Menjadi dewasa kadang jadi peristiwa yang mengerikan bagi beberapa orang. Semakin dewasa, semakin banyak urusan yang memaksamu untuk membagi pikiran. Mulai dari soal karir sampai hal paling pribadi sekalipun, yakni pernikahan. Dan belum juga menunjukkan tanda-tanda keseriusan hubungan hingga usia mendekati kepala 3, membuat orang-orang terdekatmu kebakaran jenggot. Seakan kamu adalah barang dagangan yang tak akan laku kalau kelamaan disimpan.
Namun di luar kekhawatiran yang selama ini dialamatkan padamu, kamu sebenarnya punya pemikiran tentang kondisimu sekarang. Belum juga menikah di usia yang hampir menginjak kepala 3 tak selalu menjadi kesalahan. Mungkin hal-hal ini yang ingin kamu bagi, agar orang lain mengerti rasanya menjadi kamu.
ADVERTISEMENTS
1. Kamu memang tak lagi sendiri. Namun rencana ke depan belum dirancang lebih jauh lagi
Soal pasangan, sebenarnya bukan menjadi masalah untukmu. Saat ini sudah ada seseorang yang mengisi hari-harimu beberapa tahun terakhir. Dibilang serius atau tidak, jawabannya sih kamu dan dia tak pernah menjalani hubungan ini dengan main-main. Tapi bagi kamu dan dia, keseriusan tak melulu harus ditunjukkan dengan rencana pernikahan. Masih ada banyak hal lain yang bisa menunjukkan keseriusan, sesederhana kamu dan dia yang saling bertahan untu menjadi partner di segala kondisi.
Kamu memang tak lagi sendiri, hanya saja kamu dan dia memang belum merancang rencana lebih jauh lagi
ADVERTISEMENTS
2. Alasan mengejar karir selalu jadi yang utama. Hingga kamu lupa bahwa waktu terus berjalan
Karir yang dulu kamu bangun mati-matian, kini mulai menunjukkan jalannya. Dalam dunia karir yang kamu pilih, kamu memang bukan lagi anak kemarin sore. Berbagai skill sudah banyak yang kamu kuasai. Jalanmu pada kesuksesan bisa dibilang selangkah lagi.
Setelah bertahun mengejar karir yang sejak dulu kamu impikan, waktu berjalan begitu jauh tanpa kamu sadari. Hingga soal perasaan kamu kesampingkan begitu saja.
ADVERTISEMENTS
3. Pertanyaan “Kapan nikah?” sudah ribuan kali dilontarkan. Dan jawabanmu tetap sama : “Doakan saja,”
Setelah urusan karir mendominasi hidupmu, hingga membuatmu lupa waktu, persoalan baru pun datang. Dan kini menjadi sesuatu yang sangat sudah biasa kamu dengar. Yakni pertanyaan “Kapan nikah?” yang datang hampir dari seluruh orang yang mengenalmu dan pasangan. Kamu sudah melewati fase biasa aja ketika ditanya soal hal ini, lalu mulai merasa jengah, sampai akhirnya kamu sampai pada fase tak lagi peduli dengan segala pertanyaan yang datang.
Toh kamu sudah menemukan jawaban andalan, “Doakan saja,” selalu menjadi senjata. Setelahnya jika ada tanggapan baru, kamu memilih untuk tutup telinga.
ADVERTISEMENTS
4. Melihat teman banyak yang sudah menikah dan punya anak, kamu berusaha santai. Padahal dalam hati ketar-ketir
Tak dipungkiri, sesekali kamu merasakan kecemasan. Saat melihat teman-temanmu sudah banyak yang mengakhiri masa lajangnya, bahkan kini sudah makin lengkap dengan kehadiran buah hati. Lalu melihat hubunganmu sama pasangan, masih stuck di hal yang itu-itu saja.
Kalau boleh jujur, hatimu juga dilanda kecemasan. Namun kamu cuma tak pernah memperlihatkannya pada banyak orang. Sesekali pula kamu bertanya pada pasanganmu, kemana hubungan ini akan berlabuh. Berapa lama lagi, kamu dan dia menjalani hubungan yang terlampau santai ini?
Sebagai manusia biasa, kekhawatiran itu jelas ada. Namun kamu memilih untuk menyikapinya dengan tenang
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
5. Kamu dan dia bukannya tak ingin melangkah ke jenjang selanjutnya. Tapi kadang ketakutan berkomitmen lebih jauh masih sering melanda
Tak selalu anggapan orang tentang hubunganmu dan dia yang tak punya masa depan benar. Kamu dan dia juga punya rencana ke depan, menikah lalu punya anak. Angan tentang bersatu dalam ikatan suci pernikahan, kadang juga melintas dalam benak kamu dan dia.
Tapi entah kenapa, setelahnya ada ketakutan yang masih mengikutimu. Ketakutan tentang berkomitmen lebih jauh. Apakah kamu bisa hidup selamanya dengan orang yang sama serta rasa cinta yang tak pernah berubah? Sementara, hingga kini kamu masih belum bisa menerima beberapa sikap yang kamu anggap buruk. Begitupun kelemahanmu masih sering dia anggap sebagai masalah. Pemikiran inilah yang terkadang harus menunda langkahmu.
6. Kata motivasi soal nikah selow seakan jadi penenang. Buatmu yang penting jalani hidup sebaik-baiknya
Menikah itu bukan soal lomba lari. Bukan tentang siapa yang lebih dulu sampai di garis finish. Menikah itu murni soal hati
Tak jarang, kata-kata seperti ini yang menjadi obat penenang bagimu. Setidaknya kamu merasa selama ini telah menjalani hidup dengan baik. Selebihnya kamu menyerahkan semua kepada Tuhan. Biarkan tangan-Nya yang bekerja.
7. Dan lagi, bukankah jodoh adalah hal yang tak perlu terus menerus untuk dikeluhkan?
Kamu termasuk golongan yang percaya, bahwa jodoh, rezeki, dan kematian adalah hak prerogatif Tuhan. Hanya Dia yang mampu tentukan untuk umat-Nya. Sampai sekarang, keyakinanmu soal hal itu belum juga goyah. Itulah mengapa, kamu percaya soal jodoh bukanlah hal yang pantas untuk terus menerus dikeluhkan. Karena terlalu banyak mengeluh soal jodoh, hanya jadi tanda bahwa kamu tak percaya pada apa yang sudah diatur Tuhan.
Pasanganmu sekarang bisa jadi adalah jodohmu, namun bisa jadi juga tidak. Namun setidaknya kamu sudah mencoba dan berusaha. Kamu tidak diam saja, yang hanya menanti jodoh datang dari langit.
8. Kadang Tuhan memang membuatmu menunggu lebih lama dibanding lainnya. Demi kamu dan dia bisa meningkatkan kualitas
Diam-diam kamu bersyukur, waktu yang diberikan Tuhan untuk kamu bisa mengembangkan diri bisa lebih lama. Walaupun bukan berarti setelah menikah kamu tidak akan bisa berkembang, kemungkinan itu akan selalu ada. Hanya saja, statusmu dan dia yang belum menikah bisa membawamu pada upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas diri untuk bisa lebih baik lagi.
Kamu dan dia bukan barang dagangan, yang semakin lama tidak laku akan semakin turun harganya. Teori ini tidak akan berlaku pada kita sebagai manusia. Pengalaman justru menempamu dan dia menjadi pribadi yang sama-sama tangguh. Anggap saja Tuhan sedang memberikan kesempatan lebih lama untukmu dan dia, agar kalian semakin layak untuk saling memiliki.
9. Dan nantinya ketika kamu dan dia akhirnya menikah, murni karena urusan klik di hati. Bukan karena ketakutan tak laku lagi
Setelah banyak fase percintaan yang kamu dan dia lewati, kalian kini telah menjelma menjadi dua orang dewasa yang mampu memandang hubungan dengan logika. Dan ketika keputusan menikah akhirnya diambil, kamu dan dia murni mengambil keputusan itu karena soal hati. Bukan lagi soal ketakutan tak akan laku lagi.
Bukankah mengambil keputusan menikah dengan alasan ini terdengar lebih bijak?
Mohon dipahami, ini bukan ajakan untuk menunda pernikahan. Selagi kamu siap, silahkan lanjutkan langkahmu. Namun menuding seseorang yang hampir kepala 3 dan belum juga menikah dengan tuduhan menunda pernikahan bukan sesuatu yang dibenarkan juga. Mungkin dia hanya menunggu waktu yang tepat saja. Waktu yang tepat bagi setiap orang tak harus sama ‘kan?