Kamu sudah pasti senang melihat kakak dan adikmu menikah. Apalagi saat mereka punya anak, kebahagianmu pun bertambah karena menyandang status sebagai tante atau om muda. Kalau ditanya iri nggak sih sama mereka, ya udah pasti nggak lah. Masa melihat keluarga sendiri bahagia, kamu justru malah tak suka. Kamu sendiri sebenarnya santai-santai aja meski kakak dan adikmu sudah menikah. Toh kamu sendiri yakin urusan menikah setiap orang itu sudah ada waktunya.
Tapi kadang omongan orang di luar atau sikap keluargamu sendiri bikin kamu merasa tak nyaman. Sebagai satu-satunya anak yang belum menikah yang cobaannya macam-macam, hal-hal apa lagi sih yang sekiranya kamu alami selama ini? Bacanya sambil ngelus dada sendiri ya, biar sabar….
ADVERTISEMENTS
1. Udah kebal sekali dengan pertanyaan “Kapan nih nyusul?”
Nis, udah dilangkahin tuh sama adeknya. Kapan mau nyusul nih?
Seolah nikah itu sebuah lomba. Siapa yang duluan, berarti dia yang jadi pemenang. Padahal seperti pendapat orang bijak, kalau nikah itu urusan kesiapan. Tak peduli dengan cibiran orang, “Terus kapan nikahnya, kalau sudah umur begini tapi belum siap?”
Kamu sendiri memilih santai, menjawab pertanyaan sesuai dengan siapa penanyanya. Bisa dengan bercanda, bisa dengan yang sedikit serius. Toh semakin ke sini, kamu semakin kebal dengan pertanyaan seperti itu.
ADVERTISEMENTS
2. Lihat kakak atau adik mesra sama pasangan, ya biasa tapi tetap aja ada rasa kepingin juga
Salah kalau orang mengira kamu iri dengan kakak atau adikmu yang sudah menikah. Sebab kamu sebenarnya biasa melihat mereka mesra dengan pasangannya. Tapi kadang tak bisa ditampik, rasa-rasa ingin seperti mereka pun sesekali muncul.
Sebagai manusia normal yang ingin punya pasangan halal dan keturunan. Apalagi memasuki usia yang cukup matang dan karir bisa dibilang sudah mapan. Jadi, lucu saja kalau ada juga yang bilang, “Emang kamu nggak pengen kayak adik atau kakakmu?”
ADVERTISEMENTS
3. Dimintain tolong jagain ponakan dengan embel-embel belajar jadi orangtua, duh ini bikin gregetan
Buat kamu ponakanmu ya anakmu. Karena itu, kamu tak pernah keberatan jika dimintai tolong untuk menjaga atau mengasuhnya. Bahkan sepanjang hari waktumu habis untuk anak-anak kecil ini pun santai dan senang-senang saja. Tapi kadang yang bikin geregatan itu embel-embel dari permintaan tolongnya. Apalagi kalau bukan embel-embel belajar untuk jadi orangtua.
Rasanya kamu ingin bilang ke mereka, menjadi orangtua itu sudah pasti naluri alami. Sekalipun tak memiliki anak, tapi kalau kamu peduli dengan mereka, bukannya soal mengasuh pun siapa saja bisa.
ADVERTISEMENTS
4. Saat kumpul keluarga yang ditanyanya juga bukan kabar, tapi pasangannya mana
Setidaknya mengawali percakapan dengan menanyakan kabar lebih menyenangan, dibanding langsung tanya pasangannya mana. Seolah kabar dirimu sendiri buat mereka tak penting. Sedangkan keberadaan pasangan justru paling dinanti-nanti. Paling kamu hanya akan menghela napas, dan geleng-geleng kepala. Life ~~
ADVERTISEMENTS
5. Paling nyesek ya saat keponakan yang masih kecil ikut tanya, “Tante/om, kok belum nikah kayak ayah sama ibu?”
Zaman sekarang, urusan nikah dan pasangan bukan cuma orang dewasa aja yang bertanya. Kamu sendiri masih suka terbengong, saat keponakanmu yang masih kecil ikut tanya dengan kepolosannya.
Tante kok belum nikah kayak ayah sama ibu? Kenapa? Kan Tante sudah besar….
Kamu selalu kehabisan kata-kata untuk menjawabnya. Sebab mau menjeleskan apapun, pastinya keponakanmu tak akan benar mengerti dengan baik segala persoalan orang dewasa. Toh belum waktunya juga mereka untuk tahu.
ADVERTISEMENTS
6. Acara-acara perjodohan yang sering ditawarkan buatmu kadang gerah, kenapa menikah jadi seperti proses jual beli barang
Kamu mau nggak Mbak kenalin sama adeknya temen Mbak? Anaknya baik, udah kerja juga, tampang juga lumayan.
Udah bukan hal yang aneh, saat kamu ditawari perjodohan dengan kakak atau adik, bahkan orangtua. Paling kamu hanya akan menghela napas panjang, dan mengiyakan. Semata-mata supaya mereka senang dan lega. Tapi tetap saja keputusan iya atau tidaknya harus selalu ada di tanganmu.
7. Sekalinya punya pacar, pasti yang dikejar ya pertanyaan “Kalian kapan nikah?”
Setelah pertanyaan, “Mana pasangannya?” tenggelam karena kamu sekarang memiliki pacar. Tetap saja terbit pertanyaan baru yang kalah ributnya dan selalu mengejar-ngejar kamu.
Jadi, kapan nih kalian nikah?
Hampir semua jawaban sudah kamu lontarkan. Tapi ya tetap saja pertanyaan yang sama datang dan datang.
8. Nasehat dari orangtua atau saudara, dari A sampai Z buatmu sudah di luar kepala
Kamu tuh, nunggu apa lagi toh? Udah kerja, Udah umur juga. Buruan nikah nanti keburu kadaluarsa.
Nikah itu ibadah, Nak….
Dan masih banyak lagi nasehat yang sudah masuk di telingamu. Kamu sendiri mendengarkannya dengan sangat seksama. Meski pada akhirnya semua hanya mampir sebentar di pikiran, lalu keluar lagi dan berlalu. Bukan niat ingin mengabaikan nasehat-nasehat itu. Sebab kamu sendiri juga ingin bisa segera nikah. Tapi ya apa mau dikata kalau Tuhan saja belum memberi lampu hijau.
Iya, hidup ini memang berat. Apalagi kalau harus membawa beban ucapan semua orang. Tapi daripada kamu pusing sendiri. Kadang kamu memilih untuk diam dan cukup mendengarkan. Toh hatimu sudah cukup senang menjadi tante sekarang.