Walau dibilang sudah hidup di masa emansipasi, wanita belum sepenuhnya punya kendali terhadap dirinya sendiri. Selalu ada pilihan-pilihan hidup yang membuat wanita mengorbankan mimpi dan renjana hidup mereka. Terutama setelah menyandang nama belakang pria yang dipilih menjadi suaminya.
Seorang teman yang sudah menikah pernah berceletuk, “Dapat suami baik itu rejeki. Dapat pasangan yang mau mendukung impian-impianmu tandanya kamu disayang sekali sama Tuhan.”
Bukan cuma transferan gaji tiap bulan, bonus tahunan dan kemudahan membayar cicilan yang sekarang bisa dikategorikan sebagai rejeki. Justru 11 kebebasan ini yang harus membuat kita banyak bersyukur makin hari.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
1. Kamu tidak pernah diarahkan untuk memilih pekerjaan
Mau melanjutkan karir sebagai bankir atau malah memilih merumahkan diri — semua keputusan bisa kamu ambil secara mandiri. Pasanganmu tidak pernah merasa berhak mengatur jalan hidupmu hanya karena dia sudah mengucapkan akad nikah saat berjabat tangan dengan Bapakmu. Pekerjaan adalah bagian penting dari identitas dan kepribadian bagi beberapa orang. Karena menyadari hal ini, dia sadar sepenuh hati untuk tidak mengarahkan. Semua ucapan, saran dan kritiknya hanya sekadar masukan. Kamu sendiri yang berhak memutuskan manuver karirmu kedepan.
ADVERTISEMENTS
2. Dia memahami keterbatasanmu sebagai wanita bekerja atau wanita rumahan sepenuhnya
Memilih menjadi wanita bekerja dan wanita rumahan membawa konsekuensi yang sebenarnya sama beratnya. Wanita bekerja punya kemewahan untuk ikut mendukung keluarga — tapi harus dibayar dengan waktu yang terbatas. Sementara wanita rumahan punya waktu lebih luang untuk melakukan banyak hal, bisa memberi lebih banyak perhatian, tapi tidak bisa jadi tulang punggung yang diandalkan.
Pasangan yang benar-benar menghargaimu tidak akan mengeluarkan kalimat retoris yang menyudutkanmu. Tidak pernah dia mengeluh kekurangan uang lalu bertanya apa yang bisa kamu berikan untuk keluarga. Dia juga tidak pernah menyalahkanmu karena memintanya mengganti pelapis tempat tidur karena kamu sudah terlalu terburu-buru hendak berangkat kerja. Dia memahami posisimu sepenuhnya. Daripada menyudutkanmu saat masalah datang, dia lebih memilih melakukan perannya.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
3. Mulai dari masih pacaran tidak ada pembagian tugas yang tidak bisa ditawar
Kalau kita hidup seperti buku pelajaran masa SD maka haram hukumnya bagimu repot mengurusi ban mobil yang kempes di pagi hari. Membiarkan dia membuat kopi, mengukus ketela untuk sarapan rendah kalori. Untungnya dia sudah lepas dari stigma pria dewasa yang masih terjebak dalam otak anak sekolah dasar. Di rumah kalian tidak pernah ada aturan pembagian tugas yang rigid macam undang-undang. Masing-masing berbagi tugas dan saling meringankan.
Bahkan sejak masih pacaran kamu sudah merasa kalau dia bisa jadi partner hidup yang tidak kaku pada aturan.
ADVERTISEMENTS
4. Kalian tetap bisa bernafas lega. Selalu ada jarak yang sehat untuk tumbuh sebagai manusia
Memutuskan hidup bersama seseorang terkadang membuat kita hidup lebur dalam pribadinya. Kamu yang dulunya bisa punya waktu me time untuk sekadar maskeran sebelum tidur harus menggeser waktu untuk diri sendiri demi menyiapkan bahan bekal makan siang esok hari. Dia juga sudah tidak bisa lagi enteng keluar sampai tengah malam untuk ikut jamming gitar bersama teman — ada kamu yang tidak nyaman ditinggal lama sendirian.
Bersama dia, syukurnya, kamu tidak pernah merasa kehabisan nafas. Selalu ada jeda yang bisa diambil untuk memperhatikan diri sendiri. Di akhir pekan kamu memilih jalan-jalan ke toko buku lalu beli jilbab sementara dia berkutat di studio kecil rumah kalian. Pelan-pelan kalian belajar: demi jadi sebaik-baiknya pasangan diri sendiri harus dijadikan prioritas dulu supaya tidak kehabisan pasokan sayang.
5. Hidup bersamanya tidak seperti serial penuh distraksi
Yang sangat kamu syukuri dalam hubungan ini adalah alpanya perasaan ingin lari. Kamu tidak perlu tendangan adrenalin macam liburan ke Bali, roller coaster karena Visa ditolak atau harus mengganti tatanan furnitur tiap hari. Hidup kalian adalah realita yang nyaman dijalani, enak dinikmati, sampai kamu tidak pernah merasa punya kebutuan menciptakan distraksi. Bersamanya kamu hidup di masa sekarang. Bahagia sepenuhnya, utuh dan merasa dihargai sebagai wanita.
6. Dia selalu punya kelenturan untuk marah sekali lalu mencintai lebih dalam lagi
Let’s get real. Setampan-tampannya seseorang sesekali kamu harus berdamai dengan suara mendengkurnya yang menyebalkan. Atau runtutan kentut mendadak di tengah malam. Profilnya yang dulu sempat terlihat sempurna ternyata datang sepaket dengan kebiasaan malas meletakkan pakaian kotor di keranjang cucian.
Begitu pun denganmu. Selepas tinggal bersama dia sering mengeluh kalau kebiasaanmu bangun lebih siang membuatnya kehilangan partner olahraga. Kamu yang ceroboh sering merpotkan karena menghilangkan kunci rumah dan kunci mobil di saat bersamaan.
Karena sifat-sifat dasar yang sangat berbeda ini, ada masanya kalian berubah dari partner yang kompak ke dua orang yang tidak bisa berdekatan. Untungnya pria ini lahir dengan kelenturan dan hati lapang. Walau di satu masa dia bisa marah sekali, dia selalu menemukan jalan untuk jatuh cinta lagi.
7. Pipimu yang sedang berjerawat tetap diciumnya. Pinggangmu yang melebar bukan jadi bahan rajukannya
Walau sering menggodamu saat perubahan tubuh datang, rasanya padamu tidak ditentukan oleh berapa besar ukuran celana jeansmu. Atau seberapa mulus kulitmu. Hidup bersama adalah soal bagaimana kalian menghadapi perubahan dengan tenang — tanpa pernah kehilangan rasa sayang.
8. Pertemananmu tidak menyusut setelah kalian bersama. Lingkaranmu malah makin lebar saja
Bersama orang ini jejaringmu tidak terbatasi karena status. Kamu tetap punya kebebasan untuk bertemu teman sepulang kerja, nonton atau mampir ngopi demi catching up dengan kabar mereka. Yang terasa justru keberadaannya membuatmu merengkuh lingkaran pertemanan lain yang sebelumnya tidak dipunya. Teman nongkrongnya jadi teman nongkrongmu juga. Teman-teman dekatnya berubah jadi orang kepercayaanmu secara perlahan. Hidup kalian bisa punya sebuah melting pot dengan natural.
9. Sampai sekarang kamu tidak pernah merasa harus berdandan hanya untuk menyenangkan dia
Kepercayaan dan kebebasan yang selama ini diberikan membuatmu tetap punya kendali atas diri sendiri. Alasanmu melakukan sesuatu selalu cerlang. Kamu hanya ingin membuat diri jadi versi terbaik demi dapat menerusakan kebaikan kepadanya. Hal yang paling terasa adalah soal berdandan dan penampilan. Dalam dirimu selalu ada semangat untuk tampil apik setiap hari. Tapi semangatnya bukan karena ingin menyenangkannya atau mendapat pujian darinya. Berdandan membuatmu merasa lebih baik. Mix and match baju menjadikan kamu lebih percaya diri. Dengan begini kamu bisa jadi pasangan terbaik dan menyenangkan yang bisa dia dapatkan.
10. Prokreasi bukan tujuan utama hubungan. Kamu punya keleluasaan untuk memutuskan
Satu hal yang selalu dia ingatkan. Dia tidak menikahimu hanya untuk mencari partner bereproduksi. Punya keturunan adalah pilihan bersama yang harus disepakati berdua. Jika bukan sekarang masanya karena kamu masih ingin menuntaskan banyak hal maka dia menghargainya. Kalian tumbuh bersama, memutuskan keputusan-keputusan penting dengan setara.
11. Anehnya, kamu tidak kehilangan selera pada hal-hal kesukaan. Kalian tetap jadi pribadi yang punya identitas kuat
Hanya karena sudah tinggal bersama kamu tidak lantas jadi suka 100% pada seluruh seleranya. Musik blues dan hard rock tetap membuatmu pusing. Sampai sekarang kamu tetap lebih memilih mendengarkan lagu-lagu top 40 dan akustik. Hidup bersama tidak lantas membuat kalian kehilangan kepribadian. Kamu tidak pernah harus mencari ulang apa yang kamu sukai, apa yang bisa membawa kebahagiaan pribadi.
Jika kamu sudah menemukan dia yang bisa menghargai dengan memberi 11 kebebasan ini, bersujudlah lama-lama. Di luar sana banyak yang tidak seberuntung kita.