, mengenali karakter pasangan pun tak kalah pentingnya
Revenge porn bisa menimpa siapa saja. Namun, sebagian besar korbannya adalah perempuan. Karena itu, belajar dari kasus JA dan BCH, kita mungkin perlu berhati-hati dalam merekam aktivitas pribadi. Agar tak ada orang-orang yang kurang bertanggung jawab menyalahgunakannya untuk hal-hal negatif. Selain itu, perlu juga kita mengenali karakter pasangan. Berikut adalah karakter yang harus diwaspadai.
1. Sikap protekif yang berlebihan menjurus ke posesif. Ini juga bukan tanda cinta lo
Banyak yang masih menganggap sikap cemburuan dan posesif sebagai bentuk cinta yang besar. Padahal ini justru tanda-tanda hubungan yang tak sehat. Sikap posesif pasangan akan mengekangmu dan menghambatmu berkembang.
2. Selalu ingin mengontrol semua keputusan, dan ingin dinomorsatukan dalam hubungan
Apakah pacarmu tukang atur dan tidak bisa dibantah? Well, dia memiliki kecenderungan untuk ingin menjadi nomor satu dalam hubungan. Padahal hubungan adalah antara dua orang. Kenapa harus berdua, kalau semua-semua harus dia sendiri yang memutuskan dan menentukan?
3. Pemarah, tidak mau mendengarkan, dan sering melakukan aksi balas dendam ketika terjadi persoalan
Ketika terjadi persoalan atau kesalahpahaman, dia cenderung menutup telinga dari segala penjelasan. Pokoknya salah ya salah! Lalu di lain kesempatan, dia akan melakukan aksi balas dendam dengan pembenaran bahwa dia sakit hati atas kesalahan yang terdahulu. Bukan cuma nggak keren, tapi juga nggak dewasa.
4. Impulsif dan susah berpikir panjang jika terjadi sebuah persoalan
Seperti apa caranya merespons sesuatu dan mengambil keputusan? Apakah dia tipe yang sangat reaktif, impulsif, dan tidak berpikir dahulu saat melakukan sesuatu dan baru menyesal kemudian? Kalau, bisa jadi dia berpotensi besar melakukan balas dendam setelah hatinya tersakiti.
Meski belum tentu juga dia yang mudah marah akan mengumbar konten pribadi bila sakit hati, tetapi karakter-karakter di atas patut diwaspadai. Sebab, karakter itu bisa membawa hubungan jadi tidak sehat, yang akhirnya justru akan merugikan diri sendiri. Toh, tak ada salahnya mewaspadai karakter pasangan dan hubungan semacam ini.
Balas dendam kepada mantan, menunjukkan bagaimana seseorang menyelesaikan persoalan. Dari situ terlihat kamu orang seperti apa
Rasa sakit hati dan patah hati kerapkali membuat seseorang gagal berpikir panjang. Misalnya dalam kasus JA, alih-alih melakukan hal-hal baik untuk membuat orangtua pacar menyetujui hubungan mereka, JA justru mengambil jalan pintas dengan mengancam. Hal ini tentu menunjukkan orang seperti apa JA dan bagaimana dia menyelesaikan sebuah persoalan.
Padahal masih banyak cara untuk “balas dendam” kepada mantan yang sudah menyakiti dengan jalan yang lebih cantik dan elegan. Misalnya dengan segera move on dan menunjukkan pada mantan bahwa hidup tetap baik-baik saja setelah ditinggalkan. Atau bisa juga dengan menjadi sosok yang lebih keren dari sebelumnya, sehingga mantan menyesal telah menyakiti dan meninggalkan. Toh, itu ‘kan inti dari balas dendam?
Belajar dari kasus ini, kamu yang sedang menjadi korban revenge porn, yuk melawan! Dikutip dari Viva.com, kamu bisa meminta bantuan ke sejumlah lembaga perlindungan hukum seperti LBH Apik, Komnas Perempuan, atau Patroli Siber dari Bareskrim Polri.