Dalam kehidupan sehari-hari, keberadaan teman sangat krusial. Apalagi teman-teman dekat yang bisa jadi rekan seru-seruan, gila-gilaan, sekaligus jadi tempat sambat sampai berair mata. Tapi dalam kehidupan sehari-hari juga, kamu pasti pernah dihadapkan dengan temen yang nyebelin. Sama seperti karakter orang yang berbeda-beda, nyebelin di sini juga berbeda-beda kriterianya, nggak mesti teman yang hobi julid saja.
Nyebelin tapi temen sendiri, temen tapi kok nyebelin banget. Hadeeuuh, punya teman nyebelin memang nyeseknya berlipat-lipat. Mau menegur serba salah, tapi kalau dibiarkan, diri sendiri yang jadi korban. Apa kamu juga merasakan hal yang sama? Coba deh simak curhatan teman-teman di #Miscur alias Kamis Curhat Hipwee minggu lalu. Mereka berkisah tentang teman-teman nyebelin di hidup mereka. Kalau kamu di posisi mereka, kira-kira bakal apa ya?
ADVERTISEMENTS
1. Niatnya curhat hal rahasia ke teman terpercaya, eh malah bocor ke mana-mana
Seenggaknya, sekarang kamu tahu teman seperti apa dia yang sebenarnya. Jadi bisa jadi catatan untuk diri sendiri juga ‘kan? Meski mungkin dia punya alasan (atau mungkin ngeles?), sebaiknya jangan lagi curhat hal-hal yang rahasia dan sensitif padanya. Cukup sekali saja ya~
ADVERTISEMENTS
2. Mirip tapi tak serupa. Sulitnya berurusan dengan teman yang bermuka dua
Mungkin kita pernah bertemu dengan sosok teman yang up to date, enak diajak rumpi, dan sering punya info-info rahasia tentang banyak orang. Teman yang seperti ini biasanya memang asyik banget diajak “ghibah”, tapi yang harus diingat setiap kali curhat dengannya adalah: “Jika dia bisa cerita curhatan orang lain padamu, berarti dia bisa juga cerita soal curhatanmu ke orang lain, ‘kan?”
ADVERTISEMENTS
3. Kekerasan verbal sudah termasuk kategori bully lho. Diam saja boleh, tapi yang seperti ini bukan temanmu
Bully bukan hanya soal kekerasan fisik semata. Bully juga bisa berupa ujaran-ujaran yang membunuh karakter dan melukai psikis. Jadi, kata-kata verbal yang dilontarkan temanmu itu sudah termasuk kategori bully. Bila dia melakukan itu akhir-akhir ini saja, mungkin bisa kamu cari penyebabnya apa. Tapi bila memang dia dasarnya seperti itu, berarti tak perlu repot-repot menganggapnya temanmu.
ADVERTISEMENTS
4. Ini juga sulit. Memendam sebal tapi karena urusan pekerjaan harus tetap profesional
Memendam rasa sebal ketika harus tetap bersikap profesional memang sulit. Terkadang kita bahkan nggak akan bisa mengontrol ekspresi dan ketusnya respons kita saat sedang sebal dengan seseorang. Tapi lagi-lagi soal pekerjaan memang nggak bisa dicampur-adukkan dengan perasaan. Yang sabar ya, coba deh ajak dia bicara. Siapa tahu mungkin dia memang nggak paham salahnya apa.
ADVERTISEMENTS
5. Dijauhi tiba-tiba itu memang bikin sesak di dada. Seolah jadi korban ghosting, tapi pelakunya teman sendiri
Sudah tahu ‘kan jahatnya ghosting? Dia pergi begitu saja tanpa pamit apalagi penjelasan saat hati ini sedang sayang-sayangnya. Ternyata ghosting bisa terjadi di dunia persahabatan.
Jalan yang kamu tempuh sudah benar kok, mengajaknya bicara untuk tahu salahmu apa. Karena bisa saja kamu memang lupa pernah salah sikap atau salah kata, dan dia pun sungkan mengingatkannya. Tapi bila iktikad baikmu nggak disambutnya, berarti sudah saatnya kamu merelakan. Teman yang sejati, seharusnya mengingatkan bila kamu melakukan kesalahan bukan?
ADVERTISEMENTS
6. Ingin menolak saat dimintai bantuan nggak enak, tapi kalau diteruskan terus diri sendiri yang tersiksa 🙁
Ini memang kisah yang pelik dan nyesek. Mau menolak takut dibilang pelit dan nggak setia kawan. Tapi kalau diiyakan terus, rasanya kok diri ini seperti dimanfaatkan. Serba salah, serba nggak enak. Tapi saran Hipwee, ada baiknya dibicarakan baik-baik, semoga dia bisa mengerti. Atau solusi lain, kamu pindah kos saja yang sangat berlawanan arah sehingga dia nggak punya alasan untuk nebeng. Hehe
7. Bukan hanya pacar, teman pun ada posesif. Inginnya kita hanya berteman dengannya, padahal dunia ini kan sebegitu luasnya
Bisa saja teorimu benar. Dia sudah merasa cocok dan nyaman berteman denganmu. Mungkin baginya kamu adalah sosok yang sudah telanjur “klik”. Jadi, ketika kamu menemukan teman lain, dia takut dilupakan dan akhirnya akut kehilangan. Namun, tetap saja sikap posesifnya nggak bisa dimaklumi terus-terusan. Sebagaimana kamu yang harus melebarkan sayap dan mengembangkan diri, dia juga sama. Kalau apa-apa harus berdua, gimana berkembangnya?
8. Selain teman posesif, ada juga teman yang nggak peka. Seharusnya diingatkan bisa, tapi yang ini responsnya…
Segala hal di dunia ini memang tentang perspektif sih. Terkadang hal yang A anggap lucu, bagi B justru mengganggu. Sesuatu yang B maksudkan untuk menghibur, justru menyinggung bagi A. Apa yang kita anggap lucu memang belum tentu lucu bagi semua orang.
9. Awal yang indah nggak menjamin selalu indah juga. Malah seringnya membawa luka. Hehe
Sebelumnya, perlu ditanyakan kepada diri sendiri, apakah ada sesuatu yang menjadi titik di mana kamu merasa nggak nyaman dengan teman ini? Mungkin dia pernah melakukan sesuatu yang salah bagimu, atau ada kata-katanya yang menyinggungmu. Sebab terkadang satu kejadian nggak mengenakkan bisa mengubah semua persepsi orang terhadap seseorang atau sesuatu. Dari situ, apa pun yang dilakukannya terasa salah semua.
Bila hal ini yang terjadi, mungkin ada baiknya dibicarakan baik-baik. Siapa tahu dengan selesainya masalah pemicu, hubungan kalian bisa lebih nyaman lagi. Pun, bila memang ternyata karakter objektifnya seperti itu, kamu bisa mengingatkannya baik-baik, supaya ia introspeksi. Cari suasana yang senyaman mungkin yaa, supaya sama-sama adem dan nggak terpancing emosi. :”)
10. Pertanyaannya, kalau persahabatan ini hanya tentang dirinya sendiri, buat apa?
Punya teman yang nggak mau kalah, positifnya, bisa memicu daya saingmu sehingga kamu juga berusaha lebih baik lho. Tapi negatifnya, berteman dengannya akan membuatmu lelah secara emosi. Mungkin kamu juga serba nggak enak kalau mau apa-apa, takut dia jadi mendiamkan lagi. Jadi, semuanya kembali padamu sih. Bila memang dia sosok yang menyenangkan di hal-hal lainnya, mungkin kamu bisa mengajaknya bicara supaya sama-sama lebih nyaman untuk kalian berdua.
Untuk kasus temen nyebelin ini, Hipwee punya dua saran. Pertama, introspeksi diri sendiri dulu sebelum men-judge sikap teman nyebelin itu. Bisa jadi kita pernah melakukan kesalahan yang kemudian memicu sikap tersebut dari teman kita. Selanjutnya, hal yang harus dilakukan adalah bicara. Mengingatkan dan membicarakan masalah secara dewasa bisa jadi jalan keluar. Kedua, bila semua cara sudah ditempuh tapi sikapnya tak berubah, tentu kamu tahu ‘kan apa yang harus dilakukan? 🙂
Ingin curhatmu dibalas juga? Jangan lupa ikuti program mingguan #Miscur di Instagram @hipwee setiap hari Kamis , ya~