Kuawali ini dengan kata “maaf”. Maafkan aku yang tak kunjung mengatakan perasaanku kepadamu. Kita sudah lama mengenal. Kedekatan kita juga sudah diketehui oleh banyak orang. “Hubungan tanpa status” mereka bilang. Jujur saja, hatiku berteriak untuk segera mengatakan kata “cinta” yang selama ini kupendam. Namun logika menahanku. Aku tau bahwa kamu tak pantas untuk mendapatkan masa depan yang biasa. Untuk itu, izinkan aku terlebih dahulu menata masa depanku sebelum mengatakan kata “cinta”.
“Bukan maksudku untuk membuatmu menunggu, tapi kumohon, beri aku waktu sebentar untuk menata masa depanku.”
ADVERTISEMENTS
Aku masih ingin mengejar cita-cita yang sejak lama kuidamkan. Beri aku waktu untuk berjuang dan menuntaskan
Menurutku, pria yang baik adalah dia yang punya arah dan tujuan dalam hidupnya. Ketika seorang pria telah menentukan apa tujuan dan cita-citanya, layaknya seorang prajurit yang sudah diberi tugas, dia akan selalu berusaha untuk menggapai apa yang ia impikan.
Aku sadar bahwa hal itu egois. Mengutamakan keinginanku sendiri tanpa peduli bagaimana perasaanmu yang kubuat menunggu. Aku egois karena telah membuatmu merasa tergantung dalam hubungan yang belum terlihat jelas arahnya ini. Aku egois karena telah membuatmu bimbang antara menungguku, atau mencari orang baru. Aku yakin kedekatan kita yang tanpa status resmi ini mengganggumu. Tapi kumohon, tunggu aku sebentar.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Kemandirian jadi kurensi wajib sebelum aku mengatakan “cinta”. Bagiku, cinta dan kamu tidak untuk bercanda
Ketika teman-teman kita dengan mudah mengatakan “aku menyayangimu” atau “aku mencintaimu” atau “izinkan aku jadi imammu” kepada kekasihnya, sebenarnya ada sedikit ada rasa iri dalam dadaku. Kenapa mereka bisa dengan mudah bicara soal cinta dan masa depan kepada kekasihnya seakan mereka sudah tau pasti bagaimana masa depannya? Aku ingin tau bagaimana mereka bisa dengan mudah berkata “cinta”.
Namun perlahan aku mulai menyadari, bahwa mereka yang dengan mudah bilang sayang dan cinta ternyata tak semuanya bertahan lama. Dalam satu atau dua bulan, banyak diantara mereka yang sudah beralih dari cinta jadi benci. Mereka gugur bahkan sebelum bicara mengenai keseriusan. Aku tak mau itu terjadi kepada kita. Kala aku mengucap kata “cinta” kepadamu nanti, aku harus sudah mandiri sehingga kamu tak perlu lagi ragu dengan keseriusanku.
ADVERTISEMENTS
Kamu terlalu indah untuk kuajak hidup dalam keadaan yang biasa. Aku ingin membahagiakanmu sampai lelah. Meski harus berdarah-darah
Bagiku, kamu adalah salah satu orang yang ingin sekali kuajak untuk hidup bahagia. Layaknya bapak, ibu dan adik-adikku, aku menganggapmu sebagai salah satu orang yang ingin kubahagiakan. Aku tak ingin kamu turut merasakan hidup sengsara saat kamu bersamaku nanti. Cukuplah aku sendiri yang menanggung semua. Kamu terlalu indah untuk kuajak hidup dalam keadaan yang biasa.
Aku ingin saat aku mengatakan kata cinta kepadamu nanti, keadaanku sudah tak lagi seperti ini. Saat kata cinta itu terucap nanti, aku berharap kamu tak perlu lagi memikirkan tentang kondisi masa depan kita nanti. Aku ingin kamu tenang mengurusi urusan pribadimu dan urusan rumah tangga saja tanpa perlu khawatir tentang masa depan bersama.
ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS
Di belakang kita ada orangtua dan Tuhan yang juga turut memberikan restunya. Aku butuh waktu untuk meyakinkan mereka
Karena kita sudah lama dekat, orangtuamu mungkin akan setuju saat aku menyatakan perasaanku. Tapi aku tak mau mereka melihatku setengah hati. Sebagai lelaki yang nantinya juga akan menjadi ayah, tentu aku tak mau putri tercinta menjalin hubungan tanpa masa depan. Kalau ada lelaki yang ingin mendekatinya, dia haruslah menunjukkan keseriusan dalam menata masa depan.
Itulah kenapa aku ingin kamu memberiku waktu untuk meraih kesuksesan terlebih dahulu. Aku ingin saat aku mengatakan cinta, tak hanya kamu yang menerima, tetapi orangtuamu dan Tuhan juga sudah memberikan restunya. Aku ingin saat aku nanti mengatakan cinta, ucapannya tak sekadar “aku mencintaimu”, tapi “maukah kamu menjadi ibu dari anak-anakku”. Sekarang aku masih berusaha keras untuk mewujudkannya. Agar nanti, tak cuma kamu, tapi orangtuamu dan Tuhan juga memberikan restunya untuk hubungan kita yang dibalut tujuan untuk menghalalkan.
Karena itu, beri aku sedikit waktu untuk membangun masa depanku. Setelah semua perjuangan tuntas baru aku akan mendatangimu
Sekali lagi maafkan aku atas keegoisanku ini. Aku mengakui bahwa aku memang egois telah memintamu menungguku mempersiapkan diri. Memintamu menungguku menggapai cita-cita yang kuimpikan. Memintamu menungguku menata masa depan. Tapi yang perlu kamu tau, aku melakukan semua itu demi kebahagiaanmu nantinya.
“Aku mencintaimu. Maukah kamu menjadi orang yang mengisi hariku hingga aku menutup mata nanti”
Izinkan aku sedikit berharap bahwa kamu bersedia untuk menungguku. Menunggu aku kembali dengan kebanggaanku dan mengatakan perasaan yang sudah lama kupendam itu kepadamu. 🙂